Tidak Kaku Mencoba Berbagai Inovasi Baru di Tengah Pandemi
Pria asal Gelodok, Jakarta ini, kebetulan lahir di lingkungan yang sebagian besar sebagai penjual kue dan nasi uduk. Otomatis sang ibu pun memiliki gairah pekerjaan yang sama, sebagai penjual kue yang hampir menghabiskan waktu selama 24 jam. Haryanto Santoso tak terhindari ikut membantu ibunya sejak SD. Namun saat SMP, ibunya memutuskan berhenti, karena hampir kehilangan penglihatannya akibat katarak, dari proses pembuatan kue bika ambon yang masih menggunakan arang saat itu.
Lepas dari kisah masa kecil, cita-cita Haryanto Santoso yang ingin menjadi pengusaha, ia wujudkan awalnya dengan membuka toko komputer pada tahun 1999 yang berjalan selama lima tahun di Kuningan. Setelah itu ia mendapat tawaran dari sepupunya untuk bekerja sama menggeluti usaha supplier makanan dan minuman yang rencananya akan dibuka di Bali.
Setelah menemukan lokasi untuk usaha, Haryanto Santoso bersama sepupu berniat membantu adiknya itu dengan menjalankan usaha ini di Bali tetapi karena adiknya telah menerima tawaran lain maka ia dan sepupunya tetap melanjutkan rencana membuka usaha di Bali dengan nama CV Ausindo Dewata pada tahun 2003, berlokasi di Jl. Merdeka No.8 Sumerta Kelod, Denpasar Timur.
Meski mendirikan usaha pasca Bom Bali pada tahun 2002, Haryanto Santoso terus mengambil langkah berani untuk maju bersama CV Ausindo Dewata, dengan konsep awal bidang supplier makanan dan minuman 100% import, asal Australia, Amerika dan Singapura. Namun kini, CV Ausindo Dewata juga mendistribusikan 50% makanan dan minuman lokal, sisanya masih merupakan produk import.
Puncak kesuksesan usaha ini di tengah para pesaing usaha raksasa serupa terjadi pada tahun 2010, kemudian diikuti pada tahun 2017 dan 2018, dengan target pemasaran saat itu pada berbagai brand pusat pembelanjaan di Bali. Fenomena ini pun membuat CV Ausindo Dewata yang berkaryawankan 14 orang ini, tidak sedikit mendapat tawaran kerja sama dari prinsipal-prinsipal yang telah memiliki target tertentu dalam perusahaan mereka. Hal ini membuatnya berpikir, lebih baik menolak kerja sama tersebut karena CV Ausindo Dewata hanya berjaring di daerah Bali.
Haryanto Santoso kemudian memiliki ide untuk merambah usahanya ke industri makanan yang menyiapkan dan melayani makanan dan minuman, ke hotel, restoran dan kafe sebelum pandemi. Market share 100% sales yang ia dapat, 70%-nya adalah dari Horeka. Karena dahulu ia lebih banyak suplai ke Modern Trade (MT) bahkan hampir 100%, seiring berjalan waktu maka terjadilah perubahan target market-nya, di mana yang semula didominasi oleh MT saat ini menjadi didominasi oleh Horeka.
Di tengah situasi pandemi yang mengalami omzet penurunan drastis, ia sempat kelimpungan dan dituntut berlaku kreatif, dengan menjamah pemasaran ke warungwarung, toko grosir dan pasar. Demi tetap mempertahankan usaha, ia mengambil inisiatif lainnya dengan melakukan pengurangan waktu kerja. Upaya ini bisa jadi solusi terbaik, selain mencoba haluan pasar yang berbeda dan terus fleksibel untuk mencoba inovasi-inovasi baru. Bersyukur sejak Januari 2021, CV Ausindo Dewata mampu berjalan normal hingga saat ini.