Jujur Membangun Usaha yang Bermanfaat bagi Masyarakat
Majalah Bali | Bila dilihat dari latar belakang orangtua sebagai Pegawai Negeri Sipil, I Ketut Bijaya Negara dapat dikatakan sudah terpenuhi dari segi ekonomi. Bahkan bicara masa depan, ia telah dipersiapkan oleh orangtua, khususnya sang ayah untuk mengambil jalan karier yang sama dan ia tinggal menjalankannya saja. Namun seiring bertambahnya pengalaman, terlebih berada di tengah-tengah rekan-rekan yang positif, inspirasi baru pun ia dapatkan dalam menata masa depan.
Saat masih duduk di bangku SMA, Ketut Bijaya masih terdoktrin untuk bekerja sebagai pegawai negeri suatu saat nanti, seperti kedua orangtuanya. Namun saat memasuki bangku kuliah, tepatnya di Fakultas Hukum, Universitas Udayana, mindset-nya pun mulai berkembang dan matang, seiring dengan pergaulan yang semakin luas.
Perkenalannya dengan salah satu rekannya yang memiliki usaha bengkel, membuat ia terinspirasi untuk membangun sebuah usaha. Dari sebuah perbincangan sederhana, rasa penasaran dan ketertarikan pun mulai muncul, hingga pada tahun 2009 ia memulai sebuah usaha clothing line dengan menciptakan nama brand sendiri.
Tidak main-main, meski ia menjalani usahanya sambil berkuliah, usaha perdananya tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yakni selama delapan tahun. Belum lagi, ia mendapat kepercayaan untuk mengelola arena futsal milik adiknya, yang tanpa sengaja memperkenalkannnya pada komunitas olahraga, hingga ia dipercaya memegang jabatan sebagai Manager Team Futsal Kabupaten Badung.
Setelah menikah pada tahun 2014, Ketut Bijaya semakin memperoleh inspirasi dan dukungan untuk menjadi wirausahawan dari ayah mertuanya. Di mana ayah mertuanya telah membangun usaha toko semen selama 20 tahun. Ia pun banyak belajar kiat membangun usaha seputar material bangunan dan akhirnya resmi mendirikan toko bangunan, “UD Jaya Karya” pada 18 Februari, bertepatan dengan hari raya Imlek.
Di atas tanah bangunan milik ayahnya, UD Jaya Karya memulai perjalanan usaha yang awalnya hanya mempekerjakan ia, istri dan satu tukang. Karena diakui olehnya, ia belum berani untuk mengambil banyak pekerja, mengingat belum bisa dipastikan bagaimana masa depan tokonya kelak. Meski demikian, ia berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan usahanya dan sembari menerapkan saran orang-orang sekitar yang memberikan dukungan positif kepadanya.
Salah satu saran yang paling ia ingat dan sesuai dengan kondisinya dalam menjalankan usaha ialah, bagaimana mempelajari produk yang ditawarkan secara mendetail. Rekannya saat di bangku kuliah mengatakan, dalam proses tersebut tak menutup kemungkinan bisa dipelajari secara terjun langsung saat melayani pembeli atau dikenal dengan istilah “Learning by doing”. Seiring dengan bertambahnya pengalaman melayani pembeli, secara tidak langsung ia akan memahami berbagai macam produk dan mengikuti permintaan pasar selanjutnya, agar usaha terus eksis.
Tantangan demi tantangan harus dihadapi seseorang untuk menjadi sosok yang lebih baik ke depannya, terlebih sebagai seorang wirausahawan. Belajar dari pengalaman Ketut Bijaya terdahulu, ia sempat kebablasan perihal memberikan keringanan pembayaran kepada pembeli, dengan cara mengebon. Alhasil tanpa terasa barang di tokonya pun habis, tanpa ada pemasukan sama sekali. Belum lagi, pihak dari bank mulai menghubunginya, sehingga ia harus segera mengatasi permasalahan tersebut.
Sempat khawatir atas apa yang dihadapi putranya, orangtua Ketut Bijaya memberikan kesempatan kepadanya untuk bertanggungjawab menyelesaikan permasalahan tersebut. Ketut Bijaya yang masih memiliki usaha clothing line yang masih berjalan, ia manfaatkan pemasukan dari usaha tersebut untuk menutup tunggakan di toko bangunan dan harus mengorbankan usaha clothing-nya yang sempat goyang saat itu.
Ketut Bijaya saat ini tengah mempersiapkan usaha selanjutnya. Ada sebuah harapan terselip, agar usaha pasar yang akan di bangun di Dalung tersebut, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, di tengah kondisi pandemi saat ini. Dengan menjaga etika bisnis, salah satunya adalah berpegang pada prinsip kejujuran. Ia meyakini, rezeki akan senantiasa mengikuti sang pemilik usaha.