Jangankan Cita-Cita Mimpi pun Tidak Pernah untuk Menjadi Perbekel Tumbak Bayuh Desa yang Bukan Tempatnya Dilahirkan
I Nyoman Sarjana, atau yang hangat disapa Mang Jana, memiliki kisah yang membedakan dirinya dari para perbekel lainnya di Bali. Ia bukanlah orang asli Desa Tumbak Bayuh yang kini justru dipercaya menjadi perbekel di Desa Tumbak Bayuh, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Menelisik kehidupan masa kecil Mang Jana di kampung terpencil yaitu di Banjar Langkan, Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Sebagai anak petani kecil dan di daerah terpencil sudah pasti tidak terlepas dari kehidupan yang keras dan itu sudah dihadapi serta dijalani oleh Mang Jana dari sejak usianya masih kecil. Diceritakan dari usia dini, Mang Jana memang dikenal suka berinovasi walau dimulai dari hal kecil. Di saat masih duduk dibangku Sekolah Dasar, jadi kuli seperti pekerja kebun, pembuat arang, bahkan sempat menjadi juru angkut barang di Pasar Kumbasari juga pernah dijalani. Dan memang Mang Jana ketika di masa SD dan SMP memang dikenal sebagai anak yang sangat nakal. Berlanjut dibangku SMA, pada saat itu kondisi ekonomi orang tuanya dalam kesulitan.
Di situ Mang Jana berpikir untuk bagaimana melanjutkan sekolah sehingga akhirnya Mang Jana mengambil keputusan untuk ikut bekerja di bengkel milik kakak sepupunya di daerah tersebut, dan itu berlangsung selama 3 tahun atau selama masa SMA-nya, yang saat itu bersekolah di SMA Saraswati Bangli. Ada lagi kenangan yang tak kalah mengesankan. Karena di Bangli tidak terdapat sumber air yang besar, maka masyarakat di daerah tersebut memiliki bak penampungan air hujan yang disebut jubang atau jeding. Saat jeding kosong biasanya datang dari nyabit, di sana Mang Jana menghibur hatinya dengan mengisi waktu dengan bernyanyi-nyanyi dibibir jeding tersebut. Bermula dari suara yang bagus terdengar dari jeding tersebut, hal itu ternyata menambah kepercayaan diri dari Mang Jana untuk tampil di suatu acara Ulang Tahun Sekaa Teruna Giri Seraya, yang mana saat itu Mang Jana sudah menjadi anggota baru di organisasi pemuda tersebut dengan ikut menyumbang lagu yang mana suatu kebetulan saat itu ada beberapa penyanyi pop Bali dan didampingi oleh produsernya. Tanpa disangkanya ternyata produser tersebut tertarik dengan vokal Mang Jana, dan kemudian mencoba mengorbitkan untuk menjadi penyanyi pop Bali. Lagu ulian iseng yang merupakan single pertamanya tanpa diduga diterima oleh pecinta musik pop Bali, hingga lagu tersebut berkali-kali bertengger dipuncak tangga diberbagai radio di Bali.
Setelah Mang Jana mulai dikenal banyak orang, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, termasuk mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang dikenalnya. Kemudian Mang Jana memulai bisnis kecil-kecilan yang berhubungan erat dengan lingkungan masyarakat petani, ia menjadi penyuplai pupuk dan juga menjual kotoran ayam boiler yang digunakan oleh petani jeruk di kebun mereka, atau didistribusikan oleh sopir-sopir truk. Setelah beberapa tahun, karena permintaan mulai menurun, ia beralih ke bisnis penyemprotan kebun jeruk dengan menggunakan mesin. Bisa dikatakan, ia menjadi orang pertama yang melakoni jasa semprot tanaman jeruk di Kabupaten Bangli. Melihat inovasi yang dilakukan Mang Jana, para petani pun mulai mengikuti jejaknya sehingga pekerjaannya sebagai penyemprot kebun jeruk tidak lagi sangat dibutuhkan.
Mang Jana kemudian mengubah jalur bisnisnya dengan memasuki bisnis jual-beli motor, dengan berbekal pengalaman di bengkel yang selama 3 tahun pernah dijalaninya, saat itu Mang Jana hanya mengandalkan relasi untuk menjalankan bisnisnya. Setelah sekitar 5 tahun, ia baru berhasil memiliki showroom kecil yaang mungkin hanya mampu dengan stok barang maksimal 5 unit, setelah berjalan sekian lama usaha showroom-nya pun tidak selalu dihadapkan pada situasi yang baik-baik saja, sudah pasti ada pasang surut dan jatuh bangun. Walau demikian dalam situasi apapun, Mang Jana selalu berupaya untuk mencari jalan untuk bisa keluar dari keterpurukan, dan Mang Jana akhirnya selalu mampu bangkit ketika usahanya dalam kesulitan. Hal itu terus berlanjut tanpa disadari ternyata usahanya itu terus mengalami peningkatan dan memicu munculnya sekitar 14 showroom lainnya di Desa Pengotan. Tak lepas dari bisnis yang mengalami masa sulit, Mang Jana juga mencoba peluang lainnya, bermula dari menjadi calo tanah sampai terjun langsung ke bisnis properti yang dilakoninya sampai saat ini.
Mang Jana menikah pada tahun 2000, dan saat itu ia masih sebagai warga Banjar Langkan, Desa Pengotan, Kabupaten Bangli. Sampai pada tahun 2007, ia masih berstatus tinggal di Bangli. Karena di rumah mertua tidak ada anak laki-laki, maka Mang Jana bersama anak dan istrinya diajak tinggal di Desa Tumbak Bayuh, sehingga tepat pada tahun 2008 Mang Jana, anak dan istrinya sah menjadi warga Banjar Gunung Pande, Desa Tumbak Bayuh. Berbekal kemampuan seni tabuh dan tari, olahraga, serta beberapa bisnis yang dilakoninya, Mang Jana yang merupakan warga yang tidak terlahir di Desa Tumbak Bayuh sangat cepat berinteraksi dan bersosialisasi. Sehingga pada tahun 2015, ia ditunjuk oleh teman-temannya untuk menjadi calon perbekel di Desa Tumbak Bayuh, padahal hal itu jangankan menjadi cita-citanya, mimpi pun tidak pernah untuk menjadi kepala desa di Tumbak Bayuh. Hal ini dikarenakan Mang Jana sadar, jangankan menjadi ketua sekaa teruna, menjadi ketua kelas saja tidak pernah dimasa sekolahnya, ditambah ia menyadari bahwa dirinya masih tergolong orang baru di Desa tumbak Bayuh. Mang Jana menolak berkali-kali penawaran dari teman-temannya tersebut, sampai penawaran terakhir Mang Jana mencoba mempertimbangkannya kembali, karena setelah 8 tahun bersosialisasi dan tinggal di Desa tumbak bayuh, ia melihat banyak potensi yang ada di Desa Tumbak Bayuh perlu digali, dibangun dan dikembangkan. Akhirnya, atas dasar pertimbangan tersebut dan dorongan hati Mang Jana untuk tanah yang dipijaknya, ia menyetujui untuk dicalonkan sebagai calon perbekel. Dengan harapan posisi perbekel secara langsung dan strategis dapat menuangkan gagasan dan ide-ide briliannya untuk kemajuan Desa Tumbak Bayuh yang sudah menjadi tempat tinggalnya.
Singkat cerita, pada akhirnya dari 4 calon yang ada saat itu, Mang jana berhasil terpilih menjadi Perbekel Tumbak Bayuh periode 2016-2022. Saat memulai perjalanannya menjadi perbekel, Mang jana mengibaratkan dirinya ditunjuk sebagai nahkoda dari sebuah kapal dan kapalnya itu adalah Desa Tumbak Bayuh. Setelah kapal tersebut coba dijalankan, ternyata jalannya tidak mau bagus, setelah dicek dan dipelajari ternyata banyak komponen mesin kapal tersebut yang tidak berfungsi dengan baik. Komponan yang dimaksud seperti perangkat desa, lembaga-lembaga yang ada di desa seperti DPD, LPM, Karang Taruna, PKK, Karang lansia dan lainlain. Kesimpulan Mang Jana yang saat itu menjadi nahkoda Tumbak Bayuh akhirnya memperbaiki komponen-komponen mesin tersebut agar roda atau jalan pemerintahan serta program-program Desa Tumbak Bayuh bisa berjalan baik dan lancar. Dan terbukti salah satu lembaga kepemudaan yaitu karang taruna, berkembang aktif hingga menorehkan berbagai prestasi untuk Desa Tumbak Bayuh. Dengan aktifnya lembagalembaga atau komponen-komponen lainnya juga, maka kegiatan-kegiatan atau program-program kemasyarakatan selalu berjalan lancar dan penuh dukungan serta antusias dari masyarakat.
Namun sayang sekali ditengah kesuksesannya membawa Tumbak Bayuh ke arah yang lebih baik, diakhir masa jabatannya justru Mang Jana mendapatkan cobaan dan musibah yang mana istrinya sakit selama satu tahun sampai akhirnya meninggal. Pada saat itupun Mang Jana selalu berusaha dan berjuang untuk bangkit lagi walau dalam musibah yang dianggapnya sangat besar, karena mengingat masih banyak tanggung jawab seperti untuk anak dan keluarga serta tanggung jawab terhadap desa dan warga Desa Tumbak bayuh. Tidak sampai di sana, walaupun dalam kondisi terpuruk, seiring dukungan dan support dari temantemannya, Mang Jana kembali dicalonkan menjadi Calon Kepala Desa Tumbak Bayuh periode 2022-2028, dan walau melalui perjuangan yang tidak mudah Mang Jana kembali terpilih menjadi perbekel di periode tersebut. Menurut Mang Jana, ia memang betul-betul terinspirasi dan sangat setuju terhadap ungkapan-ungkapan Bupati Badung yaitu I Nyoman Giri Prasta yang selalu mengumandangkan salam Vasudhaiva Kutumbakam yang artinya kita semua adalah saudara, karena kegagalan terbesar seorang pemimpin adalah ketika gagal mempersatukan masyarakatnya, dan Mang Jana menilai sosok Giri Prasta sangat menginspirasi karena Giri Prasta yang notabene sebagai Bupati Badung berhasil mempersatukan masyarakat Badung. Dan itu merupakan salah satu cita-cita terbesar Mang Jana di samping kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Ia bercita-cita dan berharap besar agar seluruh masyarakat Desa Tumbak Bayuh benar-benar memupuk rasa kebersamaan dan menjunjung tinggi rasa persatuan untuk mewujudkan Desa Tumbak Bayuh Vasudhaiva Kutumbakam. Dan Mang Jana berharap konsep Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh itu betul-betul dimaknai, karena ketika kita bersatu, maka kitapun akan menjadi kuat, aman, nyaman dan damai. Pesan dan motivasi dari Mang Jana “Jangan Pernah Menyerah dalam kondisi apapun, berjuang, berjuang dan berjuang”.