Meneruskan Bisnis, Melanjutkan Kebaikan

Kehilangan demi kehilangan sosok tercinta seolah menjadi takdir yang tak terelakkan bagi Komang Arya Triyantha, penerus tahta “Arya Alang-Alang Sirap”. Sebagai penggantinya, Semesta menghadirkan sosok-sosok tulus yang datang tidak hanya dari kalangan keluarga, juga dari komunitas dan tokoh-tokoh hebat yang menjadi sumber motivasi dan inspirasi. Kehadiran mereka mendorongnya untuk melanjutkan warisan, menapaki jalan bisnis yang pernah dirintis almarhum sang ayah. Sebuah perjalanan hidup yang ia terima sebagai bagian dari dharma, dijalani dengan penuh rasa syukur dan tanggung jawab.

Di usia yang baru menginjak 6 tahun, Arya telah kehilangan sosok ibunda tercinta untuk selama-lamanya. Namun, pada saat itu, ia belum sepenuhnya memahami arti dari kepergian tersebut. Yang ia rasakan justru kegembiraan karena banyak saudara datang berkunjung ke rumah, tanpa menyadari bahwa semua itu adalah bentuk belasungkawa. Setelah kepergian sang ibu, Arya diboyong oleh pamannya untuk tinggal bersama, sementara sang ayah larut dalam kesibukan kerja demi mengalihkan duka mendalam atas kehilangan belahan jiwanya. Sekilas, kehidupan Arya tampak menyedihkan. Namun kenyataannya, ia tumbuh dalam limpahan kasih sayang dari keluarga pamannya. Bahkan bisa dibilang dimanjakan. Kehangatan dan kenyamanan itu terus menyertainya hingga usia 23 tahun, saat akhirnya ia memutuskan kembali ke rumah kelahirannya untuk menapaki babak baru dalam hidupnya.

Beranjak dewasa, Arya pernah memiliki cita-cita besar untuk bekerja di kapal pesiar. Ia bahkan berdoa sungguh-sungguh kepada almarhum ibu, kakak, dan pamannya, memohon jika memang jalannya adalah kapal pesiar, bukakanlah pintu itu untuknya. Jika bukan, biarlah semuanya mengalir secara alami. Takdir pun menjawab. Setelah dua kali gagal, baik saat mencoba melalui agen di Jakarta maupun di Bali, ia menyadari bahwa mungkin jalan hidupnya memang bukan di laut lepas. Kegagalan itu justru menjadi awal dari sesuatu yang lebih bermakna. Ia diajak oleh General Manager Holland America Cruise Line untuk bertemu dengan Hermawan Kartajaya, seorang pakar pemasaran ternama di Indonesia. Pertemuan itu menjadi titik balik yang memotivasinya dan arah hidupnya bergeser. Ia mulai menapaki jalu baru, bekerja dari satu hotel ke hotel lainnya, membangun pengalaman, jaringan, dan kepercayaan diri yang kelak membentuknya menjadi pribadi yang tangguh dan siap melanjutkan estafet perjuangan keluarga.

Keputusannya untuk fokus di bidang purchasing bukan semata demi karier di industri perhotelan, ia ingin mendukung bisnis ayahnya yang menjadi vendor alang-alang. Meski saat sang ayah belum mengizinkannya terlibat langsung, memintanya untuk tetap fokus bekerja di hotel, rasa penasaran membuatnya mulai belajar sendiri, memahami prosedur dan proses pengadaan barang. Diam-diam, ia menyerap belajar sendiri, memahami prosedur dan proses pengadaan barang, hingga akhirnya diberi kepercayaan untuk membuat penawaran pertama. Suatu ketika, lewat obrolan santai yang lebih pribadi, ia memberanikan diri bertanya tentang sumber penghasilan ayahnya dan kondisi keuangan keluarga, termasuk soal utang. Dari percakapan itu, terungkap bahwa ayahnya yang sudah menginjak usia 60 tahun mulai enggan mengikuti tender-tender baru. Sang ayahnya hanya bertahan sebagai vendor tetap di Ayana Resort, hubungan kerja yang tak tergantikan kecuali bila resort itu sendiri tutup. Langkahnya yang mulai menyentuh bisnis sang ayah ternyata seperti sebuah pertanda. Tak disangka, waktu mempertemukan keputusan itu dengan peristiwa yang lebih dalam, kepergian ayahnya menyusul ibu, kakak, dan pamannya. Seolah Semesta memberi isyarat, bahwa kini giliran dirinya meneruskan jejak, bukan hanya dalam bisnis, tetapi juga menjaga nilai-nilai dan perjuangan keluarga.

Sekitar bulan Juli 2021, datang panggilan dari rekan sang ayah yang merupakan owner representative salah satu hotel di Bali. Dari pertemuan itu, Arya mendapatkan kepercayaan untuk meneruskan bisnis ayahnya. Setelah melakukan surveI lokasi, hanya dalam waktu satu minggu proyek tersebut resmi diberikan kepadanya. Ia bahkan langsung menerima uang muka yang menjadi modal awal untuk menjalankan proyek tersebut. Proyek di hotel milik negarawan tersebut menjadi tantangan sekaligus perubahan besar. Ia tak hanya mengerjakan alang-alang, juga merambah ke pekerjaan finishing, furnitur, hingga batu alam. Proyek demi proyek terus dipercayakan kepadanya. Namun di balik semua itu, ia jujur merasa minder. Ia takut jika hasil pekerjaannya tidak sesuai harapan. Maka nama baik dan reputasi yang telah dibangun ayahnya selama bertahun-tahun bisa tercoreng. Keraguan itu berubah setelah ia mendapat kesempatan berharga, bertemu langsung dengan negarawan tersebut. Beliau memberikannya wejangan, selagi masih muda dan sebagai anak lokal, sebaiknya perbanyaklah pertemanan dan jaringan. Wejangan itu menumbuhkan keberaniannya. Ia pun memberanikan diri mengerahkan sekitar 300 tenaga kerja lokal untuk menyelesaikan proyek besar tersebut, dan itu terjadi di tengah masa pandemi.

Resmi mengundurkan diri dari hotel, Arya melangkah lebih jauh dalam meneruskan bisnis sang ayah. Ekspor yang telah dirintis sang ayah sejak tahun 1998, meliputi Afrika, Maladewa, Australia, Singapura dan dikembangkan olehnya saat ini, dalam proses penjajakan ke Dubai. Arya juga melanjutkan warisan ayahnya dengan menjaga kepercayaan klien properti yang pernah bekerja sama dengan Arya Alang-Alang Sirap seperti Samabe Bali Suites & Villas dan Bvlgari Hotel. Arya juga melakukan pengembangan dengan merambah material lain, termasuk, termasuk sirap dan kayu ulin, yang awalnya muncul dari permintaan langsung Surya Paloh. Di tengah perjalanannya melanjutkan tahta bisnis sang ayah, tidak sedikit pihak yang membandingkan dirinya dengan ayahnya, yang dikenal royal, dan demawan. Namun, ia selalu mengingat satu pesan kuat dari almarhum, “Jangan pernah memperlambat gaji para tenaga. Tanpa mereka, bisnis ini tidak ada artinya”.

Ada satu hal lagi yang tak mungkin diabaikan. Selain meneruskan Arya Alang-Alang Sirap, ia merangkul keluarga terdekat untuk tumbuh bersama. Anak dari almarhum paman yang pernah merawatnya, ia ajak bergabung dan menempati posisi administrasi dan keuangan. Sepupu yang merupakan pensiunan hotel dan kakak dari mertua yang berpengalaman sebagai pemborong dan kontraktor juga bergabung dengannya, bahkan dalam bisnis yang ia bangun dari nol, CV Arya Cipta Karya dan Mitra Cahaya Dewata. Hasilnya, apa yang dilakukan Arya bukan lagi sekadar meneruskan bisnis. Ia sedang merawat warisan kebaikan ayahnya sebagai sosok yang gemar berpunia. Di tangan Arya, warisan itu tidak berhenti. Ia hidup, bertumbuh, dan memberi makna baru bagi banyak orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!