Kembang dan Pertahankan Bisnis dalam Pandangan Generasi Milenial
Peran generasi muda dalam pembangunan di era global, tentu memiliki perbedaan yang jelas dengan generasi sekarang atau yang lebih dikenal dengan sebutan generasi milenial. Generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih, menimbulkan generasi ini lebih terbuka dalam pola pikir dan komunikasi. Hal ini tentu memberi manfaat dalam kesiapan dan tangguh dalam menjawab segala tantangan masa depan.
Di masing-masing daerah di Bali, sudah diciptakan dengan keistimewaannya masing-masing, seperti daerah Kuta untuk cocok untuk para pecinta surfing, daerah utara menonjol pada pesona alamnya dan daerah Tanjung Benoa sudah dikenal dengan pantainya yang cocok untuk wisata watersport. Perkembangan pariwista ini, di mata Made Bayu Perdana, tentu berbeda jauh dengan zaman dulu, namun karakter dari beberapa pengusaha tidak sepadan dengan perubahan tersebut. Seperti halnya yang pernah ia alami saat perusahaan bahari yang diwariskan oleh ayahnya mengalami penurunan.
Taman Sari Wisata Bahari, dirintis oleh anak nelayan, I Nyoman Wana Putra asal Tanjung Benoa. Awalnya wahana olahraga air ini datang dari Australia, dan kemudian diperkenalkan di kawasan tersebut karena memiliki kawasan alam dan pantai yang cocok untuk mengembangkan usaha watersport. Hal ini pun mendapat sambutan hangat dengan mulai diramaikan oleh para pemilik akomodasi penginapan. Sejak PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) atau Bali Tourism Development Corporation (BTDC) didirikan pada tahun 1972, pariwisata pun semakin berkembang dan Tanjung Benoa juga ikut terbawa arus positif pariwisata dengan menambahkan prasarana dan sarana bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Belajar dari pengalaman bisnis keluarga, Bayu Perdana yang menginjak usia 30 tahun ini, kemudian diberi kepercayaan oleh ayahnya untuk mengembangkan usaha tersebut sesuai dengan pandangannya sebagai generasi muda, lebih fleksibel, open minded dan simple. Hal yang paling menjadi sorotannya ialah perihal kompetitor dalam mempertahankan usaha. Namun istilah kompetitor, tidak ingin ia samakan dengan zaman ayahnya, di mana persaingan dengan para kompetitor sudah tidak berlaku di kacamata anak muda. Ada hal terpenting selain memikirkan sebuah kompetisi, yakni membangun kolaborasi antar sesama perusahaan atau kolaborasi antara pemilik usaha namun berbeda bidang, misalnya produk snack dengan mie instan. Jadi kolaborasi inilah yang harus dibangun, siapa yang menjalin kolaborasi dengan tepat, dialah yang akan maju dengan perusahaan mereka.
Sempat Ingin Menjadi Dosen
Bayu Perdana saat akan memasuki masa bangku kuliah, tak terpikirkan untuk menggeluti dunia pariwisata, bahkan sebelumnya ia memiliki sebuah cita-cita untuk menjadi seorang insinyur. Kisahnya dimulai saat beberapa kampus yang ia tuju, telah menutup tanggal pendaftaran dan ada juga kampus yang menyatakan ia tidak lolos tes masuk universitas. Ia pun terpaksa mengubur cita-citanya tersebut.
Hingga suatu ketika, saat ia menemani temannya untuk mendaftar kuliah, ia pun mengikuti langkah temannya tersebut dan terdaftar menjadi mahasiswa D3 Manajemen Hospitality di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, selama tiga tahun.
Setelah tamat, ia tidak memiliki keinginan sama sekali untuk bekerja di hotel. Karena baginya pekerjaan tersebut begitu mengikat waktu. Satu-satunya jalan ialah ia harus bekerja sebagai dosen.
Untuk berkarir di dunia pendidikan, Bayu pun melanjutkan kuliah S1 di kampus STIMI Handayani. Namun setelah lulus sarjana, ada kebijakan dari pemerintah bahwa untuk menjadi dosen harus memiliki pendidikan terakhir S2. Mendengar kebijakan tersebut, Bayu akhirnya memutuskan untuk membantu melanjutkan dan mengembangkan bisnis sang ayah.
Sudah selama empat tahun, Bayu berkecimpung dalam dunia pariwisata, khususnya mengembangkan Taman Sari Wisata Bahari. Hal ini menjadi sebuah pengalaman perdananya sebagai pimpinan yang menggerakan perusahaan, tentu bersama para staf yang telah ahli dalam bidangnya masing-masing dan bekerja secara optimal. Hal inilah yang menjadi pondasi awal Bayu dalam mempertahankan bisnis keluarga tersebut. Mengubah mindset, bahwa pemimpin bukanlah superman dalam sebuah perusahaan, melainkan membangun super team, di mana masing-masing karyawan memiliki peran dalam perusahaan.
Selain perannya dalam Taman Sari Wisata Bahari, Bayu juga berhasil menghasilkan passive income ownership dalam sebuah akomodasi penginapan bernama “Lavaya Resort” yang tengah dibangun di daerah Tanjung Benoa milik Bapak Rico Tampanawas. Di resort tersebut ia ikut terlibat sebagai pemegang saham, sembari mempelajari bisnis tersebut.