Kepuasan Klien, Menggiring Perusahaan Berkembang menjadi Layanan Satu Pintu
Elisabeth Herbert, wanita asal Malang ini, merupakan lulusan dari Jurusan Teknik Sipil, ia memiliki pengalaman bekerja di perusahaan pertambangan di Kalimantan. Kemudian memutuskan bekerja di Bali, tepatnya di Exotiq Real Estate, menempati posisi sebagai Sales dan PA. Dengan segala pengetahuan yang sudah Elisabeth dapatkan di perusahaan yang bergerak di penyewaan vila tersebut, ia akhirnya mundur dari perusahaan dan memiliki ide untuk membuat website yang memuat usahanya tentang villa rental agency pada tahun 2007, dengan nama “Avavi Bali” (All Available Villas in Bali).
Avavi dalam perkenalannya dengan jangkauan internasional, masih hanya mengandalkan website, belum ada pasar online maupun media sosial seperti Airbnb, Instagram dan Facebook, juga travel agent online. Para wisatawan baik di dalam dan luar negeri pun tertarik dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkankan Avavi Bali. Mereka yang berencana akan berlibur ke Bali pun mempercayakan kebutuhan mereka soal akomodasi penginapan vila dan hotel.
Dari kepuasan klien saat menggunakan layanan Avavi pertama kali, kemudian menggiring Avavi Bali tak hanya fokus bergerak dalam agensi akomodasi. Kali kedua, salah satu kliennya tersebut, kembali menggunakan jasa perusahaannya dan lagi-lagi tak mengecewakan. Ketiga kalinya mengunjungi Bali, si klien kini memiliki tantangan kepada perusahaan yang beralamat di Jl. Pulasari, Benoa, Kuta Selatan, untuk mengatur event yang akan ia selenggarakan di Bali, dan hasilnya cukup berhasil. Sampai memilih venue di Bali untuk pesta pernikahan, disanggupi Avavi Bali, hingga diputuskan perusahaan ini juga menangkap peluang di bidang tersebut dengan brand nama “Avavi Bali Weddings”.
Elisabeth mengungkapkan dirinya adalah sosok yang perfeksionis, bila ada satu hal saja yang tidak sesuai dengan harapannya, tak bisa ia tolerir. Itulah mengapa ia tak mudah mendelegasikan kepercayaan klien pada perusahaan yang sudah ia dirikan dengan susah payah, kepada staf atau vendor begitu saja. Maka sejak 2007 sampai 2016, Elisabeth hanya mempekerjakan freelancer dalam meng-handle event-event klien, terutama untuk mewujudkan pernikahan yang sempurna. Untuk mendapatkan vendor, ia lakukan dengan mendatangi hotel-hotel untuk waktu diadakannya event-event atau wedding. Setelah langsung datang ke venue dan menyaksikan bagaimana wedding organizer tersebut bekerja
Para vendor yang menjalankan porsi pekerjaannya dengan memuaskan, ia ajak meeting dan menjadi partner dari Avavi Wedding. Barulah, Elisabeth mulai mempekerjakan satu orang staf dan terus bertambah menjadi lima orang staf. Singkat cerita, sikap perfeksionis Elisabeth dalam bekerja, pun merambah ke fasilitas perjalanan di Bali, “Avavi Bali Tour & Travel” lagi-lagi, atas permintaan dan kepercayaan klien kepadanya. Tak hanya sebagai pengusaha, Elisabeth dan suami sangat bersyukur, menjadi orang-orang pilihan Tuhan yang mendapat panggilan dari hati, untuk lebih banyak aktif dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama.
Mereka menyisihkan pendapatan sebesar 10% dari Avavi Bali untuk disumbangkan kepada para remaja khususnya untuk mengenyam pendidikan, pembagian sembako dan lain-lain. Namun terlepas dari donasi materi yang diberikan, yang ingin ditekankan Elisabeth, ia ingin menanamkan rasa hangat dan cinta kasih kepada para remaja yang tidak diterima oleh lingkungannya, yang bisa saja meninggalkan depresi, bahkan sudah ada yang melakukan percobaan bunuh diri, tentu bahaya sekali. Elisabeth dan suami berharap, semoga atas upaya pendekatan layaknya orang tua kepada anak-anaknya, bisa mengobati trauma mereka dan menyelamatkan masa depan para calon generasi bangsa ini.