Hambatan Tantangan dan Rintangan adalah Risiko dalam Berbisnis
Mencapai titik kesusksesan tidak bisa dilihat hanya secara instan saja. Ada proses usaha yang panjang dan kerja keras dalam mencapai titik kesuksesan. Berani mencoba dan terus bangkit adalah langkah awal untuk mencapai titik kesuksesan.
Gde Gerry Margiana atau yang akrab dipanggil Gerry adalah pria pekerja keras yang lahir di Samarinda, 22 April 1979. Gerry adalah anak sulung dari 2 bersaudara. Orang tua Gerry berprofesi sebagai seorang dokter. Meski berasal dari keluarga yang mapan dari segi ekonomi, tetapi orang tua Gerry tidak pernah memanjakannya seperti temanya yang lain.
Selepas pindah dari Samarinda, masa sekolahnya dilalui di Madura karena ikut dengan orang tua yang ditugaskan di Madura. Mengenyam pendidikan hingga SMA Gerry jalani di Madura, hingga di tahun 1997 Gerry lulus dari SMA Negeri 1 Pamekasan dan mulai memikirkan tujuan selanjutnya. Gerry memutuskan berkuliah di Australia dengan jurusan Manajemen Perhotelan. Awalnya perkuliahan Gerry berjalan dengan lancar. Akan tetapi, di tahun 1999 Australia mengalami krisis moneter yang menyebabkan harga dollar naik pada saat itu membuat Gerry harus kembali ke Indonesia saat ia sudah menginjak masa akhir semester 2 perkuliahannya.
Gerry melanjutkan perkuliahannya di IBMT Surabaya dan berhasil lulus di program studi manajemen perhotelan. Setelah lulus kuliah Gerry sempat bekerja di bank mendapat bagian di marketing kredit. Namun, ditengah masa perjuangannya, kabar duka datang dari ibunya, Luh Putu Kusuma Wardani yang harus berpulang ke rumah Tuhan. Saat itu, Gerry sangat terpukul atas kejadian tersebut.
Di tahun 2008 Gerry memutuskan untuk ke Bali mencari celah kehidupan yang baru dan perlahan melupakan keterpurukannya. Kemudian di tahun 2015, Gerry mulai berpikir untuk membuka bisnis sendiri dan berhenti bekerja di perusahaan. Awal membuka bisnis, Gerry berkecimpung di usaha liquid vape dan supplier pisang ijo yang di suplai di beberapa rumah sakit. Tetapi, karena ketersediaan pisang ijo sangat minim dibandingkan dengan kebutuhan pasar, ia memutuskan untuk berhenti menjalankan bisnis tersebut.
Kemudian, Gerry kembali berusaha menjalankan bisnis baru yang bergerak di bidang ekspedisi pengiriman barang, bisnis ekspedisi tersebut diberi nama “Margi Trans Logistic Bali”. Bisnis ekspedisi ini dirintis karena sempat berpengalaman bekerja sebagai distribusi logistik di salah satu pabrik wine. Dari sanalah Gerry mendapat banyak pengalaman di bidang logistik.
Awal dibukanya Margi Trans Logistic Bali, Gerry sempat ditipu oleh pihak artshop sehingga kerap mengalami kerugian. Namun, seiring waktu Gerry banyak belajar dari kesalahan hingga berhasil membuat Margi Trans Logistic Bali berjalan dengan baik dan mendapat respons positif dari masyarakat.
Margi Trans Logistic Bali adalah ekspedisi pengiriman barang seperti patung, furnitur, alat selam, motor dan lain-lainya. Pangsa pasar Margi Trans Logistic Bali adalah penduduk Indonesia bagian tengah dan timur serta tamu mancanegara yang berkunjung ke Bali dan membeli beberapa peralatan dan membutuhkan jasa pengiriman barang.
Margi Trans Logistic Bali mengalami penurunan profit sebesar 70% selama pandemi ini. Bahkan sejak pandemi ini, Margi Trans Logistic Bali mulai membuka jasa baru yaitu menawarkan jasa angkut barang pindahan di beberapa perusahaan yang ada di Bali. Gerry berharap Bali segera pulih dari wabah Covid-19 agar semua sektor berjalan dengan baik seperti dulu. Selain itu, Gerry juga berharap bisa membuat gudang sendiri untuk Margi Trans Logistic Bali. “Jangan terlalu banyak berencana dalam memulai bisnis. Cukup hanya lihat peluang, potensi diri dan aksi. Hambatan, tantangan dan rintangan adalah rsiko dalam berbisnis”, pesan Gerry kepada generasi muda.