Tumbuh sebagai Insan yang Profesional dalam Memberi Pelayanan dan Jasa di Dunia Medis

Lahir di Denpasar, namun tinggal di daerah pariwisata, yakni Tuban, dr. I Putu Anom Nurcahyadi memiliki ketertarikan dunia hospitality dan kesehatan. Saat dua bidang tersebut diterima, ia akhirnya memilih jalur di ranah kesehatan, terinspirasi dari ibunya yang berprofesi sebagai bidan, hatinya pun terdorong berkecimpung di dunia yang sama.

Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, dr. Anom terjun ke lapangan, dengan sempat bekerja di Klinik daerah Kuta, sesuai dengan minatnya pada medical tourism. Alumni SMAN 4 Denpasar ini, kemudian berlanjut di rumah sakit berstandar internasional, BIMC Siloam Nusa Dua, yang semakin membuka pandangan dan pemilikirannya, bahwa ilmu yang ia dapatkan di pendidikan formal dengan praktik secara langsung, masih banyak perlu penyesuaian.

Penyesuaian tersebutlah yang khususnya mengenai kebutuhan medis dan kemampuan finansial pasien yang menjadi fokus dr. Anom didampingi perawatnya, Ns. Nyoman Santi Anggari, S.Kep, yang memiliki ilmu dan pengalaman dalam IPCN atau Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi. Berdasarkan visi dan misi yang sama, mereka pun sepakat untuk mendirikan medical assistant, lebih mengerucut dari wajah medical tourism, yang ditentukan oleh pelayanan setiap fasilitas penyedia pelayanan. Terutama yang mengalami penyakit yang biasanya disebabkan proses adaptasi dengan kondisi cuaca Bali yang berbeda dengan negara asal mereka, seperti diare.

Pria asal Penebel, Tabanan ini akhirnya mendirikan “Klinik Shanti Medical Care” yang berlokasi di Jl. Majapahit No.18A, Kuta, Badung. Meski sempat berada di dua pilihan karier yang membuatnya tertarik, yakni berkecimpung dalam hospitality seperti alm. ayahnya, yang membuat dr. Anom pun sempat ingin melanjutkan di STP Nusa Dua. Namun melihat bagaimana perjuangan ibu sebagai single parent yang menginspirasinya telah berjuang dalam menyekolahkannya, ia tak mau tanggung-tanggung dalam memutuskan pilihan. Tekadnya pun semakin bulat untuk memilih fakultas kedokteran.

Setelah menempuh pendidikan dokter selama 5,5 tahun, dr. Anom dihadapkan pada pilihan, apakah akan melanjutkan ke pendidikan spesialis, manajemen atau menjadi entrepreneur. Dalam prosesnya pencarian jati kariernya, ia pun akhirnya mendirikan fasilitas kesehatan, pada Oktober 2018, dengan segala tantangannya, tak hanya soal modal, terlebih dalam pemasarannya yang tepat sasaran, terutama lewat media sosial. Namun, bagi dr Anom menjadi sebuah hal penting untuk menjaga kualitas pelayanan dalam dunia medis yang menjadi cerminan pariwisata di Bali.

Klinik Shanti Medical Care lahir dari adanya kesenjangan antara kualitas dan harga pada fasilitas kesehatan medical tourism. Dalam kondisi tersebut, kemudian berupaya menjawab dan memperbaiki kondisi tersebut dengan memberikan tiga pilihan layanan utama dalam klinik yang memiliki visi “Our best packages, best price, excellent service” yaitu Severe Hangover, Bali Belly dan Health Wellbeing. Untuk pelayanan pendukung lainnya meliputi Home care service, vaccination, accupuncture, physiotherapy dan mobile service treatment. Dalam adaptasi kerja di kondisi pandemi ini, bisa dikatakan ada rasa kekhawatirkan para tenaga medis yang baru terjun ke lapangan, bila terpapar virus dengan kesehatan pribadi.

Namun sebenarnya tidak perlu ada yang perlu dibawa khawatir secara berlebihan, karena apapun pekerjaan di dunia ini pasti memiliki faktor risiko masing-masing. Sebagai insan di dunia medis, yang sudah pasti mengerti ilmu dan dibekali penerapan APD (Alat Perlindungan Diri) dalam memproteksi virus ini, diharapkan akan terus membawa kinerja tenaga kesehatan tetap profesional dalam melayani masyarakat. Masyarakat pun dihimbau agar jangan lengah, untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan mengikuti kegiatan vaksin, guna menjaga dan meminimalisir penyebaran virus yang berasal dari interaksi antara pasien dan nakes.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!