Hasilkan Produk Berkualitas Tinggi Mengantarkan Rotenbi Bali hingga ke Kancah Internasional
Sebuah kebanggaan bagi Ni Komang Rosiani yang mana namanya kini dikenal hingga kancah internasional karena telah berhasil mengantarkan Rotenbi Bali, sebuah usaha yang bergerak di bidang kerajinan tangan berbahan dasar rotan menjadi suvenir untuk para delegasi KTT G20. Adapun jenis produk telah dihasilkan mulai dari tas, dompet hingga topi berhasil menarik perhatian masyarakat, khususnya istri-istri pejabat dan kalangan sosialita. Tidak hanya itu, nama Rotenbi Bali dikenal pula sebagai brand ternama menghasilkan produk kerajinan rotan berkualitas yang kerap menerima pesanan dari kementerian, BUMN dan lembaga negara yang menggelar pertemuan dan pameran di Bali. Kesuksesannya sebagai pengusaha telah melewati proses panjang hingga sampai berada di titik ini.
Moci, demikian akrab di sapa, memiliki sejarah panjang tentang sepak terjangnya dalam membangun usaha. Kisah perjuangannya membangun usaha memiliki makna tersendiri dalam hidup, di mana sosok yang dikenal tangguh ini berhasil menyulap produk kerajinan rotan menjadi produk pilihan setara dengan brand ternama di luar sana. Pengrajin asal Bangli ini menceritakan besarnya pengaruh adanya pertemuan dan pameran di Bali menjadi kesempatan bagi Moci untuk memperkenalkan dan memasarkan produknya kepada masyarakat. Sejak saat itu Rotenbi Bali diminta untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Pesanan mulai datang silih berganti setiap mengikuti berbagai event yang diadakan oleh pemerintah. Tak jarang ratusan pesanan mulai berdatangan. Berkat kolaborasi antara Moci dengan para penganyam, pesanan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Mulai dari desain hingga harga ditentukan olehnya sendiri dengan tetap mengedepankan kualitas. Produk kerajinan rotan dari Rotenbi Bali menjadi primadona hingga kini.
Sejak berdiri dari tahun 2015, rotan dipilih menjadi bahan dasar produknya karena dinilai memiliki sifat yang lentur sehingga mudah dilipat dan digulung. Selain itu, rotan juga dikenal sebagai bahan yang kuat serta terlihat elegan seperti barang mewah sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Selama tiga tahun terakhir, Moci telah mengekspor produk ke berbagai negara mulai dari Dubai, Australia, Amerika dan Malaysia. Meski sempat mengalami penurunan jumlah pesanan, Moci melihat peluang melalui adanya pertemuan dan pameran bertaraf inetrnasional di Bali sebagai sebuah kesempatan besar untuk memperkenalkan usahanya. Keberhasilannya tersebut tidak terlepas dari peran orang-orang yang senantiasa mendukungnya sampai saat ini. Saat ditemui di kediamannya, Moci menuturkan perjuangannya dalam membangun usaha tidak terlepas dari peran orang tua yang hingga kini senantiasa memberikan dukungan. Perempuan yang sempat mengenyam pendidikan di Jurusan Teologi Hindu di UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini pun mengakui, kemampuan berbisnis ia dapatkan sejak kecil, melalui didikan nenek yang dulunya sering membuat hiasan kepala penari Rejang yang terbuat dari anyaman janur. Cucu dari veteran ini menghabiskan masa kecilnya lebih banyak bersama kakek dan nenek dan terbiasa hidup mandiri. Sejak dini, Moci diajarkan untuk belajar mengatur keuangan walaupun ia berasal dari keluarga berkecukupan. Berbagai momen masa kecil penuh kenangan masih tersimpan dalam ingatannya seperti keseruan permainan masa kecil saat bermain dagang-dagangan dengan menggunakan uang asli dan mainan monopoli yang mengajarkannya tentang strategi. “Sejak kecil saya suka bermain sambil belajar. Saya rasa otak bisnis saya sudah muncul sejak masih kecil. Dulu saya sering dibayar untuk membuatkan gambaran perspektif oleh teman-teman. Hingga buah singapur pun saya jual kepada teman-teman saya. Bisa jadi kemampuan menangkap peluang bisnis muncul dari sana.”
Beragam prestasi telah diraih di masa sekolah. Mulai dari keikutsertaannya dalam olimpiade sains nasional tingkat SMA hingga bercita-cita masuk kedokteran. Moci memilih Jurusan Teologi Agama lantaran mempermudah jalannya untuk mendapatkan pekerjaan. Selama menjalani proses perkuliahan, Moci bekerja di Kantor Agama sekaligus membantu mengelola toko milik kakaknya di Bangli. Namun, sepanjang prosesnya, ia merasa bekerja di kantor bukanlah passion-nya, akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dan mulai mencari pekerjaan lagi. Akhirnya ia diterima bekerja di salah satu PT di Jakarta yang memiliki cabang di Bangli dengan memasarkan produk herbal melalui katalog. Seiring jalannya waktu, produk tersebut kurang diminati di kantor pusat, sementara di Bali penjualan terus mengalami peningkatan. Alhasil perusahaan tersebut menutup usahanya dan Moci harus memutar otak untuk mencari jenis pekerjaan lain. Berkat pengalamannya dalam memasarkan produk herbal tersebut, Moci memutusan untuk membangun usaha dengan teknik penjualan serupa yang diberi nama Rotan Bali.
Rotan Bali awalnya berdiri sendiri, setelah itu Moci mengelola usaha ini bersama suaminya dengan produk fashion yang segmen pasarnya para ibu-ibu pejabat. Berangkat dari modal minim, Moci memulai langkahnya dengan cara memasarkan dua sampa tiga produk yang ia beli untuk dipasarkan melalui jumlah permintaan, perlahan usahanya mulai berkembang dengan adanya pesanan melali e-Katalog yang sudah menggunakan teknologi terbaru versi 6.0. Sejak terdaftar di platform pengadaan barang dan jasa, produknya mulai dikenal di kalangan pemerintah. Pergantian nama dari Rotan Bali menjadi Rotenbi bermula dari adanya produk palsu beredar yang serupa dengan produk yang dijual dengan menggunakan nama Rotan Bali. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Moci mengubah nama usahanya menjadi Rotenbi Bali. Kini melalui transaksi yang dilakukan melalui e-Katalog tersebut telah mencapai omzet ratusan juta rupiah. Kepiawaiannya menangkap peluang menghasilkan dampak besar bagi kemajuan usahanya.
Di balik kesuksesannya, Rotenbi Bali telah menghadapi sejumlah tantangan dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha. Mulai dari bencana Gunung Agung hingga pandemi Covid-19 yang membawa dampak pada penurunan jumlah permintaan pasar. Sempat hampir menutup usaha karena pesimis akan kembali berjalan sebagai mana awalnya, Moci bekerja di tempat pengolahan kopi milik pamannya. Namun pada saat itu, saran ibunya kembali menumbuhkan semangat dan keyakinannya untuk kembali mengelola Rotenbi Bali. Selain itu, manajemen keuangan yang tidak tepat menjadi alasan Moci mengalami kerugian di mana hal tersebut dapat diatasi setelah ia mempelajari bagaimana manajemen keuangan untuk usahanya agar tidak mengalami hal yang serupa. Moci kerap meminta adanya pendampingan dalam berbagai proyek tender yang dilakukan agar mampu menerima pesanan dari berbagai sinergi dengan pihak pemerintahan terutama kementerian dan lembaga negara. “Pada dasarnya saya berprinsip, membangun sinergi itu sangat penting dalam menjalankan usaha. Dibutuhkan komitmen, kualitas dan harga barang harus sesuai. Saya tidak ingin bersaing, melainkan memilih untuk membangun kolaborasi. Otak jadi lebih tenang saat menjalankan usaha ini. Saya juga yakin bahwa produk yang dihasilkan akan dicintai para pelanggan. Yang penting bagi saya itu yakin dulu, kalau belum yakin, bagaimana kita akan berjualan,” tandasnya
Melalui usahanya tersebut memberikan sejumlah pengalaman berharga. Moci berkesempatan untuk melatih menganyam rotan kepada para istri kepala negara yang hadir dalam KTT G20 pada November 2022 lalu. Ia juga mendapat pesanan topi rotan untuk Ibu Negara Iriana Joko Widodo yang membawa nama Rotenbi Bali kembali bersinar. Semua ini berkat keputusannya untuk mengikuti beragam pelatihan tentang pemasaran produk kerajinan dan menitipkan produknya di sejumlah outlet di daerah wisata demi kelancaran pengembangan usaha. Kisah inspirasi Moci dalam mengelola Rotenbi Bali menjadi bukti akan kegigihan, adaptasi dan pemanfaatkan teknologi digital dapat mengantarkan produk UMKM menuju kesuksesan. Rotenbi Bali tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi para pengrajin, tetapi juga berhasil membawa Bali ke kancah Internasional.