Sukses Membalikkan Nasib dengan Fokus pada Fashion Kebaya untuk Kegiatan Formal
Sempat menemui kebuntuan pasca mengalami pemutusan hubungan kerja, Ni Ketut Puspa Dewi memilih bangkit dari kegagalan. Segala daya upaya dikerahkan, mulai dari mencari pekerjaan baru dari satu pintu ke pintu lain. Hingga memutuskan membuka usaha sendiri dengan modal usaha dari pinjaman perbankan. Tak disangka keberanian menghadapi risiko sebagai pengusaha mengantarkannya pada kesuksesan seperti sekarang. Dalam waktu 2 tahun ia mampu membalikkan nasib lewat ketekunan dan kejujuran selama ini.
Peluang usaha kebaya di Bali seolah tidak ada matinya. Masyarakat khususnya kaum hawa di pulau dengan sebutan Seribu Pura ini kerap mengenakan kebaya, baik pada kegiatan upacara keagamaan, pernikahan, maupun menghadiri acara seremoni. Hal ini membuat permintaan terhadap fashion kebaya selalu ada, bahkan di masa pandemi seperti sekarang. Inilah yang membuat Ni Ketut Puspa Dewi tertarik untuk menekuni bisnis penjualan kebaya Bali sejak dua tahun lalu atau bertepatan saat dimulainya wabah Covid-19.
Perempuan yang akrab disapa Puspa ini fokus pada segmentasi pengguna kebaya untuk kegiatan formal. Terbukti dari koleksinya yang ada di kedua toko miliknya, lebih banyak yang memiliki aksen glamour dan kualitas premium. Sangat cocok untuk dikenakan para pengantin. Juga tak menutup kemungkinan digunakan untuk menghadiri undangan acara resmi. Tak hanya menyediakan pakaian kebaya, ia juga menjual fashion pendukung lainnya seperti kamen, selendang. Pembeli biasanya datang untuk membeli produknya dalam bentuk satu set lengkap, meski tak jarang ada yang hanya membeli item tertentu saja.
Bila ditarik ke belakang, histori keluarga perempuan asal Kecamatan Kubu, Karangasem ini tidak ada yang berkecimpung di industri fashion. Hanya sang ibu yang merupakan seorang pedagang kecil, sedangkan sang ayah merupakan seorang petani. Kehidupan masa kecil Puspa terbilang penuh tantangan. Tak seperti anak-anak lainnya, ia tak punya kesempatan menikmati masa-masa bermain lantaran harus membantu pekerjaan orang tua. Bahkan di suatu hari ia harus menempuh perjalanan belasan kilometer untuk mendapatkan pakan rumput seperti yang ditugaskan orang tuanya.
Setamat SMP, orang tua Puspa mengatakan angkat tangan untuk membiayai sekolahnya. Meski besar harapannya untuk bisa melanjutkan sekolah seperti teman-temannya, ia harus berbesar hati. Pun di saat ditawari untuk ikut sang paman merantau ke Denpasar, ia manut saja karena tidak ingin mengecewakan orangtua tercinta. Sesampai di kota rantauan, Puspa merasa rindu yang teramat sangat dengan keluarga dan kampung halamannya, belum lagi ada rasa takut karena harus beradaptasi di daerah yang asing. Tak ada hari yang dilalui tanpa tangisan dan doa agar dapat berkumpul lagi dengan orang-orang yang disayangi.
Selama di perantauan, Puspa bekerja di sebuah toko penjualan kebaya. Di sana ia mendapat pengalaman baru, juga pergaualan yang jauh berbeda dari tempat tinggal terdahulu. Selang 2 bulan sejak kedatangannya ke Denpasar, Puspa memutuskan menyewa kamar kos sendiri, mengingat sang paman sudah berkeluarga sehingga ia tak mau membebani lagi. Sayangnya di awal masa kerjanya, gaji yang diterima tidak begitu besar. Hanya 500 ribu yang didapat, itu pun hampir setengahnya langsung habis untuk membayar sewa kos. Sehari-hari Puspa hanya mampu membeli beras untuk makan. Lauknya berupa garam saja. Terkadang ia membeli sepotong kecil roti di warung untuk mengganjal perut di pagi hari. Di lain waktu, saat uangnya sudah habis, ia tidak makan sama sekali.
Setelah beberapa tahun bekerja, ia mulai meningkatkan skill-nya sehingga membuat dirinya dipercaya menerima upah yang lebih tinggi. Puspa pun mulai dapat menikmati hasil kerja kerasnya, serta tak lupa disisihkan untuk dikirim ke orang tua dan juga untuk medana punia. Ia yakin bahwa rezeki yang dilimpahkan kepadanya itu mengandung titipan rezeki untuk para yang membutuhkan.
Sayangnya, tepat di akhir tahun 2019, Puspa yang telah bekerja selama 7 tahun harus mengalami pemutusan hubungan kerja. Sempat melamar kerja ke beberapa tempat, tapi selalu gagal. Akhirnya ia memutuskan mencoba bisnis penjualan pakaian secara online dan ternyata cukup menggembirakan hasilnya. Melihat perkembangan usaha yang menjanjikan, ia mengutarakan keinginan pada orang tua untuk mengambil pinjaman modal usaha di bank. Niatan itu direstui oleh orang tuanya dengan membantu mencarikan kredit usaha. Dana yang didapat dimanfaatkan untuk menyewa toko dan membeli beberapa potong kebaya. Toko pertama milik Puspa berlokasi di Jl. Seroja, Denpasar dengan nama Puspa Kebaya Tailor. Diakui Puspa di awal usahanya mengalami beragam kendala. Ia pernah merasakan sepinya pelanggan hingga pernah juga mengalami penipuan. Namun semua masalah itu tidak membuatnya untuk berhenti berusaha. Ia terus berpromosi, baik menyebar informasi dari mulut ke mulut hingga memasarkan produk secara online. Akhirnya di tahun pertama, ia mulai merasakan adanya pertumbuhan usaha. Kesuksesan usahanya ditandai dengan dibukanya cabang kedua yang berlokasi di Jl. Imam Bonjol. Toko kedua ini ia beri nama Puspa Mode, dengan area yang lebih luas dari toko pertama dan sekarang sudah memiliki 3 cabang.
Di saat usaha lain bertumbangan di masa pandemi, Puspa Mode mampu terus bertumbuh menghadapi era persaingan. Puspa pun bersyukur telah mampu melewati fase tersulit dalam membangun usaha yakni memperkenalkan brand. Kini PR yang menanti di depan yaitu semakin luas menjangkau pasar lainnya. Hal itu sudah diantisipasi dengan gencar berpromosi di berbagai platform, demi mencapai target-target berikutnya.