Tak Canggung Berjualan Sejak Sekolah, Kini Sukses Mengelola Beberapa Usaha

Supel dalam pergaulan membuat Gusti Agung Ayu Dea Dwi Yuniari memiliki banyak relasi yang ternyata menjadi modal berharga saat melangkah ke dunia entrepreneurship. Ditambah kemampuan di bidang pemasaran yang telah diasah sejak zaman sekolah dulu, ia sukses menjajal peluang usaha di bidang fashion kebaya. Tak hanya itu, perempuan kelahiran Tabanan 9 Juni 1995 ini, juga sukses berekspansi ke lini bisnis lainnya.

Di usia yang belum memasuki kepala tiga saja, perempuan yang akrab disapa Dea ini telah sukses mengibarkan bendera usaha di beberapa industri. Di luar kesibukannya sebagai pegawai di salah satu instansi pemerintahan Kabupaten Badung, Dea aktif mengelola beberapa usaha. Sebut saja bisnis kebaya dan pakaian endek berlabel Dea Kebaya dan ada pula bisnis minuman yang baru digarap saat pandemi yang diberi nama Tacothai Tea. Ada juga usaha jasa make up artist yaitu Dea Beaute yang merupakan hobi dan juga ditekuni sebagai sumber ladang rezeki. Memiliki segudang aktivitas setiap harinya, Dea mengaku senang dapat melakoni semua pekerjaan tersebut. Dirinya memang sejak duduk di bangku sekolah selalu menggunakan waktunya untuk kegiatan produktif. Semasa sekolah dasar, ia sudah getol berjualan makanan maupun pernak-pernik ke teman-teman di sekolahnya. Passion berwirausaha itu dilanjutkan saat beranjak ke SMP 1 Tabanan dan SMA 1 Tabanan. Ia pernah memasarkan sandal ke teman-temannya yang dibeli dari di luar daerah.

Menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan di bidang bisnis, putri dari pasangan yang berprofesi sebagai PNS ini memutuskan melanjutkan kuliah di jurusan manajemen pemasaran. Kampus di Kota Bandung yaitu Poltekpos menjadi tujuannya menimba ilmu. Selama merantau di Kota Lautan Api tersebut, Dea belajar untuk hidup mandiri. Di sana pula ia mulai rajin mengikuti beragam organisasi yang membuatnya memiliki jejaring pertemanan cukup luas.

Selain sibuk belajar di kampus, tentunya Dea yang memang hobi berjualan ini masih melanjutkan kegiatan memasarkan aneka jenis produk. Kala lulus kuliah dan melanjutkan ke jenjang magister, ia memutuskan untuk serius mengembangkan usaha dengan membuka sebuah toko di dekat tempat tinggalnya. Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirya ia memilih fokus pada produk kebaya. Alasannya, kebaya merupakan item fashion yang paling sering dikenakan di Bali.

“Koleksi kebaya yang saya jual merupakan hasil desain saya sendiri. Sedangkan untuk proses produksi saya menyerahkan pada tenaga profesional dan berpengalaman di bidang menjahit,” ungkap alumnus Program Magister Universitas Udayana ini.

Tantangan usaha mulai dihadapi saat badai pandemi mempengaruhi perokonomian masyarakat. Usahanya yang beralamat di Jl. Raya Alas Kedaton No. 35 ini sempat mengalami penurunan. Namun ia tak mau berlama-lama terpaku di situasi stagnan. Dea mengambil Langkah inovasi yaitu dengan membuat diversifikasi produk yaitu merilis pakaian berbahan kain endek dan batik. Agar tak terkesan jadul, kain endek dan batik disulap menjadi aneka model pakaian mengikuti mode terkini.

Ternyata strategi tersebut membuat nama Dea Kebaya kian melambung. Dea mulai banjir orderan terutama dari kalangan pegawai kantoran lantaran produk pakaian endek merupakan salah satu seragam kantor wajib dikenakan. Pun item fashion ini bisa juga dipakai saat acara formal lainnya sehingga permintaan terhadap pakaian ini selalu meningkat.

Sampai di titik saat ini, Dea tidak merasa dirinya sudah mencapai tahap kesuksesan. Ia pun masih bersemangat untuk mengembangkan usaha dan berinovasi, karena menururtnya, orang yang cepat berpuas diri sangat dekat dengan kegagalan. Dan ia juga tak lupa bersyukur telah menerima rezeki dan anugerah yang begitu luar biasa di usia yang masih cukup belia. Serta berharap apa yang ia lakukan selama ini dapat memberi manfaat untuk banyak orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!