Taman Tropis ala Bali Banyak Diminati
Profesi sebagai tukang kebun selama ini kerap dipandang sebelah mata. Padahal pekerjaan ini bila ditekuni dapat menghasilkan pendapatan yang besar. Seperti pengalaman pria bernama I Nyoman Miyoga yang sukses membuat profesi tukang kebun menjadi naik kelas. Dengan menggabungkan kreativitas dan pengetahuan di bidang tanaman, ia mampu menyulap sebidang lahan menjadi taman yang bernilai estetika tinggi.
Peluang usaha di bidang mendesain dan menata taman atau biasa disebut landscape architect (arsitek lanskap) sangatlah potensial dan menjanjikan. Permintaan terhadap jasa tersebut biasanya datang dari kalangan pengelola hotel maupun vila, baik dalam negeri maupun mancanegara. Hal inilah yang mendorong minat Nyoman Miyoga untuk serius terjun ke bisnis ini, bahkan sebelum istilah arsitek lanskap eksis seperti sekarang. Ia memulai usaha biro jasa arsitek lanskap sejak tahun 90-an. Pada waktu tidak sedikit yang menyangsikan keputusannya karena dianggap seperti pekerjaan jasa pembersihan kebun biasa.
“Saya sudah mulai mengambil pekerjaan sebagai landsacper sejak kuliah. Awalnya sebagai pekerjaan sampingan saja untuk mengisi waktu sepulang kuliah sekaligus mencari pengalaman kerja. Setelah lulus dari Program Studi Seni Rupa dan Desain Universitas Udayana pada tahun 1989 saya memantapkan diri serius menekuni bidang ini”, ujar Nyoman Miyoga menjelaskan.
Ia kemudian memutuskan bekerja pada salah satu ahli lanskap yang karya-karyanya telah mendunia bernama Michael White. Pria tersebut merupakan Warga Negara Australia yang telah lama menetap di Bali dan lebih dikenal dengan nama Made Wijaya. Pada sosok Made Wijaya itulah Nyoman Miyoga belajar ilmu desain lanskap, arsitektur, dan interior.
“Terhitung sudah 27 tahun saya mengambil pengalaman kerja di perusahaan PT Wijaya Tribwana International yang didirikan Pak Made Wijaya. Setelah beliau berpulang, saya melanjutkan visi misi beliau di bidang arsitektur khas Bali”, tuturnya.
Taman Ala Bali Diminati
Nyoman Miyoga mengembangkan perusahaan PT Ramawijaya International Design yang tidak hanya bergerak di bidang desain lanskap saja juga merambah ke desain masterplan, desain arsitektur bangunan dan desain interior. Sebagai putra daerah Bali apalagi asli dari Gumi Seni- Ubud, Nyoman Miyoga berupaya mengangkat dan memperkenalkan akar budaya Bali lewat karya-karyanya. Desain bergaya tropis khas Pulau Dewata menjadi sebuah nilai tawar dan terbukti diminati oleh klien mancanegara.
Pria kelahiran Ubud, 17 November 1964 ini menambahkan pada masa tahun 90-an sampai awal 2000, kompetitor usaha di bidang ini masih sangat sedikit. Sedangkan pangsa pasar masih sangat luas, terutama yang datang dari luar negeri. Klien-kliennya dominan datang dari Negara Singapura, lantaran waktu itu tren lanskap ala taman yang ada di Pulau Dewata tengah naik daun. Bahkan memiliki taman serupa dengan yang ada di Bali menjadi sebuah prestise tersendiri bagi orang Singapura pada saat itu.
Seiring berjalannya waktu, permintaan dari dalam negeri mulai meningkat. Utamanya permintaan jasa desain arsitektur dan lanskap untuk vila maupun hotel di Bali. Ada pula permintaan desain untuk kebutuhan pembangunan rumah tinggal. Salah satu karya arsitektur Nyoman Miyoga bekerja sama dengan partner yaitu Nyoman Gede Sudarta membangun hunian milik keturunan bangsawan Bali (Puri) yang mengusung pakem arsitektur tradisional. Pengerjaan desain bangunan itu dilandaskan oleh prinsip kearifan lokal seperti Asta Kosala-Kosali, Asta Bhumi, Nawa Mandala, Hulu Teben, dan Tri Hita Karana.
Desain lanskap hasil karyanya banyak yang telah diaplikasikan pada penataan taman hotel dan vila di Bali, Lombok, Yogyakarta, jakarta, Malaysia, Fiji, hingga India. Beberapa kali potret hasil karyanya menghiasi majalah-majalah arsitek dan lanskap sebagai sumber inspirasi bagi para pembaca lainnya. Pria lulusan Magister Ilmu Manajemen Universitas Terbuka ini, juga beberapa kali membagikan pengalaman kreatifnya sebagai arsitek dan landscaper dalam acara talkshow. Salah satu hotel yang ia desain yaitu Dwaraka Villa berhasil meraih penghargaan sebagai Luxury Boutiqe Hotel dan Luxury Cultural Hotel se Asia Tenggara di tahun 2017.
Meditasi
Nyoman Miyoga memiliki semangat untuk memajukan taraf hidup lantaran kehidupan saat kecil sangat erat dengan kesederhanaan. Ayahnya berprofesi sebagai petani, penghasilannya hanya cukup memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Sementara ayahnya itu harus menghidupi delapan anak, di mana Nyoman Miyoga merupakan anak ketiga. Ia juga terbiasa tidak merasakan kasih sayang ibu karena telah meninggal sejak ia masa kecil.
Pengalaman hidup serba kesusahan di masa lalu menjadi bara yang menyalakan api semangat dalam dirinya untuk menggapi mimpi. Melalui upaya kerja keras disertai kejujuran dalam berusaha, suami dari Ni Ketut Gelgel Ariani tidak hanya berhasil mengembangkan usaha melainkan juga berhasil membuka kesempatan kerja bagi para sumber daya manusia yang ada di Bali.
Dalam menghadapi tantangan usaha, apalagi di masa pandemi, Nyoman Miyoga selalu berpikir positif. Ia meyakini pikiran positif akan membantu dalam menjaga rasionalisme di tengah situasi ketidakpastian seperti sekarang. Cara menjaga pikiran agar tetap positif, menurut ayah yang mana kedua anaknya lulusan luar negeri ini adalah rutin melaksanakan meditasi. Ia mengatakan sudah menekuni kegiatan meditasi Bali Usada sejak 15 tahun silam. Kegiatan ini tidak berkaitan dengan agama apapun, bersifat universal dan bertujuan mendapatkan manfaat kesehatan. Ia pun merekomendasikan kegiatan meditasi ini sebagai salah satu langkah mencegah penyakit di masa pandemi seperti sekarang.