Ubud Raya Resort
Eksis dengan Nuansa Natural
Perkembangan pariwisata di Bali tidak bisa dilepaskan dari budaya yang menjadi dasarnya, sehingga budaya harus dipertahankan agar keberlangsungan pariwisata di Bali terjaga dan terus meningkat. Peran pelestarian budaya sebagai basis pariwisata ini harus menjadi sebuah kesadaran bersama yang tumbuh dalam masyarakat Bali agar tidak begitu saja terbawa arus zaman.
Bisnis pariwisata memang bisnis yang menjanjikan di Bali. Tidak mengherankan jika banyak investor yang tertarik berinvestasi di Bali. Salah satu yang saat ini sedang bekembang dengan pesat, yaitu pembangunan sarana akomodasi. Seiring pesatnya perkembangan akomodasi, masa depan pariwisata Bali memang diprediksi masih akan terus meningkat. Namun pemerataan pengembangan akomodasi saat ini masih belum berimbang karena kebanyakan berpusat di Badung Selatan. Ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah Provinsi Bali bersama pemerintah kabupaten agar pemerataan pembangunan bisa merata hingga menjangkau destinasi-destinasi wisata di luar wilayah Kabupaten Badung, tentunya hal itu harus disertai dengan pembangunan infrastruktur penunjang yang memadai.
Di Ubud sendiri yang merupakan bagian dari wajah pariwisata di Bali, pertumbuhan akomodasi dari tahun ke tahun semakin bertambah. Banyak wisatawan yang datang ke Ubud tidak lagi sekadar numpang lewat, tetapi memilih menginap agar bisa menikmati nuansa natural dan ketenangan yang ditawarkan Ubud, sehingga peluang ini ditangkap dengan cepat oleh para pelaku bisnis pariwisata. Namun tidak dipungkiri jika pertumbuhan akomodasi yang pesat itu kemudian memunculkan persaingan. Akomodasi yang mampu memberikan pelayanan yang baik akan menjadi primadona bagi wisatawan, sedangkan yang tidak mampu memberikan pelayanan yang baik kepada para wisatawan akan ditinggalkan meski memiliki gedung yang mewah.

Di era yang serba online, para pelaku bisnis pariwisata juga dituntut semakin cerdas mengelola bisnis akomodasi, baik dari segi maintenance fasilitas bangunan maupun dari segi kualitas sumber daya manusianya, terutama dalam penguasaan bahasa asing. Komentar miring yang diposting secara online di media sosial maupun di situs-situs travelling dapat dengan cepat mempengaruhi persepsi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Bali sekaligus menimbulkan citra buruk akomodasi yang dikomentari di dalam situs travelling tersebut.
Melihat kemacetan yang setiap hari memenuhi jalanan Ubud, Wayan Darsana menyarankan agar pemerintah mulai memikirkan pembangunan infrastruktur di Ubud, misalnya lahan parkir yang bisa menampung kendaraan dalam jumlah yang sangat besar. Pesatnya pembangunan akomodasi yang tidak diimbangi dengan pembangunan infrastruktur akan berakibat fatal bagi perkembangan pariwisata di Ubud. Selain itu kelestarian alam harus tetap dijaga agar daya tarik utama Ubud ini tidak lenyap karena eksploitasi yang berlebihan dari para pelaku bisnis pariwisata. Dalam hal ini konsep tata ruang yang sudah digagas oleh para pakar seharusnya ditaati, sehingga kelak tidak terjadi kesemrawutan akibat pembangunan akomodasi yang melanggar aturan tata ruang yang telah ditentukan.

Menghadapi gelombang kedatangan tenaga kerja setelah pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada 31 Januari 2016, para pelaku bisnis pariwisata asal Bali harus bertanya, “Apa yang sesungguhnya diinginkan?” Meski banyak tenaga kerja asing yang datang mencari pekerjaan di Bali, seharusnya para pengusaha Bali memprioritaskan tenaga kerja lokal. Wayan Darsana sendiri merasa yakin jika tenaga kerja dari Bali masih mampu bersaing dengan tenaga kerja asing, terutama terkait dengan attitude, service, dan hospitality.
Nama Ubud Raya yang dipakai sebagai nama hotel dimaksudkan agar Ubud bisa semakin mendunia. Tidak mengherankan jika Ubud Raya hotel mempekerjakan banyak tenaga kerja lokal. Dengan mempekerjakan banyak Ubud Raya sendiri masih akan diteruskan pengembangannya dari segi bangunan maupun layanan hingga bisa menjadi kawasan atau resort yang berdaya pikat bagi para wisatawan.
Sosok yang memainkan peranan sentral di Ubud Raya Resort dan hotel ini lahir di Singaraja, 7 Oktober tahun 1955 dari pasangan I Ketut Murtiana dan Ni Nengah Mari. Sehari-hari orang tua bekerja sebagai petani, namun sesekali ayahnya yang sangat paham soal ilmu ukur kerap mengambil kerja borongan bangunan dan hasil karyanya bisa dibilang sangat bagus. Tumbuh di dalam keluarga petani sekaligus ahli bangunan, Wayan Darsana terbiasa bekerja membantu orang tua sejak masih kecil dan menyabit rumput, bahkan pekerjaan menyabit rumput masih ia lakoni hingga lulus SMA.

Awal mula keterlibatan Wayan Darsana di dunia pariwisata dimulai saat ia memilih menempuh pendidikan diploma pariwisata di Bali Akademi Perhotelan. Setamat menimba ilmu di bidang pariwisata suami dari Ni Made Senitan Ariani ini, bekerja di hotel Hyatt dari tahun 1976 sampai tahun 1991. Bagi Wayan Darsana, pekerjaan di bidang hospitality sangat luas jangkauannya karena bisa berinteraksi dengan orang dari berbagai negara. Tahun 1997 ia sempat bekerja di Jepang selama sepuluh tahun di Taikoko Hotel yang memiliki 2000 kamar di bawah manajemen imperial, sebuah pengalaman berharga yang mengasah kompetensinya di bidang hospitality. Sesudah habis masa kontrak kerja di manajemen imperial, lelaki yang mengidolakan BJ Habibie ini memilih bekerja di Hotel Accord selama tiga tahun.
Dengan pengalaman kerja yang cukup panjang di dunia perhotelan, Wayan Darsana mulai berani mengambil posisi sebagai general manager di berbagai property dari yang berskala kecil hingga kini dipercaya sebagai general manager Ubud Raya resort dan hotel.
Sebagai general manager Ubud Raya resort dan hotel, Wayan Darsana melakukan on going repair and maintenance, sehingga kenyamanan para wisatawan yang menginap bisa terjamin. Ia juga memilih para tenaga kerja yang berpengalaman, terutama yang bekerja di bagian restoran karena taste masakan akan mempengaruhi selera pengunjung yang menginap. Dalam hospitality seorang general manager harus bisa berpikir step ahead (melangkah ke depan) karena zaman terus berubah dan karakter wisatawan yang datang menginap juga beranekaragam. Dengan pola pikir yang progresif, kemajuan bisa terus diwujudkan.

Dengan mempertahankan konsep natural, Ubud Raya resort dan hotel tampil dengan gaya tradisional yang nampak di berbagai area. Penggunaan batuan alami, kerajinan, dan ornamen Bali semakin mendukung konsep natural yang ingin ditawarkan kepada para wisatawan yang ingin menginap. Selain itu, letaknya yang tidak begitu jauh dari pusat Ubud memudahkan wisatawan yang ingin menyaksikan berbagai aktivitas kebudayaan masyarakat lokal maupun menikmati nuansa natural yang menjadi pesona utama kawasan Ubud.
Kepada generasi muda Bali, Wayan Darsana berharap mereka benar-benar menimba ilmu secara serius dan memiliki mental pantang menyerah agar dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Bila semakin tertinggal di bidang pendidikan, bukan tidak mungkin generasi muda Bali akan kalah bersaing dengan tenaga kerja asing maupun tenaga kerja dari luar daerah, apalagi situasi saat ini semakin serba kompetitif di berbagai sektor.