Harumnya Kembang Rampai Mewangi hingga Bisnis Akomodasi
Di tengah hamparan daun pandan harum nan hijau di Desa Tumbak Bayuh, Mengwi, masyarakatnya telah berhasil membangun usaha dari bahan baku tersebut menjadi bisnis produksi dan penjualan bunga kembang rampai. Pada umumnya, kembang rampai dijadikan sebagai elemen penting pada canang, sarana dalam persembahyangan umat Hindu. Dari kesuksesan usaha tersebut, masyarakat setempat kemudian meluaskan ekspansi ke sektor akomodasi penginapan. Mereka berharap bahwa lokasi desa yang berdekatan dengan Canggu, yang dikenal sebagai ‘kampung bule’, dapat turut mendapatkan manfaat dari gelombang rezeki pariwisata yang datang. Salah satu keluarga yang berhasil mengambil peluang ini adalah keluarga Made Ardianto. Berkat kesuksesan bisnis kembang rampai, mereka berhasil mendirikan Umah Nugraha Guest House.
Dalam keturunan keluarga Made Ardianto, produksi kembang rampai diinisiasi oleh kakek sebelum tahun 1990, sementara orang tua Ardianto selain bekerja sebagai petani juga merupakan pekerja proyek. Setelah kakek meninggal, usaha tersebut kemudian difokuskan oleh orang tua dan Ardianto sendiri yang saat itu masih duduk di bangku SD. Ia mulai terlibat seperti mengerjakan pemotongan daun pandan harum secara manual. Pertengahan tahun 1995 pelaku bisnis ini semakin berkembang menjadi 90%, yang awalnya hanya 20% – 30% yang terkonsentrasi pusatnya di Banjar Tiyingtutul, Desa Tumbak Bayuh. Di antara keluarga yang juga memiliki usaha serupa, keluarga Ardianto pun menunjukkan komitmen dan inovasi mereka, sebagai yang pertama memiliki mesin pemotong.
Kendati bisnis tersebut telah menyentuh seluruh pedagang canang atau penjual bunga khususnya untuk bahan pembuatan banten di Denpasar, Ardianto memilih melanjutkan ke sekolah kejuruan, tepatnya di SMKN 1 Denpasar pada Jurusan Bangunan Gedung. Ia khawatir, bila tak bisa melanjutkan kuliah karena faktor ekonomi, jadi setidaknya ia sudah dibekali kemampuan terlebih dahulu. Syukurnya, ia bisa melanjutkan kuliah, di Universitas Warmadewa pada Jurusan Teknik Sipil yang ia tekuni selama 4,5 tahun.
“Setelah tamat, bukannya menggunakan S.T sebagai Sarjana Teknik, melainkan Sarjana Tani,” ucap Ardianto sambal tertawa. Karena ia tak bisa lepas dari rutinitas bisnis kembang rampai, yang membuatnya tidak memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pemilik proyek atau perusahaan kontraktor, hanya diwakilkan oleh timnya saja. Suatu waktu, kakak dasarnya di pariwisata, memiliki ide untuk membangun bisnis akomodasi penginapan, mengingat Desa Tumbak Bayuh berdekatan dengan Canggu, yang kini dikenal dengan sebutan ‘kampung bule’. “Tak dipungkiri, ada rasa gambling juga, karena yang tidak memiliki latar belakang pariwistata, ditunjuk sebagai operasional, sementara kakak sebagai manajer” ucap Ardianto. Di tahun 2018, didirikanlah Umah Nugraha Guest House yang terdiri atas 5 unit, dan sejak itu terus berkembang hingga resmi memiliki 13 unit.
Sebelum PPKM yang diterapkan pemerintah untuk memutus rantai virus Covid-19, Umah Nugraha Guest House mengalami perkembangan yang positif dengan tingkat hunian yang tinggi. Namun, belajar dari dampak pandemi yang mempengaruhi bisnisnya, Ardianto menyimpulkan bahwa sektor pariwisata sangat rentan terhadap situasi eksternal. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tidak hanya mengandalkan bisnis itu saja, dengan tak kalah mengembangkan bisnis kembang rampai, dan mulai melakukan langkah persiapan untuk mewarisi bisnis turun temurun tersebut ke anak-cucu. Di sisi lain, sebagai orang Bali dengan karakter yang penuh rasa syukur, Ardianto melihat bahwa ia masih beruntung karena tidak memiliki beban kredit saat itu. Membuatnya dapat fokus pada pembiayaan untuk pemeliharaan propertinya agar tetap terjaga dengan baik. Sikap penuh rasa syukur ini mencerminkan filosofi hidup Bali yang mengajarkan untuk selalu menghargai dan bersyukur atas apa yang dimiliki, bahkan di tengahtengah kesulitan.
Memetik buah dari rasa syukur, saat momen kebangkitan pemilik usaha pariwisata khususnya akomodasi akhirnya tiba. Umah Nugraha Guest House salah satunya, kembali dipenuhi penginap, terutama saat agenda balapan motor bergengsi, seperti MotoGP di Sirkuit Mandalika. Kesempatan ini tidak hanya menjadi titik balik yang membangkitkan semangat, tetapi juga menjadi momentum penting dalam meningkatkan pendapatan dan reputasi bisnis akomodasi milik Ardianto. Tak hanya bisnis akomodasi, Ardianto juga berharap agar bisnis kembang rampai yang menjadi warisan keluarga juga terus berkembang. Dengan keyakinan dan semangat yang sama, ia berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan bisnis kembang rampai, mempertahankan kualitas serta menghadirkan inovasi baru, mungkin dengan bahan baku yang sama, namun produk yang berbeda yang dapat menarik minat pasar lokal maupun wisatawan. Jika keduanya mampu berjalan beriringan, kedua bisnis tersebut pun dapat saling mendukung dan memberikan pertumbuhan positif bagi ekonomi keluarga serta masyarakat sekitar.