Tak Harus Selalu Mengandalkan Digital Marketing untuk Menguasai Pasar
Bali Creation Boxes Factory yang perputaran usahanya melibatkan 80% ekspor dan 20% impor, sempat dikhawatirkan akan mengalami penutupan usaha semenjak adanya pandemi. Belum lagi lockdown yang diberlakukannya di beberapa negara, kekhawatiran Dwi Yuli Astuti soal nasib para karyawannya semakin menjadi. Diputuskanlah tidak merumahkan karyawan, dengan kondisi hanya memberi gaji pokok dan uang makan kepada karyawan, tanpa tunjangan. Rasanya tidak adil, mereka yang telah banyak membantu perjalanan usaha dari awal hingga selama 12 tahun, dilupakan perannya begitu saja.
Bergerak di usaha packaging, Dwi Yuli Astuti sangat bersyukur masih ada customer-customer yang siap menggunakan jasa perusahaannya meski masih di situasi pandemi. Apalagi kondisi yang sempat membuat orang-orang memiliki akses terbatas untuk beraktivitas, karena adanya peraturan dari pemerintah. Membuat banyak yang beralih ke bisnis online yang lebih aman dan nyaman untuk melakukan transaksi. Bahkan target pasar luar negeri yang menjadi fokus daripada perusahaan “Bali Creation Boxes Factory” ini, meski sempat lockdown dan vakum beberapa bulan, akhirnya kembali menerima orderan dan masih memiliki daya beli sampai di masa pandemi tahun kedua.
Berlokasi di Gg. 1/3 No.14A, Padangsambian, Denpasar Barat, Bali Creation Boxes Factory merupakan perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembuatan custom printed box, custom box, display box, die-cut box, sliding box, sepatu & sandal box, kotak perhiasan, kotak fasilitas dan banyak lagi. Juga kebutuhan printing, seperti spunbond bag daur ulang, spunbond dress cover, kaos berbahan cotton combed, tas plastik, woven/embroidery label, gantungan kunci karet, rubber label, cutting sticker dan lain-lain. Dalam merintis usahanya ini, diungkapkan lulusan D3 AKPAR ini, hanya bermodal seadanya tanpa strategi khusus dalam meminjam. Keputusan untuk membuka usaha akhirnya ia ambil, setelah memiliki pengalaman yang cukup matang di sebuah percetakan dan sembari meyakini dirinya bahwa ia akan lebih sukses lagi, dengan berdiri di kaki perusahaannya sendiri. Di usia yang cukup muda, yakni 23 tahun, wanita asal Lombok ini, mantap mulai meniti karier perusahaannya pada awal tahun 2010.
Apa yang menjadi kekurangan dari pengalaman bekerja di perusahaan terdahulu, menjadi pelajaran untuk mengelola Bali Creation Boxes Factory seperti bagaimana me-manage pesanan, saat datang dalam jumlah yang besar, agar tetap memiliki kualitas yang tidak mengurangi kepercayaan customer. Didampingi suami yang sejak awal selalu mendorong dan memberi dukungan kepadanya untuk mulai berkreasi, hingga mengelola Bali Creation Boxes Factory semakin percaya diri menunjukkan kreativitasnya.
Mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dan mempertahankan kualitas menjadi kunci utama, Bali Creation Boxes Factory sampai hasil karya berhasil diterima dan diekspor ke luar negeri. Menariknya, Dwi Yuli Astuti mengakui tak pernah bertatap secara langsung dengan customer dari luar negeri, hanya berkomunikasi secara intens. Media sosial maupun digital marketing lainnya yang tengah populer saat ini, baginya tak sepenuhnya selalu berhasil menarik perhatian customer. Buktinya, pada perusahaannya masih tetap eksis, bahkan lebih banyak menerima customer dari luar negeri.
Dalam waktu pengerjaan box yang menggunakan tenaga handmade dan pemotongan dengan mesin ini, tergantung dari bahan yang digunakan, tingkat kesulitan dan kuantitas pesanan yang bisa mencapai puluhan ribu. Sebagian besar request tersebut datang dari customer Eropa dan dikerjakan oleh 13 orang karyawan tetap, sisanya pekerja lepas. Meski dikerjakan secara handmade, Dwi Yuli Astuti tak menerima banyak komplain sampai saat ini, melainkan dari hasil printingan. Dalam pengawasan pengerjaan tersebut, untuk meminimalisir complain dari customer, di masingmasing karyawan akan ‘dibebankan’ tanggung jawab atas hasil pekerjaan mereka dan yang lebih spesial lagi, tanggung jawab tersebut akan mendapatkan tunjangan dari Bali Creation Boxes Factory