Membentuk Lingkungan Positif Sebagai Tumbuh Kembang Karakter Anak Didik

Lahir di Banjar Penusuan, Kecamatan Tegallalang, 8 Februari 1977 di tengah keluarga yang telah meninggalkan proses pembelajaran luar biasa. Ayah yang bekerja di Dinas Kesehatan, sebagai perawat, yang tak jarang berpindah-pindah rumah sakit. Suatu ketika meski hanya masih di daerah Tegallalang, Pasek Adi Putra saat masih SD pun tetap berpindah sekolah mengikuti ayahnya bekerja.

Saat kelas satu hingga empat SD tahun 1984, pengalamannya pindah ke desa Pupuan, Tegallalang yang paling berkesan di hati Pasek Adi Putra. Kentalnya kekerabatan saat itu masih kental dirasakan sampai detik ini, terbukti bila ada suatu acara, ia dan keluarga pasti mendapat undangan. Tak hanya itu, pengenalannya dengan pengalaman bertani pun, sangat ia rasakan di desa tersebut, karena basis dari mata pencaharian masyarakatnya yang memang sebagai petani.

Perpisahan demi perpisahan yang ditinggalkannya dari desa ke desa tersebut, meninggalkan kesan tersendiri untuknya. Seperti saat harus pindah lagi dari desa Pupuan, Pasek Adi Putra diajak pindah ke desa berikutnya, yakni di Kedisan. Sambutan hangat yang tak jauh berbeda dari desa-desa sebelumnya yang ia singgahi, bagaimana masyarakatnya memperkenalkan kontribusi yang ada di desa masingmasing, ia yakini tak hanya sekedar menjadi pengalaman untuknya, di usia belianya saat itu menjadi sebuah penanaman karakter yang berguna di masanya meniti karier saat ini.

Berbeda dengan desa Pupuan, di Kedisan, Pasek Adi Putra diperkenalkan seni mengukir patung garuda yang mengangkat perekonomian masyarakatnya. Tidak dipungkiri satu-satunya yang bisa seni mematung di banjar Penusuan, hanyalah dirinya sendiri. Di mana saat kelas enam SD, ia sudah berhasil menjual patung yang ukurannya lebih tinggi dari badannya, yang dihargai seharga 1,5 juta rupiah.

Kembali ke kampung halaman, namun kali ini Pasek Adi Putra tak bersama orang tua, ia dititipkan kepada paman dari ayahnya yang merupakan seorang guru sekaligus kepala sekolah. Saat di bangku SMP, ia pun masih aktif membuat patung, bila dibandingkan dengan bermain dengan teman-teman sebayanya. Alhasil ia pun memenuhi biaya sekolahnya hingga sarjana, hampir secara keseluruhan tak melibatkan biaya dari orang tua. Tak menutup kemungkinan, kebanggaan pun timbul dari hati orang tuanya, karena ia tak hanya mampu menghasilkan finansial secara mandiri, tapi juga membuat karya seni yang dikirim ke mancanegara di usia remaja. Bahkan ia sempat bekerja sama dengan kantor imigrasi Renon, Denpasar, membuat 5000 patung garuda yang diberikan kepada para penumpang Garuda Indonesia sebagai cenderamata.

Alumni SMA Ubud ini, kemudian melanjutkan di Jurusan Sastra Inggris, Universitas Warmadewa. Setelah terlena dengan kegiatan orderan dari karya patungnya, ia akhirnya tamat pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan di IKIP PGRI mengambil akta 4 dan ikut pendaftaran CPNS pada tahun 2006, karena kompetitor di dunia seni patung mulai menanjak. Setelah mengikuti beberapa kegiatan salah satunya multilevel marketing, yang sukses membawanya melanglang buana. Pasek Adi Putra mempensiunkan diri dari Junior Chamber International (JCI) karena usia yang sudah tidak memenuhi syarat. Ia kemudian memutuskan concern dengan pendidikan generasi muda di Tegallalang khususnya di pariwisata. Keistimewaan lembaga ini dibandingkan lembaga lainnya adalah memberikan biaya pendidikan yang istimewa untuk anak yatim piatu dan fasilitas lainnya ia sebagai pendiri menetapkan aturan yang dapat membayar uang pendidikan dengan cara diangsur atau setelah para siswa lulus nanti.

Ada empat program yang difokuskan di Venus One Tourism, pertama membangun “Individualisme” meliputi penanaman karakter, ditawarkan di LPK Venus One Tourism Academy. Salah satunya membangun rasa empati para siswa dengan lingkungan sekitar, misalnya kepedulian kepada anak yatim piatu, dengan gerakan Susutanta (Sumbangan Sukrela Tanpa Tekanan) yang terus begulir sampai saat ini. Kedua, setelah lulus diharapkan peserta didik akan akan mampu berkontribusi di masyarakat yang ia luncurkan dengan nama program “Community Development”. Kemudian demi menghantarkan para siswa agar memiliki mental pejuang bagi mereka yang ingin berkarier sebagai entrepreneurship, Pasek Adi Putra kemudian membangun “Business Development”. Caranya, melalui hasil olahan daun kelor yang diproduksi di LPK dan menghasilkan produk jadi yang bisa dimanfaatkan untuk masker wajah, mie, teh, pasta, ia mengajarkan kepada para siswa untuk membangun kepercayaan diri mereka, dengan memasarkan produk-produk tersebut. Jika mereka sudah merasa confident dengan kegiatan tersebut, baginya akan sangat terbuka untuk tantangan menuju jalan kesuksesan. Terakhir yakni “International Development” pedalaman ilmu dan pengalaman dengan pengiriman kerja ke luar negeri yang akan memperoleh sertifikat international. Dengan empat program yang difokuskan oleh Pasek Adi Putra di Venus One Tourism Academy, berharap akan terus menanamkan sikap berkomitmen, konsistensi, kolaborasi, komersial dan menjadi sebuah konsep yang berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!