Tato Juga Seni, Sudah Saatnya Mendapat Pengakuan

Berawal dari ketertarikan sederhana, perlahan tumbuh menjadi sebuah hobi yang dijalani dengan penuh passion. Lambat laun, dedikasi dan ketekunan dalam menekuni hobi ini membawanya ke tingkat yang lebih serius. Dari sebatas kesenangan pribadi, mulai menghasilkan karya yang diapreasiasi orang lain. Bersanding dengan komitmen yang kuat, hobi yang awalnya dilakukan hanya untuk kepuasan pribadi berkembang menjadi bisnis profesional.

 

I Gede Dastrawan dulunya mengandalkan kemampuan melukis untuk mencari nafkah, sebuah bakat yang telah ia sukai sejak masa kanak-kanak. Bertambahnya usia, ketertarikan pada seni tato mulai tumbuh di bangku SMK, terutama setelah melihat temannya yang sukses dari karya tato. Rasa kagumnya terhadap seni visual semakin berkembang, mengarah pada minat yang lebih mendalam terhadap tato. Setelah lulus, tanpa ragu ia memutuskan untuk terjun ke dunia tato. Sebelum menato orang lain, Dastrawan terlebih dahulu menggunakan kulitnya sendiri sebagai media latihan. Setelah itu, ia mulai meminjam mesin tato, dan saudara-saudaranya pun antre untuk menjadi klien pertamanya.

Bergabungnya Dastrawan bersama temannya yang bekerja di sebuah studio di kawasan Seminyak, semakin mengejutkan dirinya saat mengetahui betapa mahalnya harga sebuah tato. Dari situlah, ia memahami bagaimana seni tato bisa menjadi profesi yang menjanjikan. Temannya pun mampu membiayai kehidupannya di Seminyak, dengan syarat ia bersedia membantu sebagai asisten. Namun, lama-kelamaan ia merasa tidak enak hati dengan pemilik studio, karena dirinya bukan bagian dari manajemen. Dastrawan pun segera keluar dari studio sembari mulai menerima klien yang dimulai dari teman-teman di tempat kosnya. Tak lupa, membagikan hasil karyanya di Instagram dan Facebook, yang secara perlahan menarik perhatian banyak orang. Tak lama kemudian, lima studio tato menawarkan kesempatan baginya untuk bergabung.

Sebagai pendatang baru di studio yang ia terima, Dastrawan sempat tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Para tamu sudah memiliki seniman tato favorit mereka dan cenderung fanatik dengan satu pembuat tato saja. Hingga suatu hari, karena kesibukan seniman tato tersebut, sebuah kesempatan datang. Klien yang seharusnya ditangani oleh seniman tersebut akhirnya diserahkan kepada Dastrawan. Awalnya, ia merasa khawatir jika klien tidak puas dengan hasil karyanya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, klien tersebut sangat puas dan bahkan memuji tato Dastrawan. Sejak itu, namanya mulai dikenal dan karyanya menjadi viral. Pemesanan tato pun selalu penuh setiap hari. Melihat potensinya yang luar biasa, pihak studio memintanya untuk merekrut seniman tato lain dengan kualitas karya sebaik dirinya.

Studio tempat Dastrawan bekerja, sukses mengembangkan lokasinya hingga 3 cabang. Ia pun dipercaya dan sudah merasakan lingkungan kerja di 3 lokasi yang berbeda. Setelah 2,5 tahun, Dastrawan pun beranjak dari zona nyamannya dan memutuskan membuka studionya sendiri pada September 2019 dengan nama “Platinum Tatto Studio Bali”. Untuk mendirikan studio, tidak sepenuhnya mengandalkan modal pribadi. Strateginya, ia menampung klien yang ingin ditato dengan sistem deposit. Dari dana deposit itulah ia membangun studionya secara bertahap. 4 bulan kemudian studionya sukses berdiri. Pesanan mulai berdatangan, dan ia masih mengerjakan semuanya seorang diri. Seiring perkembangan bisnisnya, ia mulai mencari seniman berbakat dan membantu mengelola Platinum Tatto Studio Bali.

Di masa perintisan, Gede Dastrawan sempat menyembunyikan wajahnya dan menutupinya dengan masker. Itu dilakukan dengan tujuan agar para tamu tidak terlalu fanatik hanya kepadanya, tetapi juga memberikan kesempatan kepada seniman tato lain di Platinum Tatto Studio Bali. Dengan cara ini, ia ingin membangun kesadaran bahwa seniman di studionya memiliki keahlian dan karakter unik dalam berkarya. Ia percaya bahwa apresiasi terhadap seni tato seharusnya tidak hanya berfokus pada satu individu, melainkan juga pada kreativitas dan keterampilan seluruh tim yang bekerja sama untuk menciptakan karya terbaik bagi setiap pelanggan.

Yang menjadi ciri khas tato di Platinum Tatto Studio Bali dengan studio lainnya adalah teknik artistik dan filosofis yang dterapkan oleh Gede Dastrawan dalam setiap karyanya. Ia tidak hanya menyalin gambar sesuai permintaan klien, tetapi menggali lebih dalam untuk menciptakan desain yang lebih bermakna dan unik. Misalnya, jika tamu meminta gambar bunga, Gede Dastrawan tidak hanya menggambarnya secara harfiah. Ia akan mengekplorasi makna di balik bunga tersebut. Apakah melambangkan keindahan, ketahanan, kenangan, atau filosofis tertentu. Dari sana, ia mengembangkan desain dengan sentuhan khas, mungkin dengan menggabungkan elemen tradisional Bali, pola geometris, atau detaik artistik yang membuatnya lebih hidup dan bermakna. Teknik ini, menjadikan setiap tato yang dibuat tidak hanya menjadi hiasan di kulit, juga sebuah karya seni yang menginspirasi.

Sayangnya, di Indonesia apresiasi terhadap profesi ini masih minim, terutama dari pemerintah. Sementara berbanding terbalik dengan luar negeri, profesi pembuat tato memiliki apresiasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan di Indonesia, khususnya Bali. Para seniman tato di luar negeri dianggap sebagai pengrajin dan seniman dengan keahlian tinggi yang diakui secara global. Buktinya, banyak kompetisi internasional seperti di Australia, Thailand, dan Singapura yang mempertemukan para seniman terbaik di dunia, dan beberapa di antaranya berhasil dimenangkan oleh rekan-rekan Gede Dastrawan Bahkan, ada seniman tato dari Indonesia yang dipercaya menjadi juri dalam ajang bergengsi tersebut. Perlu ada perubahan cara pandang terhadap seni tato di Indonesia. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat seharusnya dapat membantu para seniman tato lebih dihargai dan menghapus pemikiran kuno dalam seni rupa tubuh yang telah menjadi bagian dari ekspresi budaya global.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!