Strategi Bersatu Pengembang Properti Bali Melawan Dominasi Eksternal

“Dulu saya itu orangnya saklek, kalau A ya A, kalau B harus B. Namun semenjak bisnis ayah saya terkena tipu, membuat saya lebih fleksibel, demi memenuhi kebutuhan ekonomi, setidaknya kebutuhan diri sendiri. Berbagai percobaan usaha pun sempat saya jalani, sampai akhirnya bertemu bisnis yang memenuhi hasrat saya, meski tak sejurusan dengan ilmu profesional saya di bidang hukum”.

Ketut Nurcaya Gita

Berbagai upaya sempat dilakukan Ketut Nurcaya Gita, sejak bisnis properti ayahnya mengalami kemunduran di tahun 2014. Dampak dari situasi tersebut semakin terasa pada tahun 2018, mendorong Ketut Nurcaya mulai mengambil langkah-langkah yang mungkin sebelumnya tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Terlebih lagi, ayahnya memberinya nasihat, “Lebih baik meletakkan tangan di atas, daripada di bawah”, yang mendorongnya untuk mencari peluang baru. Sebagai respons, Ketut Nurcaya telah mencoba berbagai hal, termasuk menjadi reseller makaroni, belajar tentang trading dan saham, membuka kedai kopi dan menjadi makelar properti.

Sambil melanjutkan studi S2 Kenotariatan, Ketut Nurcaya mulai bekerja sebagai makelar properti. Dengan memanfaatkan relasi dari orang tua, ia memilih lahan miliknya sendiri sebagai target pertama untuk dipasarkan. Namun karena konsentrasi yang terbagi dengan kuliah, dalam 2 tahun tersebut, ia hanya berhasil menjual satu rumah. Meskipun hanya berhasil menjual satu properti, yang terpenting adalah pengalaman yang ia dapatkan, terutama target alumnus SMAN 8 Denpasar ini yang akan memiliki bisnis developer sendiri. Selama menjadi makelar, ia telah berinteraksi dengan beragam karakter makelar. Pengalaman tersebut mengajarkannya untuk lebih selektif dalam memilih mitra makelar nantinya. Ia juga jadi memahami arah dan trik-trik komunikasi dari makelar-makelar tersebut. Pengalaman selanjutnya yang paling berkesan, saat Ketut Nurcaya dipandang sebelah mata karena penampilannya yang sederhana dan usianya yang masih muda. Ketika berada di lapangan untuk melihat lahan yang akan dipasarkan. Beberapa orang setempat bahkan mencoba untuk membohongi dengan mengatakan bahwa lahan yang akan ia pasarkan tidak memiliki akses jalan, padahal ia sudah memiliki denah yang jelas. Dari pengalaman tersebut, ia belajar bahwa penampilan memegang peranan penting karena memberikan kesan awal yang meyakinkan kepada orang lain.

Benar saja, tantangan yang dihadapi Ketut Nurcaya setelah mendirikan bisnis developer CV Budi Gita Utama, adalah dalam berinteraksi dengan makelarmakelar properti. Beberapa masalah yang dihadapinya termasuk cara mereka memasarkan lahan dengan memberikan harapan palsu tanpa komitmen kepada pihak developer. Selain itu, ada juga makelar yang menaikkan harga sesuai keinginannya sendiri dan mengatur pembelian di lapangan tanpa berkoordinasi dengan developer. Prosedur pemasaran yang benar, seharusnya melibatkan makelar sebagai penghubung antara pembeli dan developer. Saat makelar bertemu dengan pembeli, harga seharusnya langsung terhubung dengan developer untuk memastikan konsistensi dan transparansi dalam penawaran. Jika tidak, hal ini dapat menjadi penghambat dalam proses penjualan dan bahkan membuat pembeli membatalkan transaksi dengan developer. Dalam menghadapi tantangan ini, Ketut Nurcaya selektif memilih makelar yang dapat dipercaya dan berkomitmen untuk bekerja sama secara profesional. Komunikasi yang jelas dan kerja sama yang erat antara developer dan makelar sangat penting untuk memastikan kesuksesan dalam pemasaran dan penjualan properti.

Tantangan lain dalam pengembangan properti melibatkan berbagai aspek, termasuk masalah modal dan perizinan. Contohnya, ketika mengembangkan lahan yang memiliki kondisi tertentu seperti berada di tebing, memang diperlukan modal tambahan untuk meningkatkan nilai propertinya. Hal ini bisa melibatkan proses seperti pembersihan, pemagaran, atau pengaturan tata letak yang sesuai. Selain itu, masalah perizinan juga sering menjadi kendala dalam pengembangan properti, terutama jika lahan tersebut adalah Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD). Untuk mengubah penggunaan lahan sawah menjadi lahan untuk pembangunan properti, perlu mendapatkan izin khusus. Proses ini tidak hanya memakan waktu, tetapi juga memerlukan biaya tambahan yang signifikan, yakni sebesar Rp30 juta/are. Jika ingin mengubah status lahan sawah menjadi jalur kuning untuk tujuan pembangunan, juga memerlukan proses dan biaya tambahan. Keseluruhan proses ini menunjukkan bahwa pengembangan properti tidak hanya investasi modal, tetapi juga melibatkan navigasi kompleks terkait peraturan dan perizinan yang berlaku.

Dari pengalamannya sebagai developer, insting Ketut Nurcaya semakin terasah. Ia tertarik untuk melakukan pengembangan properti di kawasan pariwisata di Desa Plaga, Badung. Desa tersebut memiliki udara yang sejuk dan memiliki Bendungan Yeh Ho yang menghubungkan tiga kabupaten yaitu Badung, Gianyar, dan Bangli. Di samping potensi tersebut, Ketut Nurcaya menambahkan, dibutuhkan peran pemerintah dalam mengarahkan pembangunan di Plaga, agar tidak terjadi ketimpangan dengan wilayah lain di Badung. Untuk kawasan lain misalnya di Singaraja, jika bandara jadi dilaksanakan, maka akan membuka potensi baru dalam pengembangan properti di daerah tersebut. Bandara baru akan meningkatkan aksesibilitas ke Bali utara, menjadikannya sebagai destinasi yang lebih menarik bagi wisatawan dan investor properti yang menjanjikan.

Ketut Nurcaya memiliki harapan bisa bersatu padu dengan para developer lokal di Bali, agar dapat bersaing dengan fenomena pebisnis properti dari luar Bali. “Mereka seharusnya hanya datang untuk berwisata, bukan berbisnis,” ungkap kekecewaaan Ketut Nurcaya. Dengan berkolaborasi dengan developer lokal, modal yang dimiliki bisa lebih besar dan jaringan hubungan juga lebih luas. Selain itu, Ketut Nurcaya juga berencana untuk menetapkan standar harga agar tidak terjadi monopoli harga di pasar lokal. “Hal ini penting agar kita tidak hanya menjadi penonton di tanah sendiri, melainkan dapat berperan aktif dalam pengembangan dan pemasaran properti di Bali,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!