Tanggalkan Rasa Gengsi Berbuah Kesuksesan Usaha Penjualan Kebaya Bali

Sempat diasingkan dalam pergaulan lantaran sudah sibuk berbisnis di usia sekolah, Ni Putu Ayu Kumara Dewi mampu membuktikan perjuangannya tidak sia-sia. Sebelum memasuki usia kepala dua, ia sudah berhasil memasarkan ratusan potong kebaya, menjadikannya sebagai salah satu pebisnis yang layak diperhitungkan di industri fashion kebaya Bali. Tidak hanya mengabaikan gengsi ia juga giat mempelajari banyak hal baru dalam dunia bisnis membuatnya berhasil melejitkan usaha di tengah persaingan yang kian ketat.

Kebaya menjadi jenis pakaian yang paling sering digunakan di Bali. Hampir semua lapisan masyarakat, terkhususnya kaum Hawa di Pulau Dewata menggunakan kebaya pada setiap event adat maupun acara keagamaan. Inilah menjadikan usaha fashion kebaya sebagai lini bisnis yang tidak pernah ada matinya. Peluang usaha ini pun tidak disia-siakan oleh Kumara selaku salah satu pengguna kebaya tradisional Bali dengan mengusung brand Kencana Dewi Kebaya yang telah dirintis oleh ibunda tercinta. Terjun ke dunia usaha sejak duduk di bangku SMP hingga kini tengah merampungkan kuliahnya, Kumara masih tetap konsisten menggarap peluang usaha kebaya. Jika ditotal sampai saat ini ia telah memasarkan ribuan potong kebaya baik dalam bentuk bahan kain saja maupun kebaya jadi siap pakai.

Di tokonya yang berlokasi di Jl. Uluwatu, Ungasan dan Canggu, aneka rupa dan warna kain kebaya terpajang secara apik. Beberapa di antaranya menempel pada patung manekin sehingga semakin menarik minat pengunjung. Selain menyediakan produk kebaya yang dijual kepada target pasar kaum perempuan, Kumara juga menjual kebutuhan pakaian adat untuk para pria. Seperti udeng, kamen, saput hingga sandal pria. Begitu pun pernak-pernik penunjang penampilan berkebaya lainnya juga tersedia, antara lain selendang, bros, kamen, perhiasan alpaka, dan lain sebagainya. Kumara menceritakan bahwa usahanya kian dikenal masyarakat sejak dirinya mulai aktif melakukan pemasaran di media sosial. Jika sebelumnya ia dan sang ibu yang juga sama-sama mengelola usaha kebaya hanya mengandalkan penjualan di toko offline, kini hampir sebagian besar penjualan berasal dari penjualan di toko online. Namun upaya untuk memanfaatkan teknologi digital ini sempat mengalami kendala di awal. Kumara yang menjadi operator tunggal dalam digitalisasi pemasaran harus mengerjakan segala sesuatunya sendiri.

Mulai dari kegiatan dokumentasi produk, mengedit konten, mempublikasi serta membuat kalimat promosi yang presuasif. Hanya saja seiring berjalannya waktu, perempuan yang masih berstatus mahasiswa pada prodi manajemen SDM ini semakin fasih melakoni kegiatan promosi di media sosial. Kerja kerasnya dalam membangun branding pun terbayar dengan semakin banyak pelanggan yang mempercayakan kebutuhan kebaya mereka di Kencana. Kumara pun tak mau merusak citra yang telah terbangun yaitu dengan komitmen menghadirkan produk-produk berkualitas. Sebagai pebisnis yang telah bertahun-tahun menggeluti bisnis kebaya ia sadar betul kualitas adalah barometer utama bagi konsumen dalam memilih suatu produk.

Kumara mengaku optimis menyambut peluang pasar ke depannya. Ia yakin lantaran saat ini pemerintah daerah telah membuatkan regulasi yang mendukung eksistensi pengusaha kebaya lokal seperti dirinya, sebut saja peraturan gubernur tentang penggunaan kebaya sebagai pakaian wajib di instansi pemerintahan maupun di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Selain itu minat perempuan Bali untuk menjadikan kebaya sebagai pakaian formal di segala acara membuat permintaan kebaya akan terus meningkat. Kumara pun siap mengakomodir demand yang datang dengan terus mengikuti dinamika fashion terkini agar para konsumennya tetap melirik kebaya-kebaya besutan Kencana Dewi Kebaya ini.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!