Pengusaha Menggapai Asa Bawa Teh Lokal Go Internasional – Ketut Gede Yudantara
Kesuksesan adalah milik mereka yang mau tekun dalam berusaha. Hal itulah yang mampu dibuktikan oleh seorang enterpreneur putra daerah Bali bernama Ir. Ketut Gede Yudantara. Ia merubah ketidakpastian menjadi keniscayaan. Dulu seorang anak yang tidak bisa berjalan sampai usia masuk sekolah dasar, kini mampu berlari kencang bahkan mampu mengepakkan sayap meraih impian. Dulu seorang karyawan, kini pengusaha perkebunan.
Ir. Ketut Gede Yudantara lahir dan dibesarkan di Desa Lebih, Kabupaten Gianyar, yang notabene merupakan daerah dengan penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Begitu pula profesi yang digeluti orangtua Ir. Ketut Gede Yudantara. Hanya saja selain bertani, ayahnya juga merupakan seorang pedagang. Dari usaha-usaha yang dilakukan orangtuanya, Ketut menikmati kehidupannya dalam kondisi sejahtera.
Ada sebuah pengalaman unik yang dilalui pria kelahiran 30 September 1955 tersebut. Sewaktu balita hingga usia 8 tahun, Ketut tidak mampu berjalan selayaknya anak lain pada umumnya. Kondisinya itu membuatnya harus menyeret tubuhnya kemana-mana, sehingga ia sempat disapa dengan panggilan “Ketut Kosod”.
Meski demikian, Ketut tidak menjadi pesimis dalam hidup. Ia belum bisa diterima di SD mana pun, tetapi ia sudah mahir berhitung bahkan mampu mengajari anak-anak tetangganya.
Berkat anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya ia mampu berjalan dengan gesit seperti sekarang. Tidak hanya itu, ia meraih pencapaian tinggi dalam hal akademik dengan rutin mengantongi gelar juara kelas dan juara umum di masa sekolah.
Profesional hingga Wirausahawan
Setamat SMA, Ir. Ketut Gede Yudantara melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Ia mengambil jurusan Agronomi di Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) yang kini dikenal dengan nama INTIPER. Selama berkuliah ia juga aktif menulis untuk dikirimkan ke media cetak. Akhirnya masa pendidikan yang semestinya ditempuh selama 7 tahun, bisa diselesaikan Ketut dalam kurun waktu 5 tahun.
Selepas lulus dan meraih gelar sarjana, Ketut Gede Yudantara bekerja di Riau yaitu di sektor perkebunan pada tahun 1983-1986. Tahun 1987, ia dipindahkan ke Jakarta dalam rangka investasi perluasan perkebunan yang nantinya menjadi cikal bakal terbentuknya PT Astra Agro Lestari.
Di perusahaan ini ia meniti karir mulai dari jabatan Technical Advisor, Direktur Area, Presiden Direktur anak-anak perusahaan, dan terakhir sebagai Direktur Marketing. Tepat pada masa 16 tahun sebagai seorang profesional di perusahaan nasional, ia mengundurkan diri.
Jiwa enterpreneur dari Sang Ayah bisa jadi telah mengalir deras dalam tubuh Ketut Gede Yudantara. Setelah mencicipi pengalaman bekerja selama belasan tahun di perusahaan milik orang lain, ia pun memiliki cita-cita yaitu mengelola usaha miliknya sendiri. Ia yakin terhadap keputusannya meskipun jalan yang akan ditempuh penuh dengan resiko dan tantangan. Suami dari Ratna Dewi Trisnawati ini optimis sebab ia sendiri telah berhasil mengembangkan perusahaan tempatnya bekerja dahulu.
“Kalau saya bisa menyukseskan perusahaan orang lain, saya yakin akan dapat melakukannya untuk diri sendiri,” ungkapnya penuh percaya diri.
Bersama mitra bisnisnya,Hendarto Tjokro Setio, ia mendirikan PT Wahana Citra Nabati (WCN). Perusahaan ini bergerak di bidang refinery – memproduksi stearin, olein dan purified terephthalic acid.
Awalnya perusahaan ini memiliki kantor dengan bangunan bangunan berbentuk bedeng yang berlokasi dekat dengan pabrik. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki perusahaan. Meski demikian, cash flow perusahaan cenderung aman dan mampu bertumbuh secara cepat.
Hanya dalam waktu singkat, WCN mampu menjaring konsumen yang merupakan perusahaan-perusahan berskala besar. Sebut saja Danone, Wings Group, dan Unilever adalah sederet nama mentereng yang menjadi klien perusahaan Ketut. Diakuinya, keberhasilan yang diraih adalah hasil penempaan selama berkarir sebagai profesional serta kemampuan Sang Rekan Bisnis, Hendarto, dalam menjaring relasi.
Kembangkan Teh Lokal
Setelah stabil di bisnis minyak kelapa sawit, Ketut Gede Yudantara kian mengepakkan sayap bisnisnya ke berbagai produk. Lelaki penyuka dunia fashion ini juga merambah bisnis makanan ringan dan perkebunan non kelapa sawit.
Terakhir ia mengembangkan PT. Bali Cahaya Amerta, sebuah perusahaan yang memproduksi teh lokal organik. Perusahaan ini mengandalkan hasil dari perkebunan teh yang dikembangkan di Desa Angseri dan Mayungan, Kecamatan Baturiti, Tabanan.
Mengusung brand “Brew Me”, Ketut Gede Yudantara menawarkan produk teh organik berkualitas berupa black tea, green tea, dan white tea. Produk-produknya sangat diminati perusahaan terlihat dari pertumbuhan permintaan yang terus meningkat. Bahkan Brew Me telah menembus pasar Asia dan Eropa.
Setidaknya hingga saat ini, sudah ada 5 cor businness di Bali yang meliputi perkebunan (perkebunan teh di semarang, perkebunan karet di Pulukan-Jembrana, perkebunan teh di Bali); Brew Me, membuat produk teh berkelas international, baik lose leaf, tea bag berbagai varian, dan berbagai kemasan, lebih dari 50 varian yang memiliki kelas international. Pameran Brew Me telah di lakukan di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Hongkong hingga Eropa, dan saat ini sedang berlangsung di Singapura, Hongkong dan Paris; restorasi di daerah Sanur, dan pengembangan di Ubud; grand opening hotel & vila pertengahan Juli tahun 2019 dan yang terakhir pengembangan tourism dan transportasi dimana terdapat tea gallery tourism di Jalan Ida Bagus Mantra dan Mayungan Agro Tourism yang baru dibangun. Saat melakukan pameran di Eropa, para pedagang besar merasa heran ada tanaman teh yang ditanam di Bali, ini menjadi sebuah sejarah baru. Apalagi dengan rasa yang berbeda, karena tanah Bali yang bersifat vulkanis murni, selain terkenal dengan obyek wisata, Bali bisa menyediakan teh terbaik.
Ketut Gede Yudantara berharap, teh hasil produksi lokal ini nantinya akan mampu merambah pasar ekspor lebih luas. Ayah satu orang putri ini percaya terhadap kualitas produk yang ditawarkannya. Selain memiliki cita rasa berkelas, teh ini juga menyimpan kandungan yang mampu mendukung kesehatan penikmatnya. Dengan demikian ia menjadi seorang putra daerah yang membawa Bali ke tingkat internasional sebagai produsen teh yang patut diperhitungkan.