Urgansi Pembangunan Demi Memaksimalkan Potensi Besar di Gumi Lahar – Artha Dipa
Kabupaten Karangasem memiliki potensi alam yang besar karena wilayah ini memiliki kenampakan alam yang lengkap mulai dari wilayah pegunungan hingga pesisir. Selain dijuluki “Gumi Lahar” karena sejarah dan perkembangannya yang tidak lepas dari aktivitas vulkanis Gunung Agung, Karangasem juga dikenal sebagai pusat dari aktivitas ritual keagamaan Hindu di Bali sebab Pura Besakih seagai pura terbesar berada di wilayah tersebut. Demikian besar potensi yang ada di Karangasem maka perlu dikelola secara serius agar dapat memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat Karangasem.
Berbicara mengenai dinamika kepemimpinan di Karangasem tidak luput dari sebuah nama yaitu I Wayan Artha Dipa. Putra daerah asli Karangasem tersebut saat ini masih dipercaya masyarakat Karangasem untuk melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan sebagai Wakil Bupati di Karangasem periode 2016- 2021. Sosoknya yang dinilai memiliki gaya kepemimpinan yang tenang namun di balik itu ada semangat menggelora untuk memajukan tanah kelahirannya. Ia merasa jengah lantaran dalam beberapa parameter keberhasilan pembangunan, Karangasem rutin menempati urutan terbawah.
“Selama lima tahun bertugas sebagai wakil bupati, saya melihat sudah ada upaya untuk memberikan kinerja terbaik para pimpinan daerah dan saya sangat mengapresiasi hal itu. Namun di satu sisi saya menyadari masih ada beberapa sektor yang masih belum tersentuh kebijakan yang relevan,” ujar Artha Dipa.
Ia menyebutkan bidang kehidupan masyarakat yang belum mendapatkan perhatian khusus adalah sektor pendidikan. Padahal hasil capaian sektor tersebut nantinya akan mempengaruhi nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menjadi suatu indikator untuk mengukur keberhasilan upaya pembangunan kualitas hidup masyarakat, IPM Karangasem berada di bawah kabupaten lainnya.
Salah satu komponen IPM adalah Rata-rata lama sekolah (RLS) yang menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal. Sementara RLS Karangasem tercatat terendah di Bali yaitu 5,97 tahun dengan kata lain penduduk Karangasem usia 25 tahun ke atas belum menuntaskan pendidikan SD.
“Agar dapat membuat Karangasem bisa lebih maju dari sekarang harus memulai mencetak SDM Karangasem yang lebih unggul. Langkah ini bisa dicapai dengan memberikan prioritas lebih pada sektor pendidikan, diawali dengan meningkatkan jumlah sekolah dan perguruan tinggi di Karangasem,” kata pria asal Sangkan Gunung, Sidemen, Karangasem tersebut.
Infrastruktur
Sebagaimana halnya kabupaten lain di Bali, Karangasem dalam perkembangannya juga sangat dekat dengan industri pariwisata. Hal ini tak terlepas dari potensi besar yang dimiliki Karangasem, yaitu kekayaan alam dan tradisi masyarakatnya yang unik. Menurut Artha Dipa, pengoptimalan infrastruktur masuk dalam skala prioritas kebijakan guna dapat memaksimalkan potensi daerah yang berlimpah. Salah satu pengembangan infrastruktur yang patut digenjot adalah sarana transportasi berupa jalan maupun jembatan.
“Terdapat 167 jalan provinsi di Karangasem yang belum tersentuh pembangunan. Jika itu diupayakan saya yakin ekonomi masyarakat akan lebih menggeliat,” ungkap mantan Kepala Bapeda tersebut.
Infrastruktur menjadi sarana vital untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Ketersediaan infrastruktur yang memadai bersifat urgensi yaitu untuk mendukung pembangunan Karangasem. Pembangunan infrastruktur ini pun nantinya akan meningkatkan perekonomian, mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan daya saing daerah baik di tingkat regional maupun nasional.
Pria kelahiran 1956 ini menambahkan pemerataan pembangunan infrastruktur di Bali hendaknya mengandung nafas kearifan lokal Bali yaitu konsep Tri Hita Karana. Dijelaskan dalam konsep tersebut dimana akan terjadi keseimbangan kehidupan jika terjadi keharmonisan hubungan manusia dengan tiga elemen yaitu Tuhan (parahyangan), sesama manusia (pawongan), dan lingkungan alam (palemahan).
Artha Dipa menganalogikan konsep tersebut ibarat bagian tubuh manusia, dimana parahyangan sama seperti bagian kepala yaitu merupakan pusat kordinasi tubuh. Jika bagian teratas tubuh tersebut berfungsi dengan baik maka demikian pula dengan bagian tubuh lainnya. Begitu pula dengan membangun daerah khususnya Bali yang lekat dengan budaya spiritualisme, hendaknya dimulai dari lingkungan Parahyangan. Maka sejalan dengan konsep tersebut, sangat relevan jika konsentrasi pembangunan daerah diarahkan untuk Karangasem sebagai daerah yang memiliki pura terbesar yang ada di Bali.
Ubah Strategi
Menyikapi cita-cita mewujudkan pembangunan Karangasem demi menggerakkan ekonomi masyarakat, Artha Dipa mengaku siap memperjuangkannya. Salah satunya melalui jalur politik yang memang menjadi jalan perjuangnnya selama lima tahun belakang. Ia menegaskan politik memang bukan satu-satunya cara menciptakan kehidupan masyarakat madani, namun melalui politik seseorang memiliki kesempatan untuk menegakkan suatu kebijakan yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat secara luas.
Sedangkan dalam strategi politik kali ini, Artha Dipa memilih untuk bergandengan dengan politisi yang berbeda. Setelah mengalami dinamika politik yang fluktuatif, akhirnya I Wayan Arta Dipa remi mendampingi I Gede Dana sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati. Pasangan ini mendapat rekomendasi dari DPP Partai PDIP untuk bertarung dalam Pilkada Karangasem 9 Desember 2020 mendatang.
“Kebijakan di daerah harus berkesinambungan dengan arah kebijakan yang dibuat oleh pemangku kebijakan diatasnya. Apabila hal tersebut terjadi saya yakin Karangasem ke depannya akan mengalami kemajuan yang signifikan,” ungkapnya ketika ditanya alasan berlabuh pada koalisi partai penguasa.
Sikap optimisme ditunjukkan oleh pria peraih gelar Doktor Bidang Ilmu Agama dan Kebudayaan dengan predikat cumlaude tersebut. Ia mengatakan keyakinan itu didasari oleh tekad untuk berjuang demi masyarakat Karangasem. Terlepas nantinya terpilih kembali atau tidak, ia mengaku akan terus mengabdikan diri untuk membangun daerah kelahirannya.