Kalahkan Ketakutan dalam Diri dan Mulailah Mencoba
Dalam proses mencapai titik kesuksesan banyak usaha dan perjuangan yang dibutuhkan. Setiap orang yang mencapai titik kesuksesan pasti pernah menapaki kegagalan, namun perlu disadari bahwa gagal harus kita habisakan selama berproses untuk bisa mencapai titik kesuksesan.
I Wayan Budiarsana atau yang kerap disapa Wayan adalah pria kelahiran Baturiti 4 Februari 1984. Wayan adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Terlahir dalam sosial ekonomi keluarga yang sulit membuatnya tidak semewah temannya yang lebih beruntung. Ayahnya, Made Puden, bekerja di loket masuk objek wisata di Bedugul dan ibunya, Nyoman Mustini membuka warung kecil-kecilan di rumah.
Masa kecil hingga SD, Wayan habiskan di Baturiti, tempat orang tuanya merantau mencari kehidupan. Sebenarnya, ayah Wayan berasal dari Tampaksiring, namun sudah lama merantau di Baturiti. Sehingga ia menghabiskan waktunya dengan teman-teman setempat setiap hari.
Saat akan menginjak masa putih biru Wayan disarankan oleh orang tuanya untuk bersekolah di Denpasar. Meski keadaan ekonomi sangat sulit, namun bagi orang tua pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk anaknya. Tentu, orang tua mengharapkan yang terbaik dari anaknya.
Wayan pun mengikuti arahan orang tuanya bersekolah di Denpasar yaitu di SMP Negeri 7 Denpasar. Saat itu di Denpasar, Wayan tinggal tanpa orang tua dan adik-adiknya, melainkan menumpang tempat tinggal di salah satu kerabatnya yang tinggal di Denpasar. Bahkan, saat SMA pun Wayan juga di Denpasar.
Setelah lulus dari masa putih abu di SMA Negeri 2 Denpasar Wayan sempat kuliah. Namun, sangat disayangkan sekali karena Wayan tidak bisa meluluskan ujian terakhirnya. “Tidak hanya saya saja yang tidak lulus saat itu, tapi semua teman saya yang mengikuti ujian itu tidak ada yang lulus satu pun”, ungkap Wayan.
Tidak lulus dari perkuliahannya membuat Wayan merasa terpukul dan kecewa. Namun, sadar cobaan dalam hidup adalah hal yang wajar sebagai manusia. Cobaan akan terasa berat jika ia patah semangat, namun Wayan yakin cobaan yang dihadapi tetap bisa dilewati dengan jalan bangkit dan terus berusaha semaksimal mungkin, meski tanpa bermodalkan materi.
Seiring perjalanan waktu berbagai pengalaman bahagia, pahit dan getir sudah pernah dirasakan Wayan. Hingga tahun 2007, Wayan memutuskan menikah dengan wanita dambaanya yaitu Finna. Semenjak menikah Wayan merasa semangatnya jauh lebih meningkat, itu ia rasakan karena istrinya selalu memberikan dukungan penuh kepada Wayan.
Karena semangat dan support dari sang istri membuat Wayan mulai merintis bisnis usaha. Awalnya orang tua meragukan Wayan dalam membuka suatu usaha. Namun, ia berusaha meyakinkan orang tuanya bahwa usaha yang dibukanya akan berjalan dengan lancar. Benar saja setelah meminjam sedikit modal dari orang tua untuk menambah modal awal usahanya dan mulai membuka usaha ternyata mendapat respons positif dari masyarakat, sehingga usahanya berkembang dengan baik.
Usaha yang dirintis saat itu berawal dari warung yang menjual nasi bungkus. Namun, seiring waktu Wayan mulai mengembangkan warungnya menjadi lebih besar lagi menjadi sebuah café rumah makan. Karena berhasil mengembangkan usahanya, Wayan menamai rumah makannya “Bli Wayan Café & Kitchen”.
Terlepas dari keberhasilan Wayan dalam berbisnis rupanya banyak tantangan yang dilewati, seperti salah satu contohnya di masa pandemi Covid-19. Meski masih di masa pandemi, tetapi Tuhan tetap dengan kemurahan hati-Nya memberikan jalan dan tetap membukakan pintu rezeki untuk Wayan.
Menapaki masa suksesnya, ternyata Wayan tetap memegang teguh konsep Tri Hita Karana yang sangat kental di Bali. Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu merupakan filosofi mengenai tiga hubungan keharmonisan yang meliputi hubungan dengan sesama manusia (pawongan), hubungan manusia dengan alam sekitar (palemahan), dan hubungan manusia dengan Tuhan (parhyangan) yang saling berkaitan satu sama lain.
Wayan mengimplementasikan pawongan dengan jalan membantu sesama. Palemahan diimplementasikan dengan cara mengkombinasikan beberapa komponen bangunan dengan tanaman hias, sehingga lingkungan terjaga dan lebih terlihat asri. Parhyangan diimplementasikan dengan cara Tirtha Yatra atau sengaja mengunjungi beberapa pura untuk melakukan ibadah dan juga ngayah atau melakukan pembersihan di pura dengan tulus ikhlas tanpa pamrih. Itu menandakan Wayan selalu bersyukur karena telah berada di titik saat ini.
Harapan Wayan kedepannya yaitu agar usaha Bli Wayan Café & Kitchen tetap berjalan lancar dan bisa melebarkan sayap membuka cabang baru di beberapa tempat. “Jangan pernah takut mencoba jika ingin sukses. Tidak ada kesuksesan yang bertaburkan bunga, sukses harus diimbangi dengan usaha yang maksimal dan kerja keras”, pesan Wayan kepada generasi muda.