Meruncingkan Rezeki Lewat Bisnis Produksi Tusuk Sate

Pernah mencicipi pengalaman berkarier di industri pariwisata dan juga sempat melanglang ke Eropa untuk mencari rezeki, tentunya kesejahteraan sudah jadi hal pasti bagi M Cholil. Di tengah jalan justru memutuskan meninggalkan zona nyaman dan memilih terjun ke dunia usaha dengan berbagai risiko menanti. Namun pria asal Singaraja ini meyakini proses belajar akan menuntunnya pada pintu kesuksesan.

“Orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu sementara orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan”. Demikian rangkaian kata motivasi yang populer dari seorang maestro motivator Mario Teguh. Prinsip yang sama juga dipegang teguh oleh M Cholil. Sosok pengusaha satu ini berangkat dari ketidakpahaman soal membangun bisnis namun berkat keteguhannya untuk belajar, ia mampu meniti tangga kesuksesan.

Berawal dari pengalaman pulang ke kampung halaman di Seririt, Buleleng, M Cholil mengenal sebuah peluang dari benda yang terlihat sepele. Benda ini tak lain adalah batang bambu tipis yang runcing, sangat diperlukan sebagai penunjang bisnis kuliner sate. Sering disebut tusuk sate, ternyata permintaannya sanggat tinggi. Menyadari hal itu M Cholil tergerak untuk menggarap peluang yang ada dengan modal terbatas.

Di awal menjalani usaha produksi tusuk sate itu, tentunya beragam tantangan mewarnai perjalanan usaha. Terutama dalam hal proses produksi. M Cholil mengakui bahwa memproses bambu menjadi produk pakai itu tak semudah dugaannya. Akhirnya berkat proses uji coba dan belajar, M Cholil mampu merobohkan tembok tantangan di depannya. Tak hanya soal produksi, ia juga menjawab tantangan dalam pemasaran. Ia berhasil menawarkan olahan bambu produksinya ke berbagai perusahaan yang membutuhkan barang-barang berbahan bambu, termasuk tusuk sate.

Dalam hal produksi, M Cholil memilih Bangli sebagai daerah tujuan mengambil bahan baku. Tak hanya itu, ia juga melakukan proses produksi di sana demi menekan anggaran sehingga dirinya mampu menawarkan produk dengan harga bersaing. Beberapa produk yang ia garap dari bahan dasar bambu selain tusuk sate adalah sumpit, stick untuk produk frozen food, keranjang dimsum, dan masih banyak lagi kreasi lainnya. Selain menawarkan produk dengan jaminan harga termurah, M Cholil juga berani beradu soal kualitas. Ia memastikan produk-produknya sudah melewati tahap kontrol kualitas sebelum meluncur ke pasaran.

M Cholil mengatakan optimis menggarap plang bisnis produk olahan bambu ini secara serius, bahkan rela meninggalkan pekerjaannya yang sudah stabil di pariwisata. Hal ini lantaran melihat prospek jangka panjang dari bisnis ini. Kebutuhan terhadap batang bambu seolah tak tergantikan, contohnya tusuk sate. Meski ada upaya menggantikannya dengan bahan lain, namun tusuk sate berbahan bambu lebih praktis, murah dan lebih higienis. Selain itu bambu merupakan tanaman yang ketersediaannya melimpah dengan masa budidaya yang lebih pendek dari pohon. Tentunya lebih ramah lingkungan.

Sebagai pengusaha yang sudah merasakan pengalaman merintis usaha dari nol, lalu berhasil meluaskan jaringan pemasaran di Bali maupun ke luar daerah, bahkan hingga menembus pasar mancanegara, M Cholil mengingatkan generasi muda untuk berani berwirausaha meski terkendala modal. Menurutnya, di awal merintis usaha yang diperlukan adalah modal koneksi dan selanjutnya jika usaha itu berkembang, barulah diperlukan modal finansial yang cukup.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!