Berangan-Angan Ingin Pensiun, Hj. Ayu Makin Aktif Berbisnis Money Changer dan Membuka Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK)

Awal mulanya ia terjun pada pasar mata uang asing, saat pertama kali diperkenalkan oleh rekan kakaknya asal Makassar. Kakak pun bergabung dengan bisnis tersebut dan turut mengajaknya untuk mempelajari jenis perdagangan tersebut. Berjalannya waktu terjadi perubahan situasi, karena rekan kakaknya tutup usia dan tak berselang lama, disusul oleh ibu almarhum. Rekan kakaknya yang berhasil merintis lebih dari satu bisnis tersebut, kemudian dipercayakan kepada Hj. Ayu dan kakaknya untuk dikelola.

Hj. Ayu

Kakak yang setelah menikah kemudian merantau ke Jakarta, semakin menjadi tantangan Hj. Ayu untuk membawa bisnis money changer tersebut sebagai bisnis yang lebih solid. Sehingga ayah yang telah pensiun bekerja, ikut turun tangan membantu dengan membentuk manajemen. Tak sampai di sana, modal pun pas-pasan, bahkan bisa dikatakan tidak ada. “Sulit membayangkan, mau berbisnis money changer, tapi tidak punya uang,” ucapnya.

Tahun 1989, wanita kelahiran Jakarta 20 Desember 1963 ini, akhirnya resmi mengoperasikan bisnisnya dirangkul keluarga, bernama PT Dirgahayu Valuta Prima. Bersamaan dengan gencarnya bank-bank yang mulai menerima valuta asing atau valas kala itu, salah satunya Bank Anda (Antar Daerah), relasi dari ayah Hj. Ayu yang berkesempatan membangun hubungan bisnis.

Bisnis money changer berbeda signifikan dengan yang sekarang diungkapkan oleh Hj. Ayu. Bila kini prasyarat utama sebelum membangun bisnis ini wajib terkoneksi dengan pemerintah dengan melampirkan beberapa laporan, dirinya dulu hanya fokus mengelola manajemen bisnis dan menumbuhkan kepercayaan relasi. Ia bahkan tak mengenal waktu dalam melayani nasabah hingga subuh dan terbang ke kota satu ke kota lainnya, demi layanan maksimal di masa merintis. Tak ayal, pasar money changer-nya berkembang dengan kepemilikan dua kantor yakni di Ubud dan Kuta.

Berkembang dengan nama yang berbeda, Hj. Ayu kembali membuka money changer dengan nama perusahaan PT Ariesanta Permana Sari pada tahun 2002 yang berlokasi Jl. Padma No.98, Penatih, Denpasar Timur. Kali ini ia berhasil membuka hingga lima cabang, meliputi APS Sanur, Padangbay, Tabanan, Jakarta dan lokasi yang paling jarang dilirik para penggerak bisnis ini ialah Nusa Penida. Hj. Ayu buktikan kepiawaiannya menyambangi pulau cantik tersebut, sebagai satusatunya pemain money changer yang bertengger di sana. Disebut-sebut ingin pensiun, wanita yang telah berusia 60 tahun ini, justru merambah membuka Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) Unggul Indonesia Maju, yang beroperasi di Tabanan. Di samping sudah terbiasa aktif bekerja, rasanya selalu ingin berbuat untuk banyak orang atas kebersyukurannya mampu mempertahankan bisnis selama 34 tahun. Bersama anak-anaknya yang kini sudah menyebar di Jakarta, tata kelola, evaluasi, disiplin dan konsistensi wajib terus dipegang, sebagai penyelenggaran perusahaan penukaran valuta asing berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Demi menjadi bisnis pasar valuta asing domestik yang sehat dan efisien, terhindar dari tindakan yang mengancam profesionalisme.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!