Tekstur “Kriuk”jadi Andalan Kuliner Babi Guling di Kedonganan – Warung Babi Guling Karya Rebo
Kawasan wisata Kedonganan tidak hanya dikenal sebagai tujuan wisata kuliner bagi para penggemar olahan seafood. Di daerah ini juga terdapat salah satu tempat makan tersohor yang menyediakan masakan khas Bali, yaitu Warung Babi Guling Karya Rebo. Tempat makan ini telah dikelola oleh tiga generasi, mengusung resep tradisional dari pendahulunya namun telah disesuaikan agar bisa menjangkau target pasar yang didominasi oleh wisatawan.
Menu makanan babi guling agaknya menjadi kuliner wajib dicicipi tatkala berlibur ke Bali. Hal itu terlihat dari semakin banyaknya warung babi guling yang bermunculan, khususnya di daerah pariwisata. Dari sekian banyak tempat makan yang menyediakan menu babi guling, Warung Makan Karya Rebo masuk ke dalam daftar yang direkomendasikan banyak traveller. Hal itu tak lain karena cita rasa makanan yang sudah tidak diragukan, terbukti selama puluhan tahun tidak pernah kehilangan penggemarnya bahkan semakin banyak yang datang untuk membuktikan kenikmatan babi gulingnya.
Selain itu, lokasinya yang berada di kawasan pariwisata yang strategis, membuat Warung Makan Karya Rebo ramai dikunjungi para wisatawan. Terutama di saat musim liburan, meja dan kursi yang tersedia di tempat ini senantiasa penuh. Pengelola Warung Makan Babi Guling Karya Rebo, I Made Septiadi, mengatakan bahwa wisatawan yang datang berkunjung ada yang dari kalangan domestik maupun mancanegara.
“Wisatawan mancanegara yang datang kebanyakan dari Korea dan Singapura, karena warga dari kedua negara tersebut familiar dengan cita rasa bumbu yang kuat,” ujar Made Septiadi.
Meski demikian tak sedikit pula turis maupun ekspatriat asal negara lainnya yang hobi menyantap kuliner babi guling di Warung Karya Rebo. Lantaran tempat ini memiliki ciri khas di antaranya bumbu masakan yang sudah disesuaikan agar mudah diterima lidah para wisatawan luar. Juga karena porsinya yang besar membuat konsumen warung makan ini selalu puas. Serta terkenal dengan tekstur kulit babi yang garing.
Tiga Generasi
Banyak yang mengatakan bahwa usia hanyalah sekedar angka. Namun dalam sebuah perjalanan usaha kuliner, usia merupakan sebuah pembuktian kualitas. Mereka yang mampu mempertahankan eksistensi usahanya, tidak hanya dalam hitungan satuan tahun, melainkan puluhan tahun lamanya. Tentunya mencitrakan betapa memuaskan produk dan pelayanan yang disediakan sehingga mampu bertahan dalam segala tantangan.
Made Septiadi menjelaskan bahwa dirinya sebagai orang yang dipercaya mengelola salah satu tempat makan legendaris di Bali Selatan terebut merupakan generasi ketiga. Ia melanjutkan tongkat estafet pengelolaan usaha dari ayahnya, sedangkan Sang Ayah pun meneruskan dari neneknya.
“Ayah saya I Wayan Karya pada tahun 1991 mengikuti jejak usaha rumah makan dari nenek saya ,yg berada di denpasar, yang sudah berdiri dari tahun 1951,” tutur Made Septiadi.
Babi guling rebo yang berada di kedonganan ini di dirikan pada tahun 1991 oleh I Wayan Karya, seiring berjalannya waktu pada tahun 2007 babi guling rebo berganti dengan nama menjadi babi guling karya rebo dan diteruskan hingga sekarang oleh I Made Septiadi. Sehingga seperti dikenal saat ini, bernama Warung Babi Guling Karya Rebo.
Jika pada mulanya tempat makan ini berfokus pada pelayanan makan di tempat atau pun untuk dibungkus pulang. Seiring berjalannya waktu, Warung Makan Babi Guling Karya Rebo juga mengakomodir permintaan untuk keperluan katering di suatu acara. Menu babi guling di tempat ini difavoritkan sebagai pelengkap acara di hotel-hotel maupun acara bagi kalangan individu. Tak jarang juga Warung Karya Rebo memenuhi pesanan untuk kegiatan upacara keagamaan.
Walaupun warung babi guling tersebut termasuk kategori tempat makan yang populer, namun bukan berarti tugas Sang Penerus usaha mudah begitu saja. Justru dalam suatu usaha, mempertahankan lebih sulit dari sekedar mendirikan. Berbagai tantangan harus dihadapi, baik menjamurnya kompetitor usaha sejenis maupun faktor lainnya yang membuat target konsumen tidak sesuai dengan harapan. Seperti pada masa pandemi tahun 2020 saat ini, Made Septiadi mengaku bidang usaha kuliner di daerah pariwisata ikut terdampak.
Seperti apa pun kondisinya, Made Septiadi berusaha menyikapi dengan kepala dingin. Ia terus menggerakkan strategi demi bisa mempertahankan eksistensi usaha. Salah satunya dengan cara menggenjot target market dari kalangan lokal. Selain itu ia juga memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini dengan menggandeng penyedia jasa pemesanan makanan berbasis online. Terbukti dengan strategi ini cukup membantu para konsumennya untuk membeli makanan tanpa harus keluar rumah.