Beri Sentuhan Berbeda, Ciptakan Pengalaman Berkesan dan Tak Terlupakan
Mendengar kisahnya sebagian besar akan mengira bahwa I Made Sudika memulai kiprahnya dalam dunia pariwisata sejak mulai bekerja di kapal pesiar. Namun, sesungguhnya perjalanan dimulai saat Made menuliskan rencana besarnya pada sebuah Dream Planner. Buku tersebut memuat segala sesuatu yang ingin dicapai. “How to achieve this goal? It doesn’t matter how long does it take, no matter what.” Salah satu kalimat yang memberinya kekuatan untuk merealisasikan mimpi-mimpi besarnya, di mana saat ini sedikit demi sedikit telah terwujud. Kecintaannya terhadap Bali menginspirasinya untuk melakukan pengembangan pariwisata dengan mendirikan The Prana House Bali. Sebuah penginapan bernuansa tradisional Bali yang lekat akan nilai seni dan budaya dengan menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi para wisatawan.
Dikenal memiliki banyak pengrajin dan pematung di Bali, Desa Kemenuh menjadi ruang lingkup bagi Made mengembangkan diri. Sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, ayah Made menanamkan sifat kesederhanaan dilihat dari kesehariannya. Melalui buku yang dibaca tentang kisah perjalanan orang sukses turut berkontribusi dalam pengembangan diri Made selama ini. Kebebasan yang diperoleh tidak serta merta dimanfaatkan untuk hal yang negatif melainkan digunakan untuk melakukan berbagai hal yang positif. Perjalanan pendidikan dimulai sejak ia bersekolah di SD Negeri 1 Kemenuh, SMP Widya Dharma yang saat ini diambil alih oleh SMP Negeri 1 Sukawati dan melanjutkan studi di SMK Pariwisata Saraswati Gianyar. Kehidupan masa sekolah dihabiskan dengan sibuk mengembangkan diri. “Saya dulunya adalah murid yang biasa-biasa saja. Saya akan ingat pelajaran jika mendengar penjelasan langsung dari guru, pasti akan saya ingat seumur hidup. Selain itu, saya juga orangnya cuek, suka melawan apa yang menurut saya tidak cocok dan beragumen untuk itu. Lebih memilih untuk melakukan apa yang saya setujui, benar dan cocok pasti akan saya jalani dengan konsisten.” ungkapnya. Meski banyak anggota keluarganya menjadi seniman, keinginan Made untuk menekuni pariwisata terinspirasi dari pamannya yang sudah lebih dulu membidangi hal tersebut dengan menapaki langkah bekerja di Kapal Pesiar. Melihat kondisi Bali di masa itu, hatinya tergerak untuk turut serta memberi kemajuan dengan melakukan pengembangan di sektor pariwisata yang mana merupakan denyut nadi perekonomian Bali. Made mulai mempelajari pariwisata melalui usaha dan kerja kerasnya sendiri dengan cara memilih bersekolah di SMK Pariwisata jurusan perhotelan. Ketertarikannya pada bidang tata hidangan membawanya menjadi seorang waiter dan memfokuskan diri pada bidang tersebut.
5 tahuSelain suka berinteraksi, menjadi waiter memberinya banyak pengalaman baru tentang bagaimana memberikan pelayanan terbaik bagi para tamu dan wisatawan. Demi menunjang kariernya, Made mulai menekuni Bahasa Inggris yang sudah dipelajarinya sejak masa sekolah. Waktunya lebih banyak dihabiskan membaca artikel dan buku berbahasa inggris yang pada zaman itu sulit didapatkan. Dengan modal Rp15.000 yang diperoleh dari bekerja sampingan membantu pengrajin, Made gunakan untuk membeli buku. Sembari menjalani perkuliahan di Mapindo, Made bekerja sebagai Daily Worker di Hotel Radison. Setelah lulus, Made melanjutkan bekerja sebagai Daily Worker di Hotel Hilton dan Seraton Nusa Indah. Berbekal pengalaman selama masa kerja, Made memantapkan langkah ke tujuan selanjutnya bekerja di kapal pesiar dan memilih Carnival sebagai tempatnya melanjutkan perjalanan kariernya. “Saya ingin mendapat pengalaman tentang bagaimana orang bekerja di pariwisata. Semakin banyak tempat, semakin banyak pengalaman yang saya tahu, pikiran saya menjadi lebih terbuka. Sampai saat ini saya masih tetap konsisten karena ada komitmen yang harus saya jalankan. Melihat kepribadian saya yang seperti itu, meskipun saya berpindah-pindah tempat, saya tetap keep on track untuk mengembangkan sesuatu dalam mengeksplorasi kemampuan saya,” ujarnya. Meraih sukses bekerja di luar negeri bagi Made adalah memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik adalah suatu keharusan. Selama bekerja di kapal pesiar dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang baik agar mampu beradaptasi. “Kita harus well prepare, well knowledge and well educated, kalau saya sendiri lebih banyak belajar sendiri melalui buku yang saya baca,” Imbuhnya.
Setelah 5 tahun bekerja di kapal pesiar, Made mulai mempersiapkan diri membangun The Prana House Bali yang sebelumnya ia sempat menginisiasi berdirinya Penataran Bali Adventure sebagai langkah awal perjalanannya membangun usaha dengan mengajak teman-temannya. Melihat potensi yang dimiliki Bali yaitu pemandangan hijau serta seni budaya Bali yang beragam, hal tersebut dijadikan branding dan daya tawar kepada pasar. Selain itu, bermodal pengalaman belasan tahun berkecimpung di pariwisata, Made optimis berhasil membangun branding dan membentuk pasar sehingga mampu memperkenalkan The Prana House Bali kepada para pengunjung.
The Prana House Bali merupakan penginapan yang memiliki sentuhan berbeda dilihat dari karakteristiknya begitu lekat dengan suasana kekeluargaan sehingga memberikan pengalaman tak terlupakan melalui pelayanan yang hangat dan ramah seperti sedang berada di rumah sendiri. “Di sini saya menjual pengalaman, bukan sekedar menjual kamar. Pelayanan terbaik menjadikan pengalaman menginap tak terlupakan yang membedakan tempat ini dengan penginapan lain. Desain kamar dibuat sederhana dengan menonjolkan karakter khas orang Bali yang ramah kepada tamu. Saya yakin Bali memang sudah perfect soal hospitality,” tandasnya.
Tidak hanya menawarkan kenyamanan, The Prana House juga memberikan fasilitas berupa additional tour ke objek wisata terkenal di Bali terutama menunjungi rumah para seniman sehingga wisatawan dapat bertemu langsung serta menyaksikan proses sebuah karya seni diciptakan. Selain itu, Made juga mengajak wisatawan untuk mengunjungi seorang traditional healer serta melihat prosesi upacara sehingga memberikan kesan complimentary authentic culture. Sebagai salah satu usaha baru mulai berkembang, The Prana House menjadi salah satu usaha yang berhasil meraih penilaian tertinggi. Semua itu berkat hasil kerja keras serta dedikasi Made terhadap kemajuan pariwisata di Bali. Keinginannya melakukan pengembangan tercetus ketika mulai memutuskan untuk terjun di industri pariwisata.
“Dari dulu saya berpikir jangan sampai jual lahan demi membuka usaha, itu tidak masuk akal bagi saya, jadi saya harus bekerja untuk mendapatkan modal usaha seperti ini meski waktunya agak sedikit lama, setidaknya bisa menghargai proses. Saya juga ingin menginspirasi kepada teman-teman yang lain terutama anak muda untuk berani memulai usaha, tidak harus menjual sesuatu, jadi pelan-pelan saja. Jangan sampai menjual lahan bali, makanya itu sangat disayangkan sekali. Kenapa saya memulai usaha akomodasi perhotelan ini, semua orang tahu, kita ini daerah pariwisata, jadi kita harus berpartisipasi dan harus memiliki prinsip bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri. Jangan sampai jadi tamu di rumah sendiri,” pungkasnya