Jejak Rasa di Setiap Tujuan
Setiap destinasi kerja yang pernah dijalani I Made Gidiyon, menyimpan makna tersendiri dalam perjalanan hidupnya. Dari daratan hingga lautan, mulai dari hotel, restoran hingga kapal pesiar. Semuanya membentuk pengalaman yang kini menyatu dalam bisnis akomodasi maupun kulinernya, Gidiyon Villa & Home Cooking.
Keseriusan Gidiyon pada dunia kuliner sebenarnya baru tumbuh saat ia bekerja sebagai Steward di sebuah restoran. Awalnya, pekerjaan itu justru membuatnya ragu untuk melanjutkan pendidikan, karena merasa sudah cukup sibuk dan nyaman bekerja. Seiring waktu, lingkungan kerja yang dekat dengan dapur dan proses memasak justru menumbuhkan ketertarikan yang tak terduga. Setiap hari, ia memperhatikan para chef mengolah bahan, menyusun hidangan, dan menjaga kualitas rasa. Aktivitas itu membangkitkan kenangan masa kecilnya, saat ia gemar memperhatikan ibunya memasak di dapur rumah, bahkan sesekali ikut membantu. Dari situlah muncul semangat baru dalam dirinya, hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang D2 jurusan Tata Boga.
Selama dua tahun menempuh pendidikan di jurusan Tata Boga, Gidiyon dihadapkan pada peristiwa tak terduga yakni tragedi Bom Bali. Di tengah situasi itu, ia tidak kehilangan arah. Pada usia 21 tahun, ia memberanikan diri membuka usaha mandiri berupa warung kaki lima yang menyajikan makanan seperti cap cay, nasi goreng dan hidangan rumahan lainnya. Pasca Bom Bali, ekonomi lokal yang mulai pulih, menggiring langkah Gidiyon kembali bekerja di hotel. Setelah satu tahun, ia memutuskan melamar ke kapal pesiar. Tiga bulan pertama di kapal bukanlah masa yang mudah. Ia sempat mengalami mabuk laut yang cukup mengganggu. Untungnya, dukungan dari rekan-rekan kerja membantunya beradaptasi. Selain tantangan fisik, kerasnya ritme kerja di kapal pesiar juga menjadi ujian tersendiri. Jam kerja panjang, tekanan tinggi, dan lingkungan kerja yang serba cepat menuntut ketahanan fisik dan mental. Namun, bagi Gidiyon, pengalaman itu justru mengasah disiplin, ketangguhan, dan kecintaannya terhadap dunia kuliner. Perjalanan itu pun membawanya ke posisi terakhir sebagai Assistant Cook atau Lido Cook di Carnaval Cruise Line.
Setelah merasa cukup menjelajahi lautan, Gidiyon memutuskan kembali ke daratan dan melanjutkan kariernya di sebuah restoran ternama di kawasan Kerobokan sebagai Senior Cook. Di tempat ini, ia mendapat didikan yang luar biasa dari seorang chef asal Australia, sosok yang dikenal dengan pendekatannya yang unik, menyajikan street food dengan standar penyajian restoran bintang lima. Semua bahan dimulai dari nol, tanpa instan, tanpa jalan pintas. Pengalaman ini mengesankan hati Gidiyon. Meski sudah bertahun-tahun bergelut di dapur hotel dan kapal pesiar, justru restoran inilah yang ia merasa benar-benar belajar memasak. Ia mulai memahami filosofi di balik setiap bahan, pentingnya teknik dasar yang presisi, serta seni dalam menyajikan makanan dengan tampilan yang menggugah. Setelah beberapa waktu, Gidiyon kemudian dipercaya untuk bergabung di restoran Mama San Bali Restaurant & Supper Club, yang juga berada di bawah naungan pemilik restoran di Kerobokan tersebut. Selama setahun bekerja di sana, ia semakin memperdalam keahliannya, sambil terus memperkaya pengetahuan kulinernya di dapur-dapur profesional bertaraf internasional.
Selama 5 tahun mengabdi, Gidiyon tak hanya mengasah keterampilan memasaknya, ia juga memperluas wawasan manajerialnya. Ia bertanggung jawab terhadap berbagai aspek dapur, mulai dari penyusunan menu, kontrol kualitas bahan baku, hingga koordinasi tim dapur dalam menghadapi tamu-tamu dari berbagai negara. Lingkungan kerja yang penuh standar tinggi membuatnya semakin terbiasa dengan detail dan konsisten. Pengalaman di Alila Villas Soori menjadi salah satu fase paling matang dalam karier Gidiyon, menjadikannya tidak hanya sebagai seorang koki, tetapi juga pemimpin yang memahami ritme kerja dapur profesional dari hulu ke hilir. Pengalaman sebelumnya di restoran di Kerobokan, juga ia terapkan sepenuhnya di Alila Villas Soori. Mulai dari teknik plating, cita rasa, hingga pentingnya konsistensi. Ia mulai percaya bahwa kelezatan bukan hanya soal rasa, juga pengalaman visual dan emosi.
Dari seorang chef, Gidiyon perlahan menjelma menjadi pebisnis yang tangguh. Pengalaman panjangnya di dapur profesional membentuk kedisplinan, kreativitas, dan mental ulet yang kemudian ia bawa ke dunia wirausaha. Ia mulai merintis dua lini bisnis yaitu Gidiyon Villa, dan satu lagi di bidang kuliner melalui layanan Home Cooking. Gidiyon Villa ia rancang sebagai penginapan private yang terdiri atas tiga unit kamar yang nyaman, menyasar wisatawan yang menginginkan ketenangan dan sentuhan personal khas Bali. Sementara itu, melalui layanan Home Cooking, Gidiyon kembali ke akar kecintaannya pada memasak. Menyajikan hidangan rumahan dengan standar restoran yang bisa dinikmati tamu di vila maupun dalam sesi khusus bersama keluarga lokal.
Dalam menjalankan keduanya, Gidiyon melibatkan istrinya sebagai rekan utama, berbagi peran dalam manajemen, pemasaran, hingga operasional harian. Mereka membangun usaha ini dengan semangat kebersamaan dan kepercayaan yang kuat. Semakin matangnya pengalaman, kerja keras mereka mulai membuahkan hasil. Baik Gidiyon Villa maupun layanan Home Cooking semakin dikenal, tidak hanya oleh tamu lokal, juga wisatawan mancanegara. Keunikan konsep, kehangatan pelayanan membuat tamu bahkan datang kembali, serta kualitas sajian yang otentik menjadi daya tarik tersendiri.
Segala pengalaman Gidiyon kini bermuara dalam satu karya nyata, Gidiyon Villa & Home Cooking, sebuah perpaduan antara cita rasa, kehangatan pelayanan, dan warisan pengalaman yang otentik. Di balik ramainya pengunjung yang datang, usaha ini menjadi cermin dari perjalanan panjang seorang anak Bali yang tak pernah lelah untuk belajar, bekerja, dan terus bermimpi. Dari kenangan sederhana melihat ibunya memasak di dapur, hingga kini menyambut tamu dari berbagai penjuru dunia. Semuanya tumbuh menjadi bukti bahwa ketekunan dan cinta terhadap proses akan selalu menemukan jalannya menuju keberhasilan.