Penginapan Bernuansa Tradisional, Keindahan Panorama Gunung Batur Jadi Daya Tarik Utama
Desa Songan Kintamani yang terletak di kaki Gunung Batur menyuguhkan suasana pedesaan yang memesona dengan panorama alam didominasi keindahan gunung dan danau. Desa ini begitu ramai dikunjungi wisatawan terutama para pendaki yang berbondong-bondong datang sejak pagi untuk menaklukkan puncak Gunung Batur demi menyaksikan pemandangan matahari terbit yang menakjubkan. Potensi wilayahnya yang kaya, menjadikan Desa Songan unggul dalam sektor pertanian dengan lahan subur yang menghasilkan berbagai komoditas khususnya sayuran, serta pariwisata yang kini tengah mengalami perkembangan pesat. Bisnis penginapan mula dibangun dan tumbuh subur seiring meningkatnya jumlah wisatawan yang datang menawarkan kenyamanan dengan sentuhan budaya lokal yang autentik, menjadikan desa ini destinasi yang harmonis antara petualangan alam dan kehidupan agraris. Hal inilah yang menjadi alasan utama bagi I Nengah Wartawan Budi Suasnawa Putra untuk mulai merintis Batur Bamboo Cabin.
Di Desa inilah tempat pria yang dalam kesehariannya dipanggil Jro ini melewatkan indahnya masa kecil. Pria kelahiran tahun 1990 ini merupakan anak seorang petani putra kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Mayoritas penduduk desa pada saat itu bermata pencaharian sebagai petani musiman yang menanam aneka jenis sayuran seperti bawang, cabai, dan tomat. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, tepatnya pukul 03.00 subuh, Jro ikut bersama kakaknya yang adalah seorang pemandu untuk pergi berjualan minuman di Gunung Batur kepada para tamu yang mendaki demi mendapatkan uang saku sehari-hari. Menjelang pukul 06.00 pagi, Jro turun dari gunung dan segera pulang untuk bersiap berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki selama 40 menit. Kegiatan ini dilakukannya setiap hari. Tidak ada kata malas dan harus bisa hidup mandiri mengingat kondisi ekonomi keluarga tergolong kurang mampu dan memiliki banyak saudara.
Seperti kehidupan petani pada umumnya di masa itu, dalam hal pangan untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga tercukupi. Jro dan keluarga setiap hari menyantap nasi sela dan nasi jagung dilengkapi dengan sayur bayam hasil memetik dari alam. Ketika musim kering tiba, adalah waktu yang tepat bagi Jro untuk menghabiskan waktu bersama keluarga sambil menunggu musim hujan yang menjadi penanda bagi para petani desa untuk kembali mulai bercocok tanam. Aktivitasnya sehari-hari masih terus berlangsung hingga Jro memasuki usia remaja. Jro melanjutkan pendidikannya dengan bersekolah di sekolah kejuruan mengambil jurusan perikanan dan banyak mempelajari tentang ekosistem perikanan dan reproduksi. Sekolahnya merupakan satu-satunya sekolah kejuruan yang memiliki jurusan perikanan di Bali. Pada titik inilah Jro berkeinginan untuk menjadi seorang pelaku pariwisata terinspirasi dari banyaknya tamu yang datang untuk melakukan pendakian di Gunung Batur.
Walaupun bertolak belakang dengan jurusan yang diambilnya saat sekolah, terjun ke dunia pariwisata adalah dambaan dan passion dalam diri Jro. Baginya, bekerja sesuai passion akan jauh lebih baik dan bermanfaat karena bisa dilakukan dengan senang hati. Namun, kembali lagi pada persoalan ekonomi keluarga yang mengharuskan Jro hanya mampu melanjutkan sekolah sampai jenjang SMK saja. Hal ini tentu membuat Jro harus berbesar hati dan menerima keadaan kemudian kembali melanjutkan perjalanan hidup. Setelah lulus sekolah Jro memutuskan untuk menikah pada tahun 2010 kemudian demi menghidupi keluarga, Jro mengambil dua pekerjaan yaitu sebagai petani dan pemandu pendakian di Gunung Batur. Jro bergabung dengan perusahaan travel agent dan diprioritaskan untuk menjadi pemandu tamu asal Prancis karena ia begitu fasih menggunakan Bahasa Prancis yang dipelajarinya secara autodidak. Selain itu, Jro juga diminta untuk mengikuti serta menyusun program study tour dan mengadakan survei lapangan bersama atasannya. Semua dilakukannya berdasarkan pengalamannya selama menjadi pemandu di Gunung Batur sehingga Jro dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Di Desa inilah tempat pria yang dalam kesehariannya dipanggil Jro ini melewatkan indahnya masa kecil. Pria kelahiran tahun 1990 ini merupakan anak seorang petani putra kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Mayoritas penduduk desa pada saat itu bermata pencaharian sebagai petani musiman yang menanam aneka jenis sayuran seperti bawang, cabai, dan tomat. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, tepatnya pukul 03.00 subuh, Jro ikut bersama kakaknya yang adalah seorang pemandu untuk pergi berjualan minuman di Gunung Batur kepada para tamu yang mendaki demi mendapatkan uang saku sehari-hari. Menjelang pukul 06.00 pagi, Jro turun dari gunung dan segera pulang untuk bersiap berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki selama 40 menit. Kegiatan ini dilakukannya setiap hari. Tidak ada kata malas dan harus bisa hidup mandiri mengingat kondisi ekonomi keluarga tergolong kurang mampu dan memiliki banyak saudara.
Seperti kehidupan petani pada umumnya di masa itu, dalam hal pangan untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga tercukupi. Jro dan keluarga setiap hari menyantap nasi sela dan nasi jagung dilengkapi dengan sayur bayam hasil memetik dari alam. Ketika musim kering tiba, adalah waktu yang tepat bagi Jro untuk menghabiskan waktu bersama keluarga sambil menunggu musim hujan yang menjadi penanda bagi para petani desa untuk kembali mulai bercocok tanam. Aktivitasnya sehari-hari masih terus berlangsung hingga Jro memasuki usia remaja. Jro melanjutkan pendidikannya dengan bersekolah di sekolah kejuruan mengambil jurusan perikanan dan banyak mempelajari tentang ekosistem perikanan dan reproduksi. Sekolahnya merupakan satu-satunya sekolah kejuruan yang memiliki jurusan perikanan di Bali. Pada titik inilah Jro berkeinginan untuk menjadi seorang pelaku pariwisata terinspirasi dari banyaknya tamu yang datang untuk melakukan pendakian di Gunung Batur.
Walaupun bertolak belakang dengan jurusan yang diambilnya saat sekolah, terjun ke dunia pariwisata adalah dambaan dan passion dalam diri Jro. Baginya, bekerja sesuai passion akan jauh lebih baik dan bermanfaat karena bisa dilakukan dengan senang hati. Namun, kembali lagi pada persoalan ekonomi keluarga yang mengharuskan Jro hanya mampu melanjutkan sekolah sampai jenjang SMK saja. Hal ini tentu membuat Jro harus berbesar hati dan menerima keadaan kemudian kembali melanjutkan perjalanan hidup. Setelah lulus sekolah Jro memutuskan untuk menikah pada tahun 2010 kemudian demi menghidupi keluarga, Jro mengambil dua pekerjaan yaitu sebagai petani dan pemandu pendakian di Gunung Batur. Jro bergabung dengan perusahaan travel agent dan diprioritaskan untuk menjadi pemandu tamu asal Prancis karena ia begitu fasih menggunakan Bahasa Prancis yang dipelajarinya secara autodidak. Selain itu, Jro juga diminta untuk mengikuti serta menyusun program study tour dan mengadakan survei lapangan bersama atasannya. Semua dilakukannya berdasarkan pengalamannya selama menjadi pemandu di Gunung Batur sehingga Jro dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Di kisaran antara tahun 2016 dan 2017 Jro mulai merintis usaha secara mandiri dengan membangun sebuah website untuk layanan trekking tour. Pada Periode ini merupakan puncak kesuksesannya karena tingginya jumlah wisatawan pada masa itu memungkinkan Jro mengumpulkan dana untuk mendirikan sebuah penginapan yang terletak di Desa Songan dan mulai merintis Batur Bamboo Cabin. Modal awal untuk pembangun penginapan ini diperoleh dari hasil menggadaikan perhiasan istrinya ditambah penghasilan sebagai pemandu wisata ditengah ramainya pendakian Gunung Batu saat itu. Dengan kondisi keuangan yang semakin membaik, Jro kembali berdiskusi dengan istri untuk merencanakan langkah bisnisnya ke depan. Di samping menjalani Batur Bamboo Cabin, Jro tetap menjalankan website-nya yaitu Go Trek Bali dan Mount Batur Guide yang melayani pendakian Gunung Batur, Gunung Agung, dan Gunung Abang bahkan hingga Kawah Ijen dan Gunung Bromo.
Di kisaran antara tahun 2016 dan 2017 Jro mulai merintis usaha secara mandiri dengan membangun sebuah website untuk layanan trekking tour. Pada Periode ini merupakan puncak kesuksesannya karena tingginya jumlah wisatawan pada masa itu memungkinkan Jro mengumpulkan dana untuk mendirikan sebuah penginapan yang terletak di Desa Songan dan mulai merintis Batur Bamboo Cabin. Modal awal untuk pembangun penginapan ini diperoleh dari hasil menggadaikan perhiasan istrinya ditambah penghasilan sebagai pemandu wisata ditengah ramainya pendakian Gunung Batu saat itu. Dengan kondisi keuangan yang semakin membaik, Jro kembali berdiskusi dengan istri untuk merencanakan langkah bisnisnya ke depan. Di samping menjalani Batur Bamboo Cabin, Jro tetap menjalankan website-nya yaitu Go Trek Bali dan Mount Batur Guide yang melayani pendakian Gunung Batur, Gunung Agung, dan Gunung Abang bahkan hingga Kawah Ijen dan Gunung Bromo.