Yadnya Seorang Pengusaha Bekerja Giat dan Mengabdi Untuk Masyarakat, Salah Satunya Mendirikan Villarosa Hotel Bar dan Restaurant

Masyarakat di Bali mengabdikan nafas hidupnya untuk melaksanakan yadnya, yaitu sebuah pengorbanan yang tulus dan ikhlas. Yadnya tidak melulu terbatas pada konsep sesajen dan ritual. Salah satu bentuk yadnya yang paling dekat dengan keseharian adalah bekerja dengan giat dan tekun. Inilah yang kemudian menjadi falsafah hidup seorang pengusaha sukses yang merupakan putra Bali, I Nengah Sirnu. Bagi pria asal daerah Bali Timur ini, tiada hari tanpa bekerja, baik untuk dirinya sendiri walaupun untuk kepentingan orang lain.

Bekerja keras telah dijalani Nengah Sirnu hampir sepanjang nafas hidupnya. Seluruh daya upaya dilakukannya untuk mampu bertahan dari tantangan kehidupan. Apa pun bentuk karma (perbuatan) yang dilakukannya, ia selalu mengikuti jalan Dharma. Bisa jadi hal itu yang membuatnya berhasil menapaki puncak kesuksesan.

Bermula dari seorang putra petani pra sejahtera, kini ia telah menjadi enterpreneur sukses. Ia berhasil merajai berbagai lini usaha di industri pariwisata, mulai dari bisnis money changer, spa, restaurant, diving, sampai ke bisnis jasa hospitality alias perhotelan.

Semua usaha-usaha yang berhasil dijalankan pria kelahiran Desa Bugbug, Karangasem, 18 Agustus 1968 ini merupakan buah kerja kerasnya selama ini. Semangat bekerja itu telah tumbuh dalam dirinya sejak usia kanak-kanak. Sewaktu kecil ia mau tidak mau ikut bekerja membantu orangtuanya menopang tiang perekonomian keluarga.

Jika anak seusianya umumnya beristirahat atau bermain sepulang sekolah. Maka berbeda dengan yang dilakukan Nengah Sirnu yaitu pergi bekerja. Berbagai pekerjaan dilakukannya demi menghasilkan uang. Mulai bekerja di ladang atau di sawah, sampai pekerjaan mengangkut kotoran sapi untuk dijual pun dilakukannya.

Kesibukan dalam bekerja terkadang membuatnya mesti alpa datang ke sekolah. Di musim panen padi misalnya, ia terpaksa tidak datang sekolah agar bisa merampungkan pekerjaannya. Sebagai seorang anak, ia tidak pernah mengeluh pada orangtuanya. Justru ia paham betul bagaimana kondisi kehidupan mereka yang lekat dengan kemiskinan sehingga perasaan yang timbul tidak lain adalah rasa bakti yang teramat tulus.

Semangat Merubah Hidup

Tuhan Yang Maha Kuasa selalu mempunyai cara untuk membuat umat- Nya memahami rencana-rencana yang ia buat. Seperti apa yang dilakoni Nengah Sirnu, merupakan bentuk penempaan hidup agar bisa menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. Kemiskinan yang telah mengakrabi masa kecil anak kedua dari sepuluh bersaudara ini justru dijadikan motivasi. Kegetiran hidup melecutkan semangatnya untuk bisa keluar dari kehidupan yang nestapa.

Setamat SMA, Nengah Sirnu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bekerja di sektor formal. Karir pertama yang dijalankannya yaitu bekerja di sebuah bank perkreditan. Setelah itu ia berpindah kerja dan dipercaya mengurus sebuah usaha money changer. Di situlah momentum awal bagi Nengah Sirnu untuk merubah nasib kehidupannya. Ia mulai belajar mengenai seluk beluk bisnis tersebut melalui bacaan berbagai literatur. Saking rajinnya, sampai saat ini Nengah Sirnu telah menjadikan membaca sebagai kebiasaan yang rutin dijalankan.

“Selama 35 tahun, saya tidak pernah libur dalam membaca,” tutur Nengah Sirnu.

Budaya membaca itu telah membuka cakrawala kehidupannya. Juga secara bersamaan telah mampu menguasai seluk beluk profesinya. Hingga saatnya tiba bagi Nengah Sirnu untuk mendirikan usahanya sendiri dan keluar dari rutinitas sebagai karyawan. Modal 2,5 juta yang dimilinya menjadi gerbang pembuka baginya menuju dunia wirausaha yang penuh risiko sekaligus menawarkan peluang.

Bisnis money changer yang dijalankan awalnya berjalan lancar. Hingga suatu saat Nengah Sirnu dihadapkan pada cobaan yang cukup berat. Ia mengalami penipuan hingga mengalami kerugian usaha sebesar Rp 86 Juta. Di tengah ujian yang dihadapi, Nengah tetap komitmen mengganti rugi pihak-pihak lainnya yang dirugikan akibat peristiwa ini.

Pasca reformasi, Nengah Sirnu perlahan bangkit dari keterpurukan. Ia memulai segalanya dari awal. Memang sulit jalan yang ditempuhnya, namun Nengah Sirnu tidak menyerah dan justru bekerja lebih giat lagi. Setelah mapan di bisnis money changer, ia pun merambah ke bisnis lainnya. Mulai dari agen wisata diving atau menyelam, bisnis restaurant, spa, dan terakhir bisnis perhotelan. Ia bahkan mampu mengembangkan beberapa properti, sebut saja Villarosa Hotel Bar dan Restaurant yang berlokasi di Candidasa. Ada pula Villa Barong dan Mutiara Bali. Semua itu tidaklah muncul ke permukaan bumi begitu saja. Seluruhnya merupakan hasil jerih payah Nengah Sirnu selama puluhan tahun.

Pengabdian

Di tengah-tengah masa kejayaan hidupnya, suami dari Ni Nengah Tunas ini tidak melupakan swadharma hidup lainnya, yaitu mengabdikan diri untuk orang lain. Memang, jalan pengabdian bisa berwujud apa pun. Namun Nengah Sirnu lebih memilih mengabdi masyarakat lewat jalur informal alias mandiri. Ia membantu siapa pun yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan tanpa pamrih.

Menurutnya, ia tidak perlu membeberkan apa saja bentuk bantuan dan siapa saja yang akan menerimanya. Bahkan kepada keluarga sendiri ia jarang mengungkapkan kegiatan sosial apa saja yang telah dilakukan. Nengah Sirnu beranggapan, pengabdiannya akan sempurna jika hanya ia dan Tuhan yang mengetahuinya.

Cerita pengabdian Nengah Sirnu terhadap masyarakat di sekitarnya tentu diharapkan menjadi inspirasi bagi orang lain. Bahwa sebenarnya harta dan kedudukan sosial bukanlah tujuan akhir dari kehidupan. Manusia sejatinya adalah medium untuk menyalurkan anugrah dari Tuhan kepada insan manusia lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!