Sinergikan Kekuatan Masyarakat, Kembangkan Potensi Wisata Budaya di Desa Adat

Masyarakat adat Bali dikenal sebagai komunitas yang masih berpegang teguh pada nilai-nilai kearifan lokal dan dikenal dengan ikatan kekeluargaan yang solid. Karena itu diperlukan tokoh-tokoh dengan pemikiran bersifat fleksibel terhadap dinamika zaman guna menjaga eksistensi, bila perlu memajukan desa adat tersebut dalam segala sektor kehidupan. Salah satunya yang dimiliki oleh Desa Adat Bedha yaitu tokoh muda bernama I Gusti Putu Muryawan, ia saat ini berkecimpung di Desa Adat Bedha, yang wilayahnya meliputi 3 kecamatan (Kerambitan, Tabanan, Kediri), 7 Desa Dinas (Pangkung Karung, Gubug, Sudimara, Bongan, Bengkel, Pangkung Tibah, Belalang), 38 Banjar Adat, berkat peran aktifnya di masyarakat ia pun dipercaya untuk menyinergikan kekuatan adat membangun desa, salah satunya program mengembangkan potensi wisata budaya di desa.

 Di era digital seperti sekarang, siapa saja dapat mengakses informasi dari mana saja, termasuk juga mengenal dan mempelajari budaya dari luar. Teknologi yang berkembang sekarang semakin memudahkan masuknya nilai-nilai budaya asing yang terserap dan dipelajari terutama oleh kalangan generasi muda. Jika tidak dilakukan tindakan preventif, bisa saja penetrasi budaya asing yang masif terjadi dapat menggerus keberadaan budaya lokal yang sudah diwariskan oleh para leluhur di masa lampau.

I Gusti Putu Muryawan selaku tokoh adat di Bali menyadari bahwa keberadaan desa adat merupakan benteng pertahanan budaya lokal terhadap gempuran budaya asing. Eksistensi desa adat tidak hanya sebagai wadah perkumpulan masyarakat, namun juga sebagai komunitas solid yang berperan menjaga kelestarian tradisi dan budaya lokal. Pemimpin dan anggota masyarakat adat selalu menjalankan agenda kegiatan dengan berpegang teguh pada prinsip kearian lokal, seperti konsep menyama braya. Sistem gotong royong ala masyarakat Bali inilah yang menjadi kunci kekuatan solidaritas masyarakat adat agar mau saling bahu membahu membantu sesamanya.

Menurut Gusti Muryawan, tradisi dan budaya lokal Bali yang perlu dipertahankan tidak hanya yang bersifat seremonial saja. Ada pun warisan budaya berwujud riil atau kasat mata juga harus dilestarikan. Salah satunya adalah bentuk arsitektur bangunan pura. Ia mengatakan bahwa para arsitek jaman dahulu sudah memiliki pemahaman maju mengenai teknik pembangunan terbukti dari banyaknya bangunan pura yang masih kokoh. Bahkan tak sedikit yang usianya mencapai ratusan tahun.

 

“Sayangnya masyarakat saat ini kurang memahami nilai dari otentifikasi ornamen-ornamen yang ada di pura. Padahal para undagi di zaman dahulu menuangkan nilai rasa, karsa, dan cipta mereka yang otentik pada ukiran-ukiran yang ada. Namun justru banyak ornamen tersebut yang dihilangkan dengan alasan pemugaran bangunan,” ungkap suami dari Gusti Ayu Nyoman Dewi Laksmi tersebut.

Bangkitkan Potensi Desa

Gusti Muryawan menambahkan, meskipun pelestarian budaya harus terus digalakkan namun tidak serta merta upaya-upaya yang dilakukan bersifat kaku. Perlu juga fleksibel menghadapi perubahan zaman yang ada agar budaya yang berkembang di masyarakat masih dapat diterima. Misalnya saja dalam hal mengangkat keindahan budaya sebagai potensi wisata. Inilah yang telah dilakukan oleh Gusti Muryawan selama beberapa tahun belakangan yaitu menjadikan pura kebanggan di desanya sebagai salah satu situs budaya yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Pria lulusan S1 Manajemen UNDIRA ini mengaku proses panjang dan penuh tantangan dihadapinya untuk mewujudkan visi membangun wisata budaya di desa. Mulai dari langkah persuasif terhadap para pemuka adat hingga mengajak para pengampu kebijakan tersebut untuk melakukan studi banding ke pura lainnya di Bali.

“Saya mengajak para tokoh adat untuk melihat langsung kegiatan pariwisata di Pura Batuan. Di sana mereka melihat langsung bahwa kegiatan wisata dapat dilangsungkan tanpa merusak esensi dan fungsi dari pura yang sejati. Memang diperlukan beberapa langkah preventif guna menjaga kesucian dan kesakralan pura, namun saya yakin jika dikelola secara baik, maka potensi wisata di pura dapat terselenggara dengan baik,” tuturnya menjelaskan.

Akhirnya setelah masa 8 bulan pendekatan terhadap pemuka adat dan perwakilan masyarakat, akhinya seluruh komponen desa adat mau bersinergi untuk mengembangkan potensi pariwisata di pura yang mereka miliki. Potensi pendapatan yang akan didapat nantinya dapat digunakan mendukung biaya operasional pura yang selama ini mencapai angka ratusan juta per tahunnya.

Selain aktif dalam kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk menjaga eksistensi budaya lokal, Gusti Muryawan yang juga Ketua Himpunan Pengusaha Muda di desa adat pun aktif mensinergikan kekuatan masyarakat untuk mengembangkan ekonomi secara mandiri. Ia dan anggota himpunan lainnya kerap melaksanakan kegiatan pelatihan kewirausahaan serta menggandeng kekuatan ekonomi desa yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD) setempat. Hasilnya, para peserta pelatihan diberi bekal wawasan mengenai dunia usaha sekaligus diberikan akses kemudahan untuk mendapatkan modal membiayai usaha.

Gusti Muryawan mengaku mencintai dunia keorganisasian sejak dirinya di masa sekolah dulu. Ia selalu menjadi pengurus OSIS baik di jenjang SMP dan SMA. Selain itu ia juga terbiasa bekerja keras sejak kanak-kanak dulu. Ia mengisi masa kecilnya dengan bekerja membantu orangtua. Praktis waktu bermain Gusti Muryawan kecil sangatlah minim.

“Setelah dewasa saya baru menyadari bahwa didikan keras dari orangtua di masa kecil sangat bermanfaat menjadikan saya pribadi yang tangguh menghadapi tantangan hidup,” ucap pria kelahiran Tabanan, 23 Juli 1979 itu dengan penuh syukur.

Setelah lama mengisi bekal pengalaman hidup dengan bekerja di industri pariwisata, ayah dua anak ini terjun ke dunia kewirausahaan dengan menjalankan usaha retail kebutuhan sehari-hari. Ia melihat peluang sangat menjanjikan dari bisnis ini serta menjadi usaha yang akan terus bertahan di segala kondisi. Termasuk di masa pandemi seperti sekarang ini di mana barang-barang yang ia tawarkan masih terus dibutuhkan masyarakat.

Selain menjalankan perannya sebagai tulang punggung keluarga sebagai pengusaha, Gusti Muryawan masih ingin terus mendedikasikan dirinya dalam kegiatan kemasyarakatan. Ia berharap kontribusi sekecil-kecilnya yang ia berikan, mampu bermanfaat besar bagi masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!