Tampil Eksklusif dan Memiliki Ciri Khas Tersendiri
Ide untuk berkecimpung dalam usaha sewa kebaya ini, berawal dari ketidaksengajaan saat Luh Deani Septia Dewi yang menemukan kondisi harga sewa kebaya yang harganya sama dengan harga beli. Untuk kelas pelajar atau mahasiswa sepertinya kala itu, belum tentu harga sekian masuk ke kantong. Pada tahun 2015, mulailah ia join usaha dengan teman kuliah yang memiliki skill menjahit. Enam bulan kemudian, ia memberanikan diri untuk mengontrak lokasi di daerah Denpasar.
Karena lokasi tempat tinggal dan usaha cukup jauh, jadi tidak bisa memantau terus menerus. Terlebih di akhir 2015, ia sudah mulai bekerja sebagai karyawan Accounting di RS swasta. Kesempatan untuk mengembangkan diri dalam bisnis tersebut jadi tambah berkurang. Akhirnya ia memutuskan untuk memisahkan diri dari temannya pada tahun 2017 dan membuka homestore di Celuk, daerah asalnya. Ia fokus sebagai penyewa kebaya, sedangkan rekannya menawarkan jasa menjahit.
Masih terikat sebagai karyawan, Tia hanya membuka store-nya di antara jam 4 sore sampai jam 7 malam, hal itu berlaku selama tiga bulanan. Peminat yang semakin ramai, berkat melakukan promosi di media sosial, ia pun tak mau kehilangan kesempatan dengan menambah jam operasional. Ditambah orang tua yang memiliki usaha dagang, juga ikut mendukung usahanya dengan menginformasikan kepada para pengunjung. Semakin lama, tak sanggup meng-handle customer seorang diri, Tia mulai mempekerjakan satu orang karyawan, di mana masih ia pekerjakan sampai saat ini. Januari 2019, Tia sudah menerima customer yang akan sewa kebaya mencapai 250 orang, namun mendadak adanya situasi pandemi, beberapa yang akan melaksanakan wisuda di gedung, mengikuti aturan pemerintah untuk melakukan wisuda via online.
Kondisi ini menimbulkan grup chat WhatsApp-nya, ramai dengan permintaan refund dari customer, padahal tidak ada ketentuan dalam usahanya tersebut diperbolehkan melakukan cancel. Paham akan pandemi bukan karena faktor kesalahan customer maupun kampus, ia kemudian memberikan kelonggaran kepada customer berupa store credit, yang dapat digunakan pada pemesanan selanjutnya. September 2019, banyaknya hari baik untuk pernikahan, Tia kemudian banting setir pada penyewaan kebaya untuk couple.
Masa pandemi, juga mengingatkan Tia untuk bijak-bijak dalam menawarkan promo pada produk kebaya yang ia tawarkan. Di samping kebaya memang merupakan pakaian adat bagi umat Hindu Bali, namun ia sebagai wirausaha tetap bersikap empati, atas kemerosotan ekonomi, dengan menawarkan harga paket sewa yang cukup terjangkau bagi masyarakat. Inovasi harus dilakukan tak hanya karena memikirkan customer, tapi juga pertanggungjawaban karyawannya, agar mereka tetap bisa bekerja. Kesuksesan ide Tia untuk pindah ke penyewaan kebaya untuk pernikahan, bisa membawa usahanya di Mei 2021, pindah ke lokasi terkini yang lebih memadai di Jl. Celuk, Sukawati, Gianyar.
Namun, baru pindah ke lokasi baru ada PPKM Gelombang ke-2, yang sempat membuat ketidakstabilan omzet, Tia mengatur strategi dengan semakin eksis di berbagai media sosial, salah satunya dengan berpromosi di aplikasi Tiktok yang tengah banyak digandrungi anak muda khususnya. Ia juga banyak belajar dari rekan-rekan sesama pemiliki usaha serupa, agar tetap menghadapi tantangan di masamasa krisis ini dengan jalan penyelesaian terbaik.
Beberapa aturan pemerintah terkait dengan pandemi yang sudah tak terlalu ketat, Tia tak sabar untuk merealisasikan inovasinya dengan merambah usaha garmen sebagai supplier produksi kebaya oleh penjahit yang sudah lama ia ajak dan expert dalam skill ini. Selanjutnya ia akan melayani pembelian kebaya secara retail dan disebar ke toko-toko kebaya lain. Dan tak kalah ketinggalan, untuk Puspa Kebaya House of Kebaya, Tia berharap bisa membuka cabang kedua dan memiliki label sendiri. “Cita-cita saya gak mulukmuluk, bisa memiliki ciri khas tersendiri dalam desain kebaya” ucap harapnya.