Didikan Keras Zaman Dulu, Semangat Tak Pernah Diam di Era Modern
Kita pasti sering mendengar tentang seseorang yang tidak bisa diam, seolah selalu harus ada aktivitas yang dikerjakan, entah itu bekerja, berkarya atau sekadar berkreasi. Orang-orang seperti ini sering kali identik dengan didikan keras dan disiplin dari orangorang zaman dulu. Prinsip ini tertanam kuat dan kemudian terbawa ke kehidupan modern, di mana banyak orang yang tetap memegang teguh etos kerja tersebut, tak peduli betapa majunya teknologi atau seinstan apapun segala sesuatu sekarang.

Di era modern, ketika segala sesuatu tampak bisa diakses dan dicapai dengan cepat, nilai-nilai seperti ketekunan, disiplin dan kerja keras tetap dianggap esensial. Orang-orang yang dibesarkan dengan prinsip ini terjadi pada Wayan K Setiadewi yang cenderung mencari makna dalam setiap aktivitas yang ia lakukan, merasa tidak nyaman jika hanya berdiam diri tanpa tujuan yang jelas. Ini bukan sekedar tentang mengejar keberhasilan finansial, melainkan tentang menciptakan kontribusi yang berarti dan menjaga diri tetap produktif dalam menjalani kehidupan. Ada peristiwa menyedihkan yang mendorong Wayan Setiadewi menjadi sosok mandiri dan tak kenal lelah dalam beraktivitas. Saat usianya baru 1,5 tahun, ibunya meninggal dunia setelah ditabrak bus, beserta adik yang masih dikandung berusia tujuh bulan. Semenjak kejadian itu, ia tumbuh menjadi anak tunggal dan mulai bekerja membantu urusan domestik, menyapu, mengurus kandang anak babi, mengisi bak mandi, mencari kayu dan masih banyak lagi yang dikerjakan wanita kelahiran tahun 1980 ini. Terlepas dari semua, mayoritas anak-anak pada zaman itu memang berbeda dengan anakanak zaman sekarang. Kebiasaan bangun pagi dan menjalankan berbagai aktivitas fisik sudah menjadi bagian dari keseharian mereka. Kebiasaan ini pun terbawa hingga kini menjadi seorang ibu sekaligus pebisnis, rutinitas bangun pagi dan bekerja keras tetap menjadi prinsip yang dipegang teguh, membentuknya menjadi sosok yang mandiri dan produktif.
Setelah berpengalaman bekerja di salah satu hotel di Kerobokan dan perusahaan travel milik warga negara asing, Wayan Setiadewi mencoba peruntungannya dengan membuka usaha furnitur. Namun, usaha tersebut tidak berjalan sesuai harapan dan akhirnya gagal. Meski demikian, karena karakter yang tak bisa diam dan selalu aktif, ia tidak menyerah dan segera beralih ke bisnis berikutnya, yakni penginapan. Ide ini muncul karena salah satu asetnya yang tidak ditempati. Dimulailah dengan membuka dua kamar. Melihat tingginya permintaan, ia melanjutkan pembangunan kamarkamar tambahan, lengkap dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang, balkon, serta pemandangan taman dan sawah yang membuat penginapannya semakin diminati. Penginapan tersebut bernama “Maruan Sari”. Kata “Maruan” dalam bahasa Bali berarti air pancoran dan ditambah kata “Sari” dengan harapan agar penginapan ini dapat mesari atau memberikan rezeki. Nama ini mengandung doa dan filosofi yang kuat, mencerminkan harapanharapan Wayan Setiadewi agar usaha ini terus memberikan kesejahteraan bagi keluarganya dan menjadi sumber rezeki yang berkelanjutan.
Di tengah perubahan zaman yang menawarkan kemudahan dalam banyak hal, Wayan Setiadewi tetap memiliki prinsip kerja keras. Ia percaya bahwa kesuksesan, kebahagiaan dan kepuasan hidup harus diraih dengan usaha nyata dan tidak pernah digantikan oleh caracara yang instan. Pola hidup yang produktif seperti ini juga telah diwariskan ke generasinya. Salah satu anaknya kini bekerja sebagai desainer kapal di Korea Selatan. Anak lainnya tengah melanjutkan pendidikan di bidang pertambangan di Universitas Trisakti, Jakarta dan bahkan ada yang tengah menempuh karier di bidang aerodinamika pesawat di Jerman. Keberhasilan anak-anaknya tak lepas juga dari peran suami yang pernah berkata “Jika hanya kuliah di Bali, lebih baik tidak usah kuliah.” Ungkapan ini mencerminkan ambisi besar orang tua dan dorongan untuk meraih pendidikan yang berkualitas di luar lingkungan yang nyaman, serta menantang anak-anak mereka untuk berpikir luas. Alhasil dari didikan zaman dulu yang diterima Wayan Setiadewi dan suami, kini diwariskan dan diadaptasikan di zaman sekarang, telah melahirkan generasi penerus yang siap melangkah lebih jauh, bahkan ke panggung internasional. Berkat nilai-nilai ketekunan, kerja keras dan dedikasi yang mereka terapkan di dalam keluarga, telah membentuk karakter kuat pada generasi penerus yang mampu menghadapi tantangan global dengan percaya diri.