Koperasi sebagai Terapi Dedikasi Kepemimpinan I Ketut Sukiana di Usia Emas

I Ketut Sukiana, meskipun usianya sudah tidak muda lagi, tetapi menunjukkan energi yang luar biasa dalam menjalani hidupnya. Ketut Sukiana memilih untuk mengisi setiap harinya dengan kegiatan yang berarti, sebuah pilihan yang ia Yakini akan membuatnya tetap bersemangat, sehat dan aktif. Salah satu komitmen terbesar dalam hidupnya adalah pengembangan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Dana Abadi Pungutan di Jl. Pungutan No. 53, Sindu Kelod, Sanur, Denpasar Selatan. Tidak ada kata lelah dalam kamus Ketut Sukiana. Ia percaya bahwa dengan tetap aktif dan terlibat, ia tidak hanya menjaga kesehatan fisik dan mentalnya, tetapi juga memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya, lewat lembaga keuangan yang dirintisnya berawal dari sebuah kamar.

Terlahir dari keluarga bersahaja, dengan orang tua yang bekerja sebagai petani dan nelayan yang tidak mengenal huruf. Kondisi yang sama tak sulit ditemukan di lingkungan tempat tinggalnya. Di tengah lingkungan tersebut, tak sedikit anak-anak seusianya mulai bekerja salah satunya sebagai pedagang acung. Di balik keprihatinan tersebut, Ketut Sukiana memiliki pola pikir yang berbeda, ia mengalihkan semangatnya untuk sekolah. Baginya, pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarganya. Ia lantas menempuh pendidikan di SMKN 2 Denpasar jurusan Akuntansi. Dengan dukungan finansial dari kakaknya yang sudah bekerja, ia berhasil menyelesaikan sekolah menengah. Namun, karena terbentur biaya, ia tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Meskipun begitu, semangatnya tidak pernah pudar. Ia kemudian bekerja di sebuah perusahaan kontraktor besar di Bali yang memiliki cabang hingga luar pulau. Perusahaan ini rutin merekrut lulusan SMEA setiap tahunnya dan ia berhasil diterima. Setelah melalui berbagai tahap, ia akhirna dipindahkan ke cabang perusahaan tersebut di Makassar.

Selama tiga tahun dari 1985 hingga 1988, Ketut Sukiana bekerja di Makassar sebagai kasir proyek. Setelah kembali ke Bali, ia menemukan bahwa tabungannya telah habis. Tidak menyerah, ia kembali ke akarnya dengan beternak sapi dan babi, sambil memproduksi minyak kelapa dan minyak babi. Kegiatan ini ia jalani selama setahun penuh, sebelum mendapatkan kesempatan bekerja di Bank Desa Sanur. Di Bank Desa yang mengelola 24 banjar, ia bekerja selama 24 tahun sebagai Administrasi Tabungan. Pengalaman panjang ini memberinya pemahaman mendalam tentang sistem keuangan dan pengelolaan dana. Nmaun, hasratnya untuk berinovasi dan memberikan dampak lebih besar mendorongnya untuk resign dari pekerjaan tersebut. Ia mulai merancang dan memahami sistem keuangan untuk resign dari pekerjaan tersebut. Ia mulai merancang dan memahami sistem keuuangan yang lebih luas, yang kelak menjadi pondasi bagi pendirian koperasi yang ia impikan.

Masih bekerja di bank, Ketut Sukiana mulai merintis koperasinya dari sebuah kamar di rumahnya. Ia mengurus koperasi tersebut setiap malam setelah pulang bekerja, bahkan membuka koperasi itu hingga larut malam suatu rutinitas yang masih berlangsung hingga sekarang. Dengan disiplin, komitmen dan kejujuran, ia mengelola koperasi tersebut hingga berkembang. Berjalannya waktu, koperasi yang dirintis Ketut Sukiana kemudian bergabung dengan unit usaha desa yang memiliki izin resmi, dengan syarat membayar fee kepada desa. Sukiana berencana mengarahkan koperasi menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Namun, karena adanya moratorium pada KSP saat itu, ia memutuskan untuk mengubahnya menjadi koperasi konsumen terlebih dahulu. Setelah menjalani proses selama setahun dan saat aset koperasi sudah melebihi standar konsumen, ia memutuskan untuk mengubahnya menjadi menjadi KSP dengan nama KSP Dana Abadi Pungutan.

Pada awal berdirinya, KSP Dana Abadi Pungutan memiliki 25 anggota dengan modal awal sebesar Rp25 juta dari sumbangan pokok. Dengan adanya aturan baru dalam perkoperasian, setiap penabung dan peminjam diwajibkan untuk menjadi anggota koperasi. Menyikapi aturan ini, Ketut Sukiana membuat klasifikasi keanggotaan menjadi anggota pendiri dan anggota biasa. Saat ini, KSP Dana Abadi Pungutan telah berkembang pesat dengan jumlah anggota mencapai 1.000 orang. Untuk menjaga komitmen dan keberlanjutan, Ketut Sukiana menetapkan simpana wajib sebesar Rp5.000 per bulan dan simpanan pokok sebesar Rp50.000. Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan dari anggota, koperasi ini tidak hanya menjadi tempat yang aman untuk menabung dan meminjam, juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat ekonomi setempat. Ketut Sukiana terus berupaya meningkatkan kualitas layanan koperasi dengan fokus pada kesejahteraan anggotanya. Jumlah anggota yang terus bertambah menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap KSP Dana Abadi Pungutan, yang awalnya dari koperasi kecil dengan modal terbatas dan kini telah menjadi lembaga keuangan yang kuat dan dipercaya.

 

Pada Januari 2023, telah diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KSP Dana Abadi Pungutan, koperasi ini memberikan berbagai hadiah kepada anggotanya sebagai bentuk apresiasi. Anggota yang hadir mendapatkan voucher belanja dan uang kehadiran, sementara anggota dengan simpanan terbanyak memperoleh reward khusus. Selain itu, sepuluh peminjam dengan pembayaran bunga terbesar selama setahun juga menerima penghargaan. Aset KSP Dana Abadi Pungutan kini telah mencapai Rp17 miliar, menunjukkan perkembangan signifikan dari awal pendiriannya. Ketut Sukiana tetap memimpin dengan semangat yang tak pernah pudar. Meski usianya tak lagi muda, ia memilih untuk terus aktif dan sibuk, memastikan bahwa setiap aspek koperasi dikelola dengan baik. Dedikasinya tercermin melalui inovasi-inovasi yang diterapkannya dalam sistem pelayanan dan manajemen keuangan, serta upayanya dalam memberdayakan anggota melalui berbagai program edukasi dan pelatihan. Kepemimpinannya yang dibalut sikap empati membuat koperasi ini pun tidak hanya tumbuh secara finansial, tetapi juga menjadi lembaga yang dipercaya dan dihormati oleh komunitas lokal.

Di usia yang sudah tidak lagi muda, ia berupaya menjadi ketua koperasi yang tetap bertanggung jawab secara profesional, bukan hanya sekadar menjalani rutinitas. Baginya, pekerjaannya di koperasi merupakan bentuk terapi pribadi yang sangat penting. Melalui aktivitas yang konsisten, ia merasa tetap bugar, produktif dan memiliki tujuan hidup yang jelas. Setiap hari yang dihabiskannya untuk mengelola koperasi memberikan makna dan kepuasan tersendiri, memperkuat semangat hidupnya dan menginspirasi orangorang di sekitarnya untuk tetap aktif dan berkontribusi, berapapun usia mereka.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!