Perjuangan di balik Kesuksesan Produsen Telur dan Kebutuhan Peternakan
Keberhasilan suatu usaha agaknya bergantung pada siapa orang yang berada di baliknya. Faktanya banyak sekali usaha yang tadinya terlihat biasa saja, ketika ditangani oleh orang tertentu yang memiliki kemampuan manajemen mumpuni, maka usaha itupun menjadi maju dan sukses. Seperti kisah pengusaha asli Bali bernama I Nyoman Tirka Nurlaba yang sukses mengembangkan usaha peternakan ayam petelur di tanah kelahirannya, Desa Penebel, Tabanan. Namun tidak banyak yang tahu seperti apa lika-liku perjuangan pria berusia 57 tahun ini hingga mencapai kesuksesannya saat ini.
Kisah kesuksesan itu bermula dari sebuah desa di Kabupaten Tabanan, di daerah yang akrab dengan julukan lumbung padi Bali ini lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama I Nyoman Tirka Nurlaba. Seperti saudaranya yang lain, anak ketiga dari enam bersaudara ini terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Penghasilan ayahnya sebagai guru dan ibu tercinta yang bekerja sebagai perawat, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyokong biaya pendidikan keenam anak mereka.
Dibesarkan dan hidup di daerah pedesaan bukan menjadi penghalang bagi Tirka untuk berupaya keras meraih prestasi di bidang akademis. Menurutnya pendidikan merupakan sarana bagi individu dalam menemukan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup. Melalui pendidikan juga seseorang memiliki kemampuan ananlisis yang baik atas sesuatu agar dapat mengambil keputusan terbaik dalam hidupnya. Motivasi itulah yang mendorongnya menempuh perjalanan beratus-ratus kilometer demi mengikuti tes penerimaan di salah satu sekolah terbaik di negeri ini.
Sayang, takdir yang telah diguratkan tidak sesuai dengan harapan yang telah digantungkan. Tirka tidak berhasil lolos dalam tes penerimaan di sekolah yang ia tuju. Malu, itulah perasaan yang menyeruak ketika hendak pulang ke Bali. Karena itu ia memutar haluan, menuju Kota Jakarta, tempat salah seorang kerabatnya tinggal. Ia berharap di kota metropolitan tersebut, ia bisa menemukan suatu pekerjaan untuk mengisi kekosongan waktunya.
Saat itu tahun 1983, Tirka yang tinggal menetap di rumah saudaranya tidak ingin menumpang secara cuma-Cuma. Ia memutuskan ikut bekerja di usaha peternakan ayam milik saudaranya itu. Sejak saat itu kehidupan Tirka tidak luput dari kesibukan bekerja dan berusaha. Bisa dikatakan dari dini hari hingga malam ia hanya berkutat dengan ayam-ayam di peternakan. Bahkan aroma kotoran ayam sudah menggantikan bau alamiah tubuhnya sendiri, sehingga tidak jarang orang lain yang berada di dekatnya akan merasa tidak nyaman.
Namun rasa letih dan stigma negatif mengenai bau di tubuhnya membuat Tirka tidak menyesali keputusan sebelumnya. Ia justru merasa bersyukur sebab mendapat kesempatan belajar mengelola bisnis peternakan ayam. Tidak hanya mendapat pengalaman berharga soal berternak ayam, ia juga memperoleh ilmu pemasaran serta manajemen usaha.
Tiba di tahun 1989, Tirka merasa sudah cukup mengantongi pengalaman di bidang usaha peternakan ayam. Kepercayaan diri itu pula yang membawanya pulang ke kampung halaman di Desa Penebel untuk mengembangkan usaha serupa. Masih jelas dalam rekaman memorinya kala itu ia memulai usahanya dengan 10 ekor ayam. Modal yang dimiliki berasal dari tabungan hasil bekerja selama enam tahun di ibukota.
Pengembangan Usaha
Waktu berjalan dengan cepat, berputar dari detik menuju ke hitungan jam lalu berganti lagi menjadi hari. Usaha yang diberi nama UD Aditya itu kian memperlihatkan perkembangan ke arah positif. Keinginan untuk bisa memajukan ekonomi masyarakat di kampung halamannya sendiri mencetuskan sebuah ide untuk membentuk sistem kemitraan sehingga membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin mengembangkan usaha peternakan tanpa mengeluarkan modal yang besar. Antusiasme yang didapat ternyata cukup besar terbukti dari banyaknya warga yang bergabung dalam kemitraan tersebut. Kegiatan usaha yang melibatkan warga lokal tersebut akhirnya mampu menghidupkan denyut perekonomian di daerah itu.
Setelah berhasil merintis peternakan ayam pedaging untuk memenuhi kebutuhan pasar, pada tahun 1998 dilakukan pengembangan usaha dengan memulai peternakan ayam petelur. Hingga pada tahun 2003, usaha ini sepenuhnya berfokus pada peternakan jenis ayam petelur. Seiring berkembangnya usaha, perusahaan ini mulai dipercaya menjadi agen atau distributor obat dan pakan ternak.
Demi menjawab tantangan perubahan teknologi, seperti pemuktahiran teknik pemeliharaan dan genetis ternak yang berkesinambungan. Kemudian tantangan lainnya yaitu menjamin kesehatan produk ternak yang dikonsumsi oleh masyarakat, maka pada tahun 2012 Tirka mulai dibantu oleh para penerus usahanya. Hingga pada tahun 2018 resmi berbadan hukum CV dengan nama usaha CV Cahya Adi Surya.
Penyedia Sarana & Prasarana Peternakan Terlengkap
Perusahaan yang beralamat di Jl. Pasar Hewan No. 28, Desa Penebel, Tabanan ini memproduksi telur ayam negeri dari peternakan sendiri yang memiliki standar operasional yang ketat mulai dari pemilihan pakan ayam yang berkualitas prima, manajemen produksi telur, hingga penelitian kualitas telur. Selain itu menyediakan kebutuhan untuk peternak baik dari DOC, peralatan, obat, vaksin, vitamin, dan keperluan peternakan lainnya.
Beberapa keunggulan lainnya yang membuat CV Cahya Adi Surya dipercaya oleh banyak mitra usaha antara lain: kejelasan informasi pengiriman, pelayanan ramah, lengkap, harga bersaing, komunikatif, memiliki izin resmi, dan telur telah melalui uji tes laboratorium. Sehingga terbukti sesuai slogan mereka “Solusi Peternakan & Kebutuhan Telur Anda”.
Dengan masuknya era generasi pembaharu di perusahaannya, Tirka berharap perusahaan yang telah dirintisnya dengan penuh perjuangan itu dapat bertumbuh lewat strategi usaha yang kreatif dan inovatif. Salah satu inovasi yang telah dilakukan yaitu strategi pemasaran berbasis pemanfaatan teknologi informasi. Kini pelanggan CV Cahya Adi Surya dapat membeli aneka produk kebutuhan peternak melalui toko online yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja.