Tak Hanya Keren di Platform Digital tapi Juga Abadikan Momen Menginspirasi di Kehidupan Nyata
Jimbaran Bay Seafood dan kuliner di sekitar pinggir Pantai Kedonganan lainnya, patut berterima kasih dengan pemerintah Kabupaten Badung. Pasalnya berkat kepedulian dalam menata dan menetapkan peraturan tegas bagi warga sekitar dalam konteks bisnis kuliner tepi pantai, agar tak terjadi tumpang tindih pada ekonomi warga yang tidak merata. Kini kafe maupun restoran sudah terlihat lebih tertata dan yang terpenting memberdayakan warga asli Kedonganan untuk berwirausaha.
Salah satunya adalah Yulia Maghdalena dan I Ketut Suastana. Sebelumnya usaha mereka masih berbentuk kafe dengan performa fisik bangunan dan mekanisme manajemen yang bisa dikatakan belum cukup potensi, namun setelah pembinaan dari pemerintah, Suastana dan warga sekitar mulai melakukan evaluasi dan restrukturisasi, sehingga kini mampu bertransisi menjadi “Jimbaran Bay Seafood”. Pesona Pantai Kedonganan dengan pasir putihnya, sudah diakui berbeda dengan pantai lainnya di Bali. Ditambah sembari menikmati kuliner yang menyegarkan, cocok menyeimbangkan kondisi tubuh di iklim tropisnya Bali. Jimbaran Bay Seafood sendiri, mengklaim menu yang paling dicari-cari pengunjungnya ialah sambal matahnya dipadupadankan dengan seafood yang masih panas. Ya, Suastana menyatakan, kunci enaknya menyantap seafood itu di sana, harus dalam kondisi panas, jika tidak, apalagi sudah dingin, kepuasaan sebagai akhir dari tujuan menikmati makanan tersebut akan berkurang. Jadi sayang sekali jika view-nya sudah cantik, tapi kita kurang menikmati makanannya.
Bila Suastana banyak terlibat mengelola manajemen Jimbaran Bay Seafood, Yulia cenderung pada bidangnya yang hobi memasak. Bahkan rencananya akan membuka kuliner selanjutnya, namun bukan bertemakan seafood dan tidak berlokasi di Kedonganan. Sebagai suami, tentunya memberikan dukungan, yang terpenting sebagai pemilik bakat, juga tetap membuka hati untuk upgrade diri dan mau kerja keras. Petuah yang dilayangkan kepada istrinya tersebut, tak sekedar wacana belaka, karena ia pribadi sudah pernah merasakan bagaimana menjadi masyarakat asli Kedonganan yang memiliki kekayaan alam yang indah, namun tak termadai dalam ekonomi. Ia pun mengungkapkan, bila ia berasal dari keluarga mampu, ia pasti sudah sekolah setinggi-tingginya untuk menjadi dokter yang menjadi cita-citanya sejak kecil. Jadi bisa dikatakan satu-satunya jalur yang bisa ditempuh untuk memperbaiki nasib perekonomian keluarga ialah dengan cara berdagang dan harus kerja keras.
Singkat cerita, Suastana akhirnya sukses mendirikan Jimbaran Bay Seafood, bersyukurnya ia lahir dilokasi yang merupakan destinasi wisata, yang mudah mendapatkan perhatian kunjungan dari wisatawan domestik dan luar negeri. Namun, saat pandemi menerpa, Yulia dan Suastana pun terpaksa menutup usahanya selama setahun karena regulasi dari pemerintah harus memantuhi aturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Sebagai warga yang amanah, memang sudah sebaiknya ditaati demi kebaikan bersama dan sangat terpaksa para karyawan yang saat itu jumlah 85 orang harus dirumahkan. Sembari terus pasang badan dan mulai terjadi penurunan kasus, Yulia dan Suastana mulai bernapas lega, karena pemerintah mulai melonggarkan aturan di era normal baru, dengan mengizinkan para pemilik usaha kuliner untuk buka kembali. Namun kondisi jumlah karyawan pun tak seperti sediakala, karena sebagian sudah mendapatkan pekerjaan masing-masing. Suastana pun tak ambil pusing untuk mempermasalahkannya, baginya di kondisi krisis ini sudah insting dari manusia untuk terus memenuhi kebutuhan ekonomi, dengan akal dan bakat yang terus diasah. Karena jumlah karyawan yang menyusut menjadi 40-an orang, ia pun kembali membuka lowongan, terutama bagi lulusan SMA yang masih minim pengalaman dan kesulitan mencari pekerjaan terimbas pandemi.
Asalkan mereka siap dididik dan mau belajar, mereka yang sebelumnya tak memiliki basic bahasa Inggris pun, setidaknya bisa berkomunikasi sesuai dengan yang dibutuhkan di ranah bisnis ini. Suastana pun menambahkan para generasi muda, khususnya Generasi Z yang dianggap spesialisasi di era digital ini, jangan hanya mengejar popularitas untuk kepentingan pribadi saja. Marilah kita saling membantu warga sekitar yang memiliki bisnis yang belum tersentuh media sosial khususnya, mengingat media ini menjadi lahan strategis untuk mulai mempromosikan usaha. Jadilah generasi yang tak hanya keren di platform digital, tapi juga mengabadikan momen yang menginspirasi di kehidupan nyata.