Di Balik Maskulinnya Pekerja Bar Temukan Passion Baru sebagai Makeup Artist

Basic orang tua yang berbisnis meski penghasilannya terhitung sederhana, sebagai montir dan pedagang, Listiani sudah melabeli mereka sebagai sosok yang menginspirasi untuk menambatkan hati di ranah yang sama. Terlebih kejenuhannya bekerja di hotel selama 11 tahun, sudah tak kuasa lagi ia bendung dan ternyata benar adanya, ia menemukan passion baru dengan berprofesi Makeup Artist (MUA)

Tak main-main, posisi Listiani saat itu yakni bartender wanita, yang mana pekerjaan tersebut, umumnya memang didominasi oleh pekerja pria. Seiring berjalannya waktu, setelah menikah dan bertambah jenuh dengan ruang lingkup dan tuntutan pekerjaan, ia pun segera memikirkan bisnis apa yang bisa ia kerjakan sembari sebagai ibu rumah tangga. Hingga saat mengaitkan dengan profesi suami sebagai fotografer, ia memiliki ide bergelut di lingkungan pekerjaan yang sama.

Pilihannya adalah sebagai Makeup Artist (MUA). Setelah tahap kursus dan workshop diikuti, Listiani mulai terjun ke lapangan, namun saat itu masih dibarengi dengan pekerjaannya di hotel. Hanya selama satu tahun, Listiani sanggup menjalani dua pekerjaan sekaligus, bahkan tanpa libur sama sekali dari hotel, karena waktu bekerja di pagi hari yang sudah digunakan untuk bisnis. Ia kemudian menimbang-nimbang untuk mundur dari perusahaan. Mengingat gaji tinggi yang diperoleh, mertua masih menyayangkan keinginannya tersebut. Satu-satunya jalan ialah ia harus membuktikan bahwa bisnisnya yang ia rintis di tahun 2016 bernama “Glist Wedding” akan berjalan sukses

Listiani

Setelah secara totalitas menjalani bisnisnya, barulah Listiani tersadar, mengapa tak dari dulu saja ia mengambil keputusan untuk berbisnis. Dari teknik promosi melalui halaman Instagram dan Tiktok setiap harinya dan rekomendasi mulut ke mulut. Listiani tak hanya mendapatkan job untuk konsumsinya pribadi, tapi juga berbagi rezeki kepada para MUA senior.

Ia pun sangat bersyukur, ada tantangan baru untuknya membeli kendaraan baru, demi memudahkannya membawa perlengkapan makeup ke lokasi wedding atau prewedding.

Dari pengalaman-pengalaman unik meng-handle klien, ada salah satu yang fatal bagi Listiana, sampai merugikan bisnisnya. Ia sudah mengevaluasi sistem pembayaran yang terdahulu, yang telah membuat kliennya tidak bertanggung jawab dalam melunasi pembayaran yang harusnya dilakukan setelah acara. Kini, ia dan tim menerapkan aturan baru, dengan dua opsi, pertama pelunasan sebelum acara atau yang kedua saat hari H. Situasi seperti ini memang tidak sering terjadi, namun harapan Listiana apapun pekerjaan atau profesi seseorang tidak ada salahnya untuk dihargai. Spesialisasinya pada bidang tata rias ini, rela datang subuh-subuh, dari lokasi satu ke lokasi yang tak kalah jauhnya, dilakukan tak lain demi mendapatkan hasil yang memuaskan klien. Dan yang perlu digarisbawahi, suatu acara tidak akan berlangsung tanpa peran profesi makeup artist. Apalagi di zaman maraknya pengguna media sosial, mendorong seseorang semakin ingin tampil, tak hanya acara formal, bahkan kasual, semua membutuhkan make-up.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!