Dari Guru SD menjadi Pengusaha, Semua Berawal dari Keberanian Mencoba Hal Baru

Berawal dari keinginan membuka kembali vila milik keluarga yang sempat berhenti beroperasi karena pandemi Covid-19, Komang Eni Ernawati, S.Pd., M.Pd bersama suami melakukan renovasi dan mengelola kembali ITA House Tegallalang dengan konsep dan nuansa baru. Perempuan yang merupakan seorang guru di SD Negeri 2 Tegallalang ini, sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan perhotelan. Dengan bermodal keyakinan dan keberanian, Komang Eni demikian ia biasa dipanggil, mengikuti berbagai seminar untuk menggali ilmu seputar dunia hospitality yang dimulai semenjak ITA House Tegallalang beroperasi kembali. Dengan segenap usaha dan kerja keras, kini ITA House Tegallalang menjadi salah satu pilihan para tamu untuk menghabiskan waktu liburan selama di Bali yang dilengkapi beragam fasilitas dengan pelayanan berkualitas.

Sebagai seorang ibu, guru dan pengusaha, dibutuhkan manajemen waktu mengingat Gianyar juga dikenal dengan adat istiadat dan menyama braya, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Komang Eni untuk bisa menentukan prioritas dalam kesehariannya agar seluruh kegiatan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Di sela kesibukan yang cukup padat, selain mengelola bisnis, kesehariannya menjadi guru yang mengharuskan Komang Eni untuk bertemu dengan anak-anak menambah suasana ceria. Baginya, kesehatan merupakan hal yang penting agar segala urusan dapat diatasi dengan baik seperti mengurus keluarga maupun menjalankan usaha. Berkat dukungan orang tua dan suami, semangat Komang Eni untuk berkiprah baik dalam dunia pendidikan maupun dunia bisnis tetap terjaga hingga detik ini.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini terinspirasi dari proses perjuangan orang tua di masa lampau. Ibunya seorang pedagang bubur dan rempeyek, ayahnya seorang guru yang juga bekerja sebagai pemahat kayu, membuat barang-barang kerajinan berbentuk buah-buahan yang dijual di pinggiran Pasar Sukawati. Sampai akhirnya pesanan terus meningkat hingga bisa membeli 2 lahan dan membuka 2 toko kerajinan di wilayah Tegallalang yang diberi nama “Adi Putra Art Shop”. Seiring berjalannya waktu bapak dan ibu dari Komang Eni memutuskan untuk pensiun dan bisnis tersebut dilanjutkan oleh kedua kakaknya, namun karena perkembangan zaman dan minat tamu mancanegara berkurang terhadap kerajinan kayu, maka kedua kakaknya memilih untuk membuka bisnis baru yakni kopi luwak, restoran dan rafting. Komang Eni mengenal sosok ayah yang memiliki nilai filosofi tersendiri dalam menjalani kehidupan. “Kamu tidak bisa hidup hanya dengan satu income. Biar bagaimanapun kamu harus punya income lebih dari satu dan rumusnya kalau bisa mengikuti, kamu harus punya penghasilan pertama harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Kalau bisa menerapkan itu, hidupmu akan tenang,” ucap ayahnya.

Orang tua adalah support system dan menjadi role model utama bagi Komang Eni. Sejak kecil Komang Eni senantiasa ditanamkan nilai-nilai kehidupan dan diajarkan untuk hidup sederhana. Keseruan masa kecil Komang Eni dihabiskan dengan bermain di sawah dan mandi di sungai. Hampir sebagian besar waktu dilewati bersama kakek dan nenek karena padatnya kesibukan orang tua. Di waktu senggang, orang tua menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama. Di masa sekolah, Komang Eni merupakan salah satu siswa berprestasi yang pernah mengikuti olimpiade. Orang tua Komang Eni menekankan betapa pentingnya pendidikan dalam hidup, untuk itu ia diminta lebih fokus belajar dan mengejar kualitas diri. Hal ini telah diajarkan sejak kecil hingga memasuki masa remaja. Komang Eni melanjutkan sekolah dari SD Negeri 2 Tegallalang menuju SMP Negeri 1 Tegallalang. Sejak remaja, Komang Eni bercita-cita ingin menjadi guru. Keinginannya tersebut disambut baik oleh orang tuanya. Komang Eni kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Gianyar.

Memiliki orang tua yang sangat perhatian dan berusaha memberikan yang terbaik, beragam fasilitas yang menunjang pendidikan Komang Eni merupakan sesuatu yang amat disyukuri. Di masa SMA, Komang Eni dikenal sebagai anak yang suka bergaul dan kerap mengajak teman-temannya berkunjung ke rumah. Setelah lulus SMA, demi mewujudkan cita-citanya, Komang Eni kuliah di Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Undiksha Singaraja. Ini merupakan pengalaman pertama merantau jauh dari orang tua, dan kehidupan mandiri Komang Eni pun dimulai. Di Singaraja, Komang Eni dipilihkan kos putri untuk memastikan keamanannya selama menjalani proses perkuliahan. Selama menjalani kuliah, hidup mandiri jauh dari orang tua, secara tidak langsung menempa mental dan membentuk karakter Komang Eni pada saat itu. Setelah lulus, ia mulai bekerja sebagai guru SD di SD Negeri 2 Tegallalang dan melanjutkan kuliah S2 di Undiksha Denpasar. Disela kesibukan kuliah dan bekerja, Komang Eni membuka toko bunga dan tutup setelah 2 tahun berjalan di saat dirinya tengah menyusun tesis.

Setelah lulus S2, Komang Eni memutuskan untuk melamar kerja menjadi dosen. Namun di waktu yang sama, berita pengangkatan ASN dan diterimanya lamaran kerja di Universitas Dyana Pura mengharuskannya untuk memilih salah satu. Berkat nasihat orang tua, ia akhirnya memilih diangkat sebagai Guru ASN di Tegallalang sambil mengurus usaha. Komang Eni akhirnya menikah pada tahun 2021. Bersama suami, ia mulai melanjutkan usaha keluarga dengan merombak dan merenovasi vila milik keluarga yang sempat berhenti beroperasi karena pandemi Covid-19 dan menyulap vila tersebut dengan konsep baru. ITA House Tegallalang mulai beroperasi kembali di bawah kepemimpinan Komang Eni. Bersama suami, ia optimis untuk dapat mengembangkan kembali vila di zaman yang semakin modern dengan memanfaatkan digitalisasi untuk memasarkan serta mempromosikan sebagai upaya menarik tamu untuk menginap di vila.

Meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikan pariwisata, Komang Eni mengikuti berbagai seminar perhotelan untuk mendapatkan ilmu tentang bagaimana mengelola bisnis pariwisata yang semakin berkembang. Peran orang tua dalam proses perjuangan Komang Eni dalam menjalankan hidup, baik karier sebagai guru maupun sebagai pebisnis sangat penting. “Proses ini tidak mudah bagi saya, dan ini merupakan upaya saya untuk berani keluar dari zona nyaman. Pesan orang tua dan juga suami adalah selama menjalankan usaha ini yang terpenting adalah bagaimana saya bisa mengelola keuangan dan memiliki tabungan untuk hari depan. Satu-satunya cara adalah saya harus membuka usaha apalagi semenjak menikah, saya sudah tidak lagi difasilitasi orang tua. Satu pesan ayah saya adalah saya harus bekerja keras dan mencegah terjadinya masalah serta mampu memprediksi sebelum masalah tersebut terjadi,” ungkap Komang Eni.

Tidak mudah menjalani proses sebagai pengusaha, melalui dedikasi serta keyakinannya, mendorong Komang Eni untuk tetap optimis mampu terjun dalam bidang yang kini tengah dijalani bersama suaminya. Mengelola bisnis ini merupakan hal baru baginya, namun tekad kuat disertai kemauan untuk belajar hal baru membuat Komang Eni mampu bertahan dan semakin meningkatkan kemampuannya demi mengembangkan ITA House Tegallalang. Berbagai tantangan yang dihadapi mampu teratasi semua berkat doa serta dukungan keluarga yang senantiasa mendampinginya

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!