Ikhlas dan Jujur adalah Kunci Utama dalam Hidup

Semua orang memiliki peluang yang sama dalam kehidupan, namun tidak semua orang mendapati nasib yang sama tergantung besar usaha dan keberanian diri untuk terjun dan melangkah. Selalu ada celah bagi manusia yang memiliki mental baja pantang menyerah untuk menggapai angan dengan sikap ikhlas dan jujur.

I Made Pering Santika atau yang akrab disapa Denik merupakan pria kelahiran Ubud 16 Juni 1973. Ayah Denik yang bernama I Nengah Mider memiliki dua orang istri. Denik adalah anak ke-5 dari enam bersaudara yang merupakan anak dari istri pertama ayahnya yang bernama Ni Ketut Bunter. Kemudian, ayahnya menikah lagi saat Denik berusia satu tahun.

Denik dan saudara kandungnya tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayahnya. Ayahnya selalu memprioritaskan istri kedua dan anak dari istri keduanya. Namun, Denik selalu ikhlas menjalankan nasibnya dan selalu optimis untuk melangkah. Setiap hari Denik selalu mendapati ibu kandungnya menangis meratapi nasib, membuat Denik merasa iba.

Tetesan air mata seorang ibu adalah motivasi terbesar Denik untuk bisa melangkah dan bangkit. Tak pernah mengeluh dan patah semangat, itulah sosok dari seorang Denik. Ia berhasil meluluskan pendidikannya di SD Negeri 2 Ubud, SMP Negeri 1 Ubud dan SMA Negeri 1 Ubud.

Setelah Denik lulus SMA, Denik kuliah di Surabaya dan mengambil jurusan arsitektur. Di Surabaya, Denik kuliah di Universitas Pembangunan Nasional dengan program studi arsitektur. Lulus dari Universitas Pembangunan Nasional, Denik bekerja di salah satu pabrik di Surabaya. Hingga akhirnya Denik mendapatkan kepercayaan sebagai kepala pabrik itu, tentu tidak mudah seperti kita membalikkan telapak tangan. Itu semua butuh proses dan perjuangan yang sangat panjang.

Bekerja menjadi kepala pabrik di salah satu pabrik yang ada di Surabaya, Denik berpenghasilan Rp. 1.000.000. Denik merasa nyaman tinggal dan bekerja di Surabaya dibandingkan di Bali yang harus tinggal bersama keluarganya yang broken home dan selalu menyudutkan dirinya dan selalu merasa iba ketika melihat ibunya menangis setiap hari.

Namun takdir berkata lain, Denik terkena penyakit Hepatitis A dan harus diopname selama tiga minggu di salah satu rumah sakit Surabaya. Kakaknya pun meminta agar Denik pulang saja ke Bali. Butuh waktu yang lama dan berpikir berkali-kali terkait pekerjaannya sebagai kepala pabrik. Akhirnya, Denik mengikhlaskan pekerjaannya dan balik ke Bali.

Di tahun 2005 Denik menikah dengan pasangannya yang tinggal di Surabaya, bernama Endah Setyowati dan dikaruniai tiga buah hati. Hadirnya seorang istri dan buah hati mendorong Endik untuk lebih semangat dalam menjalani kehidupan. Di tahun 2008 Endik dan istrinya memilih untuk membuka usaha dibandingkan menjadi pekerja. Usaha yang dibuka adalah Toko Bangunan yang diberi nama “UD Karya Pering”.

Awal dibukanya UD Karya Pering, Denik kesulitan dalam menjalankan usaha mereka. Hal itu dikarenakan toko bangunannya belum banyak memiliki relasi. Seiring berjalannya waktu, UD Karya Pering mendapatkan kepercayaan dan bekerja sama dengan banyak agen bahan bangunan. Sehingga membuat UD Karya Pering berkembang maju dan eksis dimasyarakat.

Denik berpesan kepada generasi muda Bali agar selalu optimis dan ikhlas menjalankan sesuatu hal. Jangan pernah menyerah jika mendapati kegagalan, kegagalan adalah hal yang wajar karena gagal adalah salah satu proses menuju kesuksesan. Selain itu, jujur adalah kunci utama dalam hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!