Spesialis Pengrajin Aksesori untuk Pasar Lokal Berbahan 100% Silver

Berbeda dengan masa kecil para wirausahawan atau pengrajin lainnya, yang biasanya memiliki kepedulian dengan apa yang dikerjakan orang tua, namun tidak dengan I Komang Astrawan. Ia mengaku cenderung cuek dengan menghabiskan waktu untuk bersekolah dan bermain. Baru sejak SMA, sudah mulai beranjak dewasa dan memiliki kesadaran diri untuk ikut membantu disela-sela pendidikannya. Sampai pada akhirnya, sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, ia merasa wajib meneruskan usaha tersebut agar tak hilang ditelan masa.

Diceritakan pria kelahiran 2 Juli 1972 ini, orang tua tak pernah secara gamblang mendidiknya dalam mempelajari usaha ini. Waktu dibiarkan bergulir dan menjawab, kapan akan tiba masanya, timbul kemauan dari dirinya sendiri, untuk mulai terjun ke “Made Kawi Silver” yang beralamat di Jl. Celuk Sukawati, Gianyar ini. Seiring lahir dan besar di lingkungan pengrajin, secara tak langsung, Astrawan pun terbawa suasana dan darah seninya semakin diuji dan terus diasah.

Sejak awal dirintis, Made Kawi Silver yang diwarisi oleh orang tua, didesain untuk aksesori yang fokus menarik pasar lokal, seperti Prajuru Desa Adat, Pinandita dan masyarakat umum. Meski sudah dikenal sebagai spesialis dan best sellernya kethu dan arca, masih ada customer yang masih suka membawa bahannya sendiri. Dalam hal ini, Astrawan tak keberatan, bila cara tersebut membuat customer percaya dengan usahanya, bahwa Made Kawi Silver memang sepenuhnya memberikan kualitas terbaik. Seperti Made Kawi Silver menggunakan pure bahan silver, agar lebih mempermudah dalam proses pembentukan, karena kualitas bahan zaman sekarang sudah berbeda dengan dulu yang masih bisa dicampur.

Sebagai pengrajin, tantangan di masa pandemi yang tak hanya menyebabkan penurunan omzet sampai 50%, Astrawan semakin terpacu untuk terus berinovasi. Melalui produk unggulan dari Mede Kawi Silver yakni berupa tapakan, sekaligus merupakan satu-satunya pengrajin yang berinovasi dalam karya tersebut, Made Kawi Silver masih tetap produktif. “Astungkara, tapakan yang terbuat dari bahan perak dan emas tersebut, yang digunakan pada hiasan pretima barong, busana pemangku, kethu, keris, pererai dan arca akan selalu dicari, hal ini sebagai upaya kita sebagai orang yang memiliki bakat seni, untuk turut melestarikan warisan seni dan budaya Bali,” ucap pria yang telah meraih Anugerah Bali Brand 2021 ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!