Tetap Optimis dan Konsisten dalam Upaya Mempertahankan Rasa Kuliner Tradisional
Kuliner Bali dikenal sebagai warisan budaya turun-temurun yang hingga kini tetap lestari. Di tengah gempuran zaman modern di mana merambahnya kuliner luar yang masuk ke Indonesia khususnya di Bali, dengan kreativitas dan inovasi masyarakat Bali terus berupaya untuk mempertahankan rasa khas bali dalam upaya mempertahankan tradisi warisan budaya sehingga masih diminati oleh para pecinta kuliner di Bali. Dalam upaya mempertahankan rasa serta kualitas daging, melalui tangan dingin Nyoman Suarthini, daging babi diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan daging babi berkualitas tinggi yang tidak hanya diolah menjadi bahan kuliner, tetapi juga dapat dijadikan sarana upacara. Sidhi Ulam Anyar dikenal sebagai pusat daging babi olahan berkualitas yang hingga kini mampu mempertahankan rasa sehingga memiliki banyak peminat hingga saat ini.
Terlahir sebagai anak petani, sejak kecil Suartini terbiasa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya membayar uang sekolah. Dirinya sempat bekerja di Pasar Badung berjualan canang hingga duduk di bangku SMP. Tidak terbesit rasa malu saat berjualan canang pada saat itu. Baginya berjualan merupakan kegiatan yang ia sangat sukai. Sejak kecil Suartni dididik untuk bisa mencari uang sendiri demi membiayai kebutuhan sehari-hari. Saat duduk di bangku SMA, Suartini berjualan kopi di warung paman. Tak sampai 2 tahun akhirnya Suartini memutuskan untuk menikah. Awal mula keinginannya membuka usaha berawal dari menjual sate pada tahun 1997. Suartni berjualan sate keliling tidak hanya di sekitar perempatan, tetapi ketika ada odalan, Suartini mencoba peruntungan dengan berjualan sate di sekitar pura pada saat itu.
Suartini memutuskan untuk membuka lahan yang dulunya dipenuhi dengan semak belukar, untuk membangun bisnisnya. Minimnya pesaing pada saat itu dalam sehari Suartini mampu menjual sate tusuk dan sate lilit menghabiskan daging seberat 8 kg. Seiring berjalannya waktu, pelanggan mulai berdatangan. Tidak hanya itu, Suartini menjual Nasi Rawon hingga beralih bekerja di Pasar Peguyangan pada tahun 2001, mendapat suplai daging dari bibi. Di Pasar Peguyangan, Suartini tidak hanya menjual daging babi, tetapi juga menjual daging ayam berkualitas tinggi. Pada saat itu, Suartini mengajak pegawai dari Karangasem untuk membantu mengelola usaha daging potong. Mulai bermunculan pedagang daging di sekitar rumah yang terinspirasi dari giat Suartini dalam usaha daging potong yang kini buka tepat di depan rumahnya.
Dalam upayanya mengembangkan usaha, terlihat dari sikap tulus dan ikhlas dalam hal melayani, mencerminkan sosok Suartini yang tetap konsisten dalam bekerja. Keuletan serta semangat yang telah dipupuk sejak dini, kini melahirkan buah kesuksesan yang tidak hanya dinikmati olehnya, melainkan keluarga serta penerus usahanya. Keinginannya untuk meneruskan kuliner tradisional di tengah era modernisasi saat ini, Suartini tetap optimis menyajikan kuliner dengan rasa yang khas dengan tetap mengedepankan kualitas.