Tradisi Bisnis dari Mulut ke Mulut UD Hibah Tabanan sampai ke Generasi Ketiga

Meskipun hidup dalam era kemajuan digital marketing, UD Hibah Tabanan adalah sebuah bisnis yang telah bertahan sejak tahun 1960-an sebagai bisnis yang masih mempercayai pemasaran melalui rekomendasi dari mulut ke mulut sebagai strategi terbaiknya. Terbukti, UD Hibah Tabanan berhasil mempertahankan keberhasilannya hingga generasi ketiga.

Kini giliran H. Irwan dan istri yang menjadi pemeran utama dari bisnis yang bergerak di penyediaan berbagai jenis karung goni, karung plastik, terpal, tali. Bisnis yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 24, Br. Anyar, Kediri, Tabanan ini, juga menerima pesanan sablon karung dan plastik dengan desain yang dapat disesuaikan oleh pelanggan.

Sebelumnya, Irwan bekerja di sebuah perusahaan asing setelah kepindahannya ke Bali pada tahun 1997. Ia bekerja di perusahaan tersebut sampai dirinya menikah. Menyaksikan bisnis mertua yang mengalami stagnan, ia berniat membantu istri untuk mempertahankan bisnis tersebut. Akhirnya ia memutuskan berhenti sebagai karyawan pada tahun 2001.

Sejak tahun 1960-an, bisnis UD Hibah Tabanan telah dirintis oleh nenek dari istri. Ide untuk memulai bisnis ini muncul karena pada masa itu masyarakat lebih sering menggunakan karung goni sebagai wadah, yang berbeda dengan zaman sekarang di mana karung kampil lebih dominan. Awalnya mertua Irwan memiliki dua bisnis, yang satunya adalah minimarket, namun dengan maraknya minimarket waralaba, bisnis minimarket mereka kalah dalam persaingan. Oleh karena itu, Irwan dan istri bekerja keras untuk mempertahankan bisnis UD Hibah Tabanan.

Irwan dan istrinya kemudian merancang strategi. Irwan sebagai sales canvasser, sementara istri menjaga toko dan melakukan transaksi keuangan. Secara konsisten, Irwan menjemput bola dengan berkeliling Pulau Bali, menyambangi toko satu ke toko lain dan pabrik penggilingan beras. Meskipun ia harus berkorban waktu bersama keluarga, Irwan tahu bahwa kesuksesan membutuhkan pengorbanan dan ia bertekad untuk melakukannya dengan konsisten selama delapan hingga sepupuh tahun. Awalnya, penolakan adalah hal yang lumrah baginya. Seiring berjalan waktu dan pantang menyerah, Irwan mulai meraih pelanggan dari wilayah Lombok, NTB, hingga NTT. Di samping itu, harga karung di wilayah tersebut cenderung lebih tinggi. Sebagai contoh, di sini harganya sekitar Rp1.000, sedangkan di sana mencapai Rp.1.500.

Namun, ada satu hal yang tak pernah ditinggalkan oleh Irwan dan istri dalam menjalankan bisnis ini, yaitu sistem pemasaran dari mulut ke mulut. Mereka tidak menggunakan media sosial sama sekali, karena menurut Irwan, metode lisan ini tetap menjadi yang terbaik. Bahkan, kata kunci bisnis ini sudah dikenal oleh masyarakat di luar Tabanan, terutama bagi mereka yang terlibat dalam bisnis serupa dengan nama “dagang karung di Kediri”

Hingga saat ini, Irwan belum memiliki rencana untuk membuka bisnisnya sendiri. Ia lebih memilih untuk meneruskan bisnis UD Hibah Tabanan, karena prosesnya pun tak kalah sulit. Selain itu, ia merasa bertanggung jawab terhadap para karyawan yang telah bekerja selama 18 tahun. Irwan berupaya mempertahankan rasa nyaman dan loyalitas para karyawan, menjadikan UD Hibah Tabanan sebagai keluarga kedua bagi mereka.

Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Irwan dan istri juga berharap mampu meneruskan bisnis ini dari generasi ke generasi, membuktikan bahwa penerapan sistem pemasaran dari mulut ke mulut tetap menjadi kunci kesuksesan mereka. Meskipun zaman terus berubah dengan kemajuan digital marketing, UD Hibah Tabanan tetap teguh, berjaya hingga generasi ketiga dan seterusnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!