Generasi Berpadu Hadapi Masa Depan Bisnis dengan Kekuatan Tradisi dan Inovasi
Di saat generasi X, yang kurang cepat tanggap terhadap pertumbuhan perkembangan teknologi, kini memberikan tempat bagi generasi Z untuk terjun ke dunia pekerjaan terlebih bisnis. Kolaborasi antara kedua generasi ini terlihat dari bisnis PAM Money Changer (Pradnyana Artha Mandiri) yaitu I Made Suartika dan Gede Ardi Wiryantara. Pengalaman dan kebijaksanaan dari Suartika sebagai generasi X bertemu dengan kreativitas dan kecakapan teknologi dari sang putra, Gede Ardi, dari generasi Z.
Suartika yang lahir pada tahun 1969 adalah bagian dari generasi X yang tangguh dan penuh tekad. Sejak muda ia terbiasa hidup mandiri karena faktor ekonomi jauh dari mapan. Dikarenakan tidak bisa melanjutkan kuliah, Suartika memilih untuk mengikuti berbagai kursus guna membekali dirinya terjun ke dunia kerja. Setelah tamat dari SMA di Kecamatan Seririt, ia berangkat ke Kota Singaraja untuk mengikuti kursus akuntansi, bahasa Inggris dan komputer. Tiga bulan setelah mengikuti kursus komputer di Denpasar, ia mendapat informasi dari temannya yang membuka usaha money changer, dan dirinya dipercaya sebagai kandidat yang layak untuk bergabung dengan bisnis tersebut.
Suartika tiba di Kuta pada tahun 1990, sekaligus ia langsung dipercaya memegang tanggung jawab pada level supervisor didampingi tiga orang staf. Kemunculan bisnis money changer di masa pariwisata Kuta mulai menggeliat, menjadikan layanan money changer yang dikelola Suartika disambut hangat oleh mereka yang membutuhkan layanan tersebut. Bisnisnya kian mengudara, Suartika pun semakin diuji dalam menunjukkan kemampuan manajerial, memastikan setiap transaksi berjalan lancar dan menjaga kepuasan pelanggan dengan layanan yang cepat dan ramah. Berkat loyalitasnya, bisnis money changer tersebut berkembang dan menjArdi salah satu tempat yang diandalkan oleh para wisatawan untuk menukar uang mereka.
Namun sungguh disayangkan pada tahun 1992, bisnis tersebut mengalami permasalahan internal terkait pemiliknya, hingga berujung kebangkrutan. Suartika yang sudah menjiwai bidang tersebut tak ingin menyerah pada nasib begitu saja. Dukungan dari relasi-relasi yang meyakini kemampuannya, semakin menguatkan tekadnya untuk memiliki bisnis atas namanya sendiri. Tahun 2003, ia mengambil alih bisnis tersebut dan membangkitkan kembali dengan nama PAM Money Changer (Pradnyana Artha Mandiri). Ia melibatkan para karyawan yang telah bekerja bersamanya sejak awal dan beberapa di antaranya tetap setia hingga saat ini. PAM Money Changer diakui sebagai layanan penukaran uang terpercaya di Kuta, berkat komitmen Suartika dan timnya dalam memberikan pelayanan yang terbaik.
Beda generasi, beda cerita dan tantangan. Sedari tahun 2017 menginjakkan kaki di PAM Money Changer, Gede Ardi menganggapnya hanya untuk mencari pengalaman saja, sebelum menemukan peluang lain sesuai dengan passion-nya. Hal ini bisa dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya, yang merupakan lulusan Sastra Inggris dari Universitas Sanata Dharma, sangat jauh dari bidang bisnis money changer. Di sisi lain, ayahnya berharap Gede Ardi mempertimbangkan untuk belajar tentang bisnis ini. Mungkin tampak jauh dari minatnya, tapi ayahnya percaya bahwa Gede Ardi bisa menemukan tantangan dan kepuasan disini.
Dunia ini selalu berubah, apalagi individu seperti Gede Ardi yang masih mencari jati diri kariernya. Seperti saat kita mencoba hal baru, ternyata mampu membuka jalan yang tak pernah kita bayangkan. Gede Ardi sebagai generasi Z yang memiliki karakter terbuka dengan halhal baru, membangkitkan semangat mudanya untuk mulai mengenal bisnis money changer dari hulu ke hilir. Di samping itu, ia ingin menjaga warisan dan kepercayaan yang telah dibangun selama bertahuntahun oleh ayahnya untuk PAM Money Changer.
Pria kelahiran tahun 1995 ini awalnya ditempatkan oleh ayahnya sebagai teller di PAM Money Changer. Kemudian, ia pindah ke posisi administrasi. Seiring berjalannya waktu, tantangan yang dihadapkan kepadanya semakin besar, termasuk tanggung jawab mengurus pajak, diluar disiplin ilmunya. Sampai akhirnya pada tahun 2020, menjadi ‘game changing’ bagi Gede Ardi. Pandemi Covid-19 membuat banyak peluang pekerjaan lain menghilang dan ia menemukan dirinya harus berhadapan langsung dengan berbagai aspek operasional bisnis yang lebih kompleks. Gede Ardi mulai menyadari pentingnya peran yang ia mainkan dalam kelangsungan bisnis keluarga ini. Dengan semangat belajar yang tinggi, Gede Ardi mulai mempelajari pengelolaan pajak, strategi bisnis dan teknologi finansial.
Masa-masa penuh ketidakpastian pandemi menjadi waktu yang berharga bagi Gede Ardi untuk benarbenar memahami dan menguasai bisnis money changer. Dengan dukungan dan bimbingan dari ayahnya, serta tekad untuk menjaga warisan keluarga, Gede Ardi berupaya mencari solusi menghadapi dalam menghadapi berbagai tantangan pandemi yang menurunkan omzet sampai 80%. Sebagai generasi digital natives, ia melakukan inovasi baru yang relevan dengan era digital dengan diluncurkannya money changer online. Selain itu, ia mengembangkan strategi branding melalui media sosial dan website untuk menjangkau pelanggan baru. “Selama pandemi, saya berusaha agar tidak lose contact dengan para pelanggan, seperti dengan layanan delivery, yang telah lama menjadi bagian dari layanan di PAM Money Changer,” tutur Gede Ardi, menjelaskan upayanya dan tim dalam mempertahankan hubungan dengan pelanggan selama masa sulit ini.
Syukurnya masa-masa itu telah dilalui, tahun 2021 PAM Money Changer telah kokoh dan mapan di industrinya. Yang terpenting tidak meninggalkan pelajaran dan pengalaman berharga. Mindset Gede Ardi, PAM Money Changer tidak hanya sebagai sebuah bisnis, tetapi juga sebagai bagian penting dari hidupnya yang mengajarkan nilai-nilai kerja keras, ketekunan dan adaptasi. Perpaduan antara masa lalu (pengalaman ayahnya) dan masa depan (semangat inovasi Gede Ardi) menjadikan harmoni bisnis PAM Money Changer semakin kuat dan siap menghadapi masa depan yang penuh perubahan.