Beat Kesuksesan Picco Menyelaraskan Musik dan Bisnis

Seorang pekerja malam tidak selamanya hidup dalam kegelapan. Justru, pekerjaan malam bisa menjadi pembuka jalan terang bagi pelakunya. Misalnya Ida Bagus Akasa Wijaksara, seorang profesional Disc Jokey (DJ), yang merintis karier sejak masih tinggal di kos bersama istrinya. Tak hanya terkunkung dalam profesinya, Picco, begitu ia disapa, berinovasi menjadi wirausahawan dan sukses membangun aset setelah proses jatuh bangun.

Perjumpaan Picco pada dunia hiburan dimulai saat ia masih duduk di bangku kuliah, di studi S1 Sastra Inggris, Universitas Udayana. Awalnya, ia hanya menyalurkan hobi dalam bermusik dengan membentuk band dengan teman-temannya yang sefrekuensi, tanpa memprioritaskan band tersebut sebagai mesin pencetak uang. Seiring bertambahnya usia, Picco mulai berpikir bahwa hidup tak bisa hanya memikirkan hobi, ia ingin mendapatkan penghasilan sambil tetap berada di lingkaran dunia hiburan tersebut.

Sambil mencari profesi yang lebih menjanjikan, Picco yang merasa bersalah karena kuliahnya yang tak kunjung usai, mulai bekerja sambil kuliah. Ia pernah ikut event organizer sebagai pekerja lepas, namun karena pekerjaan itu tak konsisten, ia kemudian bekerja sebagai CSR (Customer Service Representative) di Circle-K selama setahun. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan kakak sepupu yang merupakan seorang DJ. Karena profesi kakaknya itu, ia mulai masuk ke acara-acara yang diisi oleh kakaknya. Kebetulan lagi, kakaknya membuka studio DJ dan Picco diikutsertakan untuk mengelola studio. Mengalir begitu saja, dalam waktu kurang enam bulan, Picco sudah akrab dengan seperangkat peralatan DJ dan mampu nge-DJ karena ia memang memiliki dasar kecintaan terhadap musik. Selain belajar otodidak, Picco juga mendapat bimbingan dari guru DJ berpengalaman bernama Ajis. Setelah mendapatkan bekal pengetahuan dan keterampilan, Picco memutuskan untuk mengikuti kompetisi DJ guna mengukur sejauh mana kemampuannya. Pada tahun 2007, Picco ikut serta dalam kompetisi DJ bergengsi yang dalam kompetisi tersebut, ia masuk seleksi sebagai peserta junior dan kemudian berkeliling ke tiga lokasi berbeda di Bali, yaitu Buleleng, Ubud, hingga final di Kuta. Di setiap tahap kompetisi, Picco menunjukkan kemampuannya yang terus berkembang dan akhirnya mencapai puncak prestasi. Di final yang diadakan di Kuta, Picco berhasil meraih peringkat pertama, mengalahkan banyak pesaing berbakat lainnya. Kemenangan ini tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai DJ yang menjanjikan, tetapi juga menjadi titik awal karier profesionalnya sebagai DJ dan membuka peluang baru di dunia hiburan.

Setahun berlalu, Picco masih belum menunjukkan batang hidungnya dalam pementasan. Demi mengasah keterampilan dalam DJ dan memperkenalkannya dirinya, terutama di lingkungan sekitar, ia rela dibayar murah untuk bermain selama 3 jam. Demi membangun branding diri, ia juga tidak segan untuk tampil tanpa dibayar. Langkah intervensi selanjutnya, Picco membuat proposal profil dan menyebarkannya secara door to door ke restoran, kafe dan bar. Ketika ia mulai bekerja di ranah yang lebih luas, tantangan baru pun muncul. Bagaimana mengisi tempat yang awalnya kosong, agar bisa menghasilkan pendapatan menjadi salah satu tantangan utama. Terlebih lagi, di tempat-tempat yang sudah memiliki reputasi, meskipun penampilannya bagus, jika tidak bisa membaca situasi dan kebutuhan audiens, meski mereka menikmati musiknya, tetapi jika tidak belanja, akan sia-sia. “Itu adalah jam terbang yang bisa menjawab” ucapnya.

Dengan keahliannya nge-DJ, Picco juga merambah sebagai pengajar bagi siapa saja yang tertarik menjadi DJ. Kesempatan tak terduga kemudian datang ketika seorang WNA tertarik untuk belajar. Dengan modal besar, WNA tersebut membeli perangkat musik DJ dan bekerja sama dengan Picco. Namun, kerja sama tersebut tidak berlangsung lama dan berakhir dengan kebangkrutan. WNA tersebut memutuskan menjual perangkat DJ-nya kepada Picco. Perangkat tersebut kemudian tak hanya digunakan secara pribadi oleh Picco, ia menemukan peluang lain yang tak kalah yaitu menyewakannya.

Picco berhasil mengubah situasi yang awalnya merugikan menjadi sumber penghasilan baru yang menjanjikan. Setelah menikah, ia semakin keras bekerja agar bisa memboyong keluarganya dari kos-kosan ke rumah pribadi. Ia membuktikan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga dengan terus melakukan inovasi, branding, mengikuti tren teknologi. Seperti menjalin kerja sama dengan wedding organizer dan menjalin kontrak tahunan dengan beberapa venue. Kini banyak venue yang lebih memilih untuk menyewa peralatan dari vendor, untuk menghindari risiko kerusakan pada peralatan sama halnya klien dari beberapa beach club, club, restoran di Bali seperti Savaya Bali, Atlas Beach Club dan Shishi. Ini membuat usahanya semakin berkembang dan memberikan stabilitas finansial bagi keluarganya.

Sebelum pandemi Covid-19, usahanya sedang berkembang pesat dengan banyak kontrak dan venue yang berhasil diraihnya. Kesuksesan tersebut membuatnya berhasil membangun rumah impian untuk keluarga kecilnya dan membeli kendaraan pribadi. Namun, ketika pandemi Covid-19 melanda, dunia hiburan termasuk bisnis DJ dan rental alat musik terpukul keras. Acaraacara dibatalkan, dan venue-venue ditutup sementara. Keadaan ini memaksa Picco yang harus dibayar dan penghasilan yang tiba-tiba terhenti membuatnya berada dalam tekanan finansial yang besar. Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, Picco akhirnya mengambil keputusan yang berat yaitu menjual aset bisnisnya. Ia menjual dua set peralatan DJ yang terdiri atas enam unit, untuk melunasi kredit dan menutupi biaya hidup selama masa pandemi.

Picco Rental DJ dilengkapi dengan set peralatan DJ untuk keperluan standar festival musik Internasional, memungkinkan Picco untuk melayani banyak klien dan memperluas jangkauan bisnisnya. Setiap set peralatan dirancang dengan spesifikasi yang beragam untuk memenuhi berbagai kebutuhan acara, dari pesta kecil hingga konser besar. Ini membuat Picco mampu menyediakan industri hiburan. Dalam menjalankan bisnisnya, Picco tidak lagi terburu-buru seperti dulu. Ia telah belajar untuk mengambil langkah-langkah yang lebih hati-hati dan strategis. Pengalaman dari pandemi mengajarkannya pentingnya menyisihkan dana cadangan dan bersiap untuk masa-masa sulit. Ketika pandemi melanda, syukurnya Picco mampu menjaga bisnisnya bertahan dan bahkan bangkit kembali dengan lebih kuat. Seimbang dengan karier dan bisnisnya, Picco kini lebih bijak dengan mengutamakan waktu bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa selama merintis karier, ia banyak kehilangan waktu berharga dengan anak-anaknya. Kini, dengan bisnis yang lebih stabil dan terencana, Picco berusaha lebih banyak hadir untuk keluarga, memberikan perhatian dan kasih sayang yang mungkin terlewatkan sebelumnya. Keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga menjadi prioritas utamanya, memastikan bahwa kesuksesan yang ia raih tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam kualitas hidup bersama orangorang dicintainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!