Menjalankan Bisnis dengan Penuh Ketulusan dan Keikhlasan

Perempuan Bali dikenal memiliki keberanian dan keuletan sejak dulu hingga kini dipercaya mampu menyelesaikan berbagai persoalan. Di berbagai sektor khususnya sektor pariwisata, perempuan Bali memiliki peran penting dalam memajukan pariwisata di Bali. Ubud, sebagai salah satu wilayah di Bali yang sangat tersohor pariwisatanya banyak menyimpan kisah perjuangan perempuan Bali dalam kiprahnya memajukan wilayah tersebut. Tepatnya di Desa Tebesaya, Peliatan, Ubud, takdir hidup membawa Ni Wayan Metri untuk menjadi bagian dari kemajuan pariwisata di Bali. Keterlibatannya dalam bisnis keluarga yang bergerak dalam industri pariwisata, mampu membawanya menjadi generasi penerus bisnis keluarga tersebut hingga tetap eksis di masa saat ini. Etos kerja keras yang diturunkan orang tuanya, serta melayani dengan tulus ikhlas merupakan sebuah kewajiban bagi wanita yang disapa Metri ini sebagai wujud pengabdiannya terhadap bisnis yang telah dibangun orang tuanya, I Ketut Krinting dan Ni Wayan Kelepon, yaitu Alam Indah Family Hotel di Banjar Nyuh Kuning dan Café Wayan bertempat di Monkey Forest Ubud.

Metri dikenal sebagai perempuan yang ulet dan suka bekerja keras terinspirasi dari ibunya, Ni Wayan Kelepon, yang dulunya seorang pedagang warung tradisional. Meskipun tidak memiliki jiwa seni dari ayahnya, I Ketut Krinting, yang bekerja sebagai pelukis di Museum Neka, namun sang ayah merupakan panutan sepanjang perjalanan hidupnya. Metri menjadi saksi betapa hebatnya kedua orang tua yang mampu mendirikan sekaligus membedakan bisnis keluarga tidak hanya itu bisnis tersebut juga memiliki peran dalam kemajuan pariwisata Ubud. Hal tersebut menjadi motivasi bagi Metri untuk terus berkiprah dalam industri pariwisata di Bali dan meneruskan sekaligus mewujudkan impiannya untuk menjadi pengusaha sukses di Bali. Sejak kecil, Metri selalu dilibatkan dalam bisnis keluarga. Ia belajar dari orang tuanya tentang pentingnya etos kerja keras dan dedikasi dalam menjalankan usaha. Dengan didikan yang kuat dari orang tuanya, jiwa pengusaha Metri telah tumbuh sejak usia dini. Ia belajar bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah, melainkan melalui kerja keras, kesabaran dan ketulusan. Metri lahir di Banjar Tebesaya, Peliatan, Ubud pada tahun 1969. Saat kecil, Metri secara aktif membantu ibunya dalam berjualan. Ibunya menjual daluman, tipat cantok dan cendol di warung tradisional yang sebelumnya pernah menjadi seorang tukang suun di pasar, sedangkan ayah Metri adalah seorang seniman. Metri adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan merasa bertanggung jawab untuk menjadi contoh bagi adik-adiknya. Dalam keluarganya, Metri dibesarkan dalam suasana yang keras, tegas dan disiplin. Sejak kecil, Metri sudah terbiasa dengan tanggung jawab dan kerja keras. n suka bekerja keras terinspirasi dari ibunya, Ni Wayan Kelepon, yang dulunya seorang pedagang warung tradisional. Meskipun tidak memiliki jiwa seni dari ayahnya, I Ketut Krinting, yang bekerja sebagai pelukis di Museum Neka, namun sang ayah merupakan panutan sepanjang perjalanan hidupnya. Metri menjadi saksi betapa hebatnya kedua orang tua yang mampu mendirikan sekaligus membedakan bisnis keluarga tidak hanya itu bisnis tersebut juga memiliki peran dalam kemajuan pariwisata Ubud. Hal tersebut menjadi motivasi bagi Metri untuk terus berkiprah dalam industri pariwisata di Bali dan meneruskan sekaligus mewujudkan impiannya untuk menjadi pengusaha sukses di Bali. Sejak kecil, Metri selalu dilibatkan dalam bisnis keluarga. Ia belajar dari orang tuanya tentang pentingnya etos kerja keras dan dedikasi dalam menjalankan usaha. Dengan didikan yang kuat dari orang tuanya, jiwa pengusaha Metri telah tumbuh sejak usia dini. Ia belajar bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah, melainkan melalui kerja keras, kesabaran dan ketulusan. Metri lahir di Banjar Tebesaya, Peliatan, Ubud pada tahun 1969. Saat kecil, Metri secara aktif membantu ibunya dalam berjualan. Ibunya menjual daluman, tipat cantok dan cendol di warung tradisional yang sebelumnya pernah menjadi seorang tukang suun di pasar, sedangkan ayah Metri adalah seorang seniman. Metri adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan merasa bertanggung jawab untuk menjadi contoh bagi adik-adiknya. Dalam keluarganya, Metri dibesarkan dalam suasana yang keras, tegas dan disiplin. Sejak kecil, Metri sudah terbiasa dengan tanggung jawab dan kerja keras. Meskipun teman-temannya sering bermain, Metri lebih sering membantu orang tuanya, seperti mencari air ke sungai dengan cara nyuun ember yang berisi air.

Di masa kecilnya, Metri memiliki rutinitas yang sibuk. Setelah sekolah pagi, ia membantu ibunya di warung dan menampung air untuk kebutuhan mandi besok paginya. Meskipun hidup sederhana, Metri tetap berusaha belajar di malam hari dengan bantuan lampu sentir. Hiburan bagi Metri pada masa kecil adalah menonton drama gong, yang bisa dia nikmati sekitar 6 bulan sekali. Meskipun terbatas, Metri tetap menikmati masa kecilnya di tengah kesibukan membantu keluarganya. Pada usia 10 tahun, keluarganya pindah ke Monkey Forest dan membuka pondok di tempat Cafe Wayan sekarang. Peliatan dikenal sebagai tempat yang kaya akan seni dan budaya terutama dalam bidang tari. Meskipun dulunya tidak memiliki kesempatan untuk belajar menari, Metri lebih sering membantu ibunya dalam berbagai kegiatan. Pada saat itu, Metri pernah mencoba untuk mengamplas patung, namun tidak diizinkan oleh ayahnya. Banyak anak seumur Metri pada masa itu juga sibuk bekerja untuk mencari bekal sekolah. Metri mengingat bahwa saat SD, ia hanya mendapat Rp10 untuk membeli bubur, dan saat SMP uang bekalnya bertambah menjadi Rp25. Dengan kondisi ekonomi yang cukup sulit, Metri belajar bahwa untuk mendapatkan sesuatu, harus ada usaha terlebih dahulu. Ayah Metri bekerja sebagai seorang pelukis di Museum Neka, Ayahnya mendapatkan uang dari hasil lukisannya di museum tersebut, yang kemudian digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Saat duduk di bangku SMP, Metri lebih banyak menghabiskan waktunya di pondok di Ubud tempat ibunya berjualan. Ibunya juga bekerja di artshop di Kuta, dan Metri sering membantu di sana. Ibu Metri menjual berbagai jajan tradisional seperti ketan injin dan es campur. Ayah Metri juga memiliki studio lukisan sendiri dan sering melukis di rumah untuk dijual. Metri juga ikut membantu dalam penjualan lukisan-lukisan tersebut, bahkan boncengan dengan ayahnya untuk mengantarkan lukisan ke artshop tempat ibunya bekerja. Bagi Metri, orang tuanya merupakan sosok yang sangat ulet dan pekerja keras. Dengan ketekunan dan kerja keras, orang tua Metri berhasil membangun segalanya dari nol, mulai dari memelihara ternak hingga merintis usaha lukisan dan penjualan jajan tradisional. Semua ini adalah hasil dari jerih payah dan perjuangan orang tua Metri untuk membalikkan kondisi ekonomi keluarga. Metri tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan contoh kerja keras dari orang tuanya. Ayahnya menjadi teladan baginya, sehingga Metri tidak pernah berdiam diri dalam menghadapi kehidupan. Pada tahun 1982, orang tuanya memutuskan untuk membangun penginapan dengan hanya 2 kamar, yang pada saat itu merupakan satu-satunya penginapan di daerah Pengosekan. Pada awalnya, penginapan tersebut adalah penginapan sederhana yang dilengkapi dengan fasilitas seperti tempat tidur, meja, dan lemari. Sarapan pagi yang disajikan pada saat itu untuk para tamu terdiri dari jaja ketan, karena pada masa itu roti tawar belum umum. Tamu-tamu, terutama dari Australia, datang untuk belajar tentang budaya Bali dan Metri turut membantu orang tuanya dalam menjalankan penginapan tersebut. Metri mengambil alih semua pekerjaan tanpa bantuan pembantu, meniru kerja keras orang tuanya.

Memasuki masa SMA, Metri memilih untuk bersekolah di Singaraja, meskipun orang tuanya tinggal di Tebesaya. Dengan bantuan tetangga, Metri berhasil masuk SMK di Singaraja dan tinggal di mess dengan biaya yang ditanggung oleh tetangga tersebut. Di Singaraja, Metri belajar jurusan elektro dan terbiasa dengan lingkungan yang penuh dengan teman-teman laki-laki. Selama di Singaraja, Metri belajar banyak hal baru dan mendapat dukungan baik dari tetangga yang membantu membiayai sekolahnya. Memasuki fase remaja, awalnya Metri sempat bercita-cita menjadi seorang polisi, namun keadaan berubah ketika ibunya

membuka kafe. Metri kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan memilih untuk membantu ibunya di kafe. Setelah lulus dari sekolah, Metri kembali membantu ibunya di kafe dan penginapan keluarga. Penginapan tersebut terus berkembang dengan penambahan unit-unit baru. Di Café Wayan yang dimiliki ibunya, Metri turut membantu dalam operasional sehari-hari. orang tuanya, terutama ayah Metri yang masih aktif sebagai seorang pelukis, selalu memberikan dorongan dan dukungan dalam pengembangan usaha keluarga. Metri harus membagi fokusnya antara kafe yang diberi nama Café Wayan yang terletak di Monkey Forest Ubud dan Alam Indah Family Hotel. Metri bertanggung jawab atas pengelolaan penginapan, sementara ibunya mengurus warung. Pada saat itu, kondisi perekonomian keluarga mulai membaik. Meskipun jarang memiliki momen berkumpul keluarga, Metri tetap berusaha untuk membantu orang tuanya dalam menjalankan usaha. Dengan konsep family yang kuat, Metri melanjutkan warisan keluarga dengan mengelola Alam Indah Family Hotel dan Café Wayan. Ia berusaha semampunya untuk meneruskan tradisi pelayanan yang tulus dan hangat kepada para tamu, sehingga tetap mempertahankan karakter dan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuanya. Tanggung jawab besar sebagai pewaris usaha keluarga menjadi beban yang diemban dengan penuh kebanggaan dan tekad untuk menjaga warisan keluarga dengan baik. Selain itu, Metri juga membawa nilainilai kearifan lokal dan kehangatan dalam pelayanan kepada para wisatawan. Metri memperlihatkan keramahan, keikhlasan dan ketulusan dalam melayani tamu, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung. Dengan kepekaan terhadap budaya dan lingkungan sekitar, Kiprah Metri dalam dunia pariwisata turut berperan dalam melestarikan warisan budaya dan alam Bali. Dalam era yang semakin maju dan kompetitif, melalui bisnis yang Metri jalani, Metri tidak hanya berusaha untuk meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar dan memajukan pariwisata Bali secara keseluruhan. Dengan semangat yang tinggi, Metri terus melangkah maju sebagai agen perubahan dalam dunia pariwisata, menjadikan Bali sebagai destinasi pariwisata yang semakin berkembang dan berdaya saing.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!