Dengan Kebulatan Tekad, Membangun Semangat untuk Mencapai Cita-Cita Gemilang
Dalam setiap proses perjalanan hidup manusia, hendaknya dimaknai sebagai bagian dari proses pembelajaran diri yang menjadi faktor pendorong untuk terus bergerak maju meraih impian. Pasang surut kehidupan yang seringkali mematahkan semangat, sudah sepatutnya dijadikan motivasi untuk bangkit dan tetap tegak berdiri dalam menghadapi segala persoalan dalam hidup. Usia tidak menjadi patokan kesuksesan seseorang, namun tekad yang membuat seseorang tersebut berhasil meraih impian. Semangat yang terus membara, terinspirasi dari orang-orang sukses yang mumpuni di bidangnya, Euginius Jensen Willison terus mengasah kemampuannya dalam upaya mewujudkan cita-cita, yang kelak dirinya akan menjadi orang besar dan sukses di bidang yang ia geluti. Dunia properti menjadi pilihan berdasarkan kecintaannya terhadap gedung tinggi di ibukota, yang sempat ia datangi demi mewujudkan impiannya.
Memulai karier sebagai pengusaha di usia 18 tahun, bertandang ke Jakarta bukan hal yang mudah bagi Jensen di masa itu untuk tetap bertahan. Namun, berkaca dari pengalaman di masa lalu, dengan kondisi perekonomian yang cukup sulit, hidup hanya dengan seorang ibu pasca meninggalnya ayah di usia 7 tahun membakar semangatnya untuk tetap yakin bergerak maju mewujudkan impiannya menjadi orang kaya dan sukses. Kehidupan membawanya bertemu dengan berbagai mentor yang mengajarkannya banyak hal seputar dunia properti. Tidak hanya itu, ia pun mempelajari tentang bagaimana cara menjadi orang sukses. Hingga akhirnya, ia mulai memberanikan diri untuk mengimplementasi ilmu tersebut dan mengajak seorang partner untuk mendirikan sebuah bisnis properti bernama Shama Property yang dirintis dari nol. Dalam perjalanan membangun usaha, tanpa dasar sama sekali tentang dunia properti, menjadi tantangan tersendiri bagi Jensen.
Jensen bersama partner dalam menjalankan Shama Property terlibat dua bisnis berbeda yaitu ia sebagai agency dan partner-nya sebagai kontraktor. Jensen secara aktif ikut dalam mengembangkan bisnis dan menjalin relasi dengan para klien. Percaya bahwa menjalin hubungan baik dengan orang lain akan membawanya pada peluang baru yang lebih besar. Keputusannya untuk pergi ke Jakarta di usia 18 tahun membawanya sampai pada titik dimana Jensen memberanikan diri membangun Shama Property dengan harapan mampu mewujudkan keinginannya untuk mencapai kebebasan finansial. Pria berdarah Australia dan Indonesia ini, terinspirasi dari kemegahan gedung tinggi dan bangunan-bangunan yang memiliki kualitas tinggi yang didirikan oleh orang-orang hebat. Jensen berkeinginan untuk mempelajari bagaimana seseorang mampu mendirikan gedung tinggi, tower dan membeli barang-barang mewah dan hal tersebut menjadi pertanyaan besar bagi Jensen tentang bagaimana seseorang bisa memiliki keberhasilan seperti itu.
Dibesarkan hanya dengan seorang ibu sejak umur 7 tahun, Jensen melihat bagaimana perjuangan ibu bertahan hidup dan berjuang membesarkannya seorang diri. Sejak remaja, kehidupan orang-orang disekelilingnya yang hidup bergelimang harta, enak dan nyaman menjadi pertanyaan besar, bagaimana bisa hidup seperti mereka. Bagi Jensen, ada beberapa hal yang dilakukan banyak orang sukses yang ia tidak tahu dan tidak ia lakukan. Rasa ingin tahunya, mulai mencari tahu seperti apa seseorang mampu meraih kesuksesan dan mapan. Sejak kecil, meskipun diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup sendiri, Jensen dididik dengan baik secara moral dan mental oleh ibunya. Kondisi perekonomian yang cukup sulit, menempa Jensen menjadi anak yang mandiri kala itu. Melihat kondisi tersebut menjadi motivasi utama Jensen untuk memulai segalanya dari nol. Bagi Jensen, memulai usaha dari nol adalah sebuah privilege.
Meskipun kondisi perekonomian saat itu begitu sulit, Jensen melewati masa remaja yang penuh warna. Masa sulit tersebut dimaknai sebagai bagian dari proses hidup yang harus dijalani. Rasa minder muncul ketika teman-teman sebayanya memiliki fasilitas seperti sepeda motor, Jensen mengubah rasa minder menjadi motivasi untuk maju agar bisa meraih apa yang ia inginkan. Menyadari sedang menjalani alur hidup tanpa arah, setelah lulus SMA, Jensen memutuskan untuk pergi merantau ke Jakarta. Sesampainya di sana, ia bekerja di bidang telemarketing. Sejak merantau ke Jakarta, pola pikir Jensen berubah. Dirinya mulai terbuka terhadap dunia yang lebih luas. Selama berada di Jakarta, Jensen berkesempatan untuk belajar dan bertemu berbagai mentor hebat di bidangnya seperti Bong Chandra dan Tung Desem Waringin. Jensen juga rajin membaca buku khususnya majalah Forbes yang memuat tentang 10 orang terkaya dan mulai menelusuri serta mempelajari jejak mereka hingga sampai menjadi sukses. Jensen mulai termotivasi untuk mewujudkan mimpinya menjadi orang sukses melalui bidang properti, mengingat dirinya memiliki ketertarikan di bidang tersebut.
Selama 6 bulan berada di Jakarta, Jensen memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan kembali pulang ke Bali. Dengan bermodal sedikit uang, Jensen bertekad untuk memulai bisnis sendiri. Mulai dari bisnis kecil seperti menjual handphone dan membantu teman menjual mobil serta properti. Segala usaha dilakukannya untuk menghasilkan uang karena Jensen sudah mendajadi kepala keluarga. Tiba pada suatu momen dimana ia bertemu dengan para pengusaha properti di Pantai Canggu. Pada saat itu, Jensen berkesempatan berbincang dengan mereka. Secara tidak langsung memantik semangat Jensen untuk memberanikan diri memulai bisnis properti dan menjadikan para pengusaha tersebut sebagai mentor. Jensen yakin untuk memulai bisnis properti karena baginya segala sesuatu di dunia ini dapat dipelajari meskipun ia tidak memiliki dasar di bidang properti. Ia percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini. Dengan bermodal tekad, mengajak seorang partner yang memiliki basic di bidang kontraktor, mendirikan Shama Property dengan dua bisnis berbeda di dalamnya yaitu bisnis kontraktor (Shama Persada) dan agency. Keduanya mulai membangun website, klien mulai berdatangan, Jensen mengakui pada saat itu ia tidak memiliki kemampuan untuk memasang iklan, bagaimana cara memasarkan, dirinya tetap optimis untuk menjalankan usaha tersebut dan mulai mengurus legalitas usaha.
Jensen menyusun strategi yang berbeda dari pengusaha properti lain. Dengan memberikan pelayanan serta fasilitas seperti pembelian rumah sudah dilengkapi dengan AC dan TV. Semua ilmu yang didapat melalui mentor mulai diaplikasikan ke dalam bisnisnya. Selama 3 bulan bersama partner-nya, Jensen berhasil mendirikan rumah. Setelah itu, Jensen terus memperdalam ilmu dan bertemu dengan orang hebat dari berbagai kalangan mulai membangun kerja sama sembari membangun reputasi dan juga kepercayaan. Dengan cara tersebut akan mendongrak harga jual properti. Dengan mempelajari strategi dan cara orang sukses dalam menjalankan bisnis, Jensen mengetahui apa kelebihan dan kekurangan mereka, kelebihannya tersebut dapat ia terapkan dalam menjalankan bisnisnya.
Kendala yang dihadapi paling utama yaitu soal modal, terutama pada saat merintis usaha yang dimana pada saat itu koneksi dan sistem belum terbentuk. Banyak orang menghakimi langkahnya saat menjalankan bisnis, mengingat usianya tergolong muda yaitu 19 tahun pada saat itu, hal tersebut tidak menjadikan Jensen gentar untuk terus berkiprah dalam bisnis properti ini. Sempat ada keinginan untuk menyerah, namun tekad membangun kembali semangat Jensen untuk terus memperjuangkan keinginannya semua demi mencapai tujuan dan impian menjadi orang yang sukses dan berguna bagi masyarakat luas. Mengingat dunia properti yang begitu luas, tentunya Jensen membangun Shama Property memiliki karakteristik sendiri dimana menawarkan one stop solution terkait properti sehingga mampu memberikan pelayanan terbaik bagi para klien.
Melalui kerja keras, ketekunan dan tekad yang kuat, pengusaha muda ini berhasil membangun karier yang sukses di dunia properti. Impian Jensen untuk menjadi orang kaya semakin dekat dengan setiap langkah yang ia ambil. Dengan membangun jaringan bisnis yang kuat, menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan terus memperluas pengetahuannya dalam bidang properti. Kesuksesan Jensen tidak hanya dilihat dari aspek finansial, tetapi juga dari kepuasan dalam mewujudkan impian dan memberikan kontribusi positif dalam industri properti.