Seni Yang Mengubah Nasib Adi Ana Putra Pada Bisnis Dekorasi

I Ketut Adi Ana Putra dibesarkan oleh ayah yang bekerja sebagai sopir truk pengangkut bahan bangunan dan ibu sebagai pedagang perlengkapan alat-alat rumah tangga. Dengan latar belakang pekerjaan demikian, keluarga Adi hidup dalam kondisi ekonomu yang sederhana. Sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga Bali, Adi merasa bertanggung jawab untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarganya, sejalan sebagai tradisi penerus dalam keluarga. Pria asal desa Blahkiuh ini, pun memiliki ambisi, salah satunya adalah bekerja di kapal pesiar. Namun, di tengah perjalanan, ia yang awalnya hanya kuliah sembari membantu di toko dekorasi milik kakaknya, mulai jatuh cinta pada bidang tersebut.

Adi melanjutkan pendidikannya setelah lulus dari SMN 1 Abiansemal, dengan mendaftar ke Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua dengan mengambil program D2 Manajemen Tata Hidangan. Saat tiba masa training, Adi sebenarnya ada kesempatan untuk pergi ke Singapura, namun ia tidak diizinkan oleh kakaknya, demi membantu usaha kakaknya di bidang dekorasi. Sebagai gantinya, ia kemudian melakukan pelatihan di Four Season Hotel, sambil juga membantu kakaknya yang memiliki toko dekorasi di Kerobokan. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Adi kembali ke kampung halamannya. Ia pun masih menekuni pekerjaan di toko tersebut selama delapan tahun, dengan perannya sebagai pegawai serabutan, dengan beragam tugas dan tanggung jawab yang berbeda.

Tahun demi tahun berlalu, ketertarikan Adi pada bidang dekorasi semakin menguat, hingga akhirnya ia benar-benar mencintai bidang ini. Seiring berjalannya waktu, ia secara tidak sengaja mulai melupakan impian untuk bekerja di kapal pesiar, ia pun tak lagi memikirkan peluang untuk mencari pekerjaan sesuai dengan latar belakang kuliahnya, karena kesibukannya yang tak kenal lelah di toko dekorasi dari pagi hingga malam. Meskipun perannya di toko dekorasi begitu bisa diandalkan, Adi juga tak luput dari keluhan dan masalah. Sampai di satu titik, ia mulai merasa jenuh dan ingin mengakhiri pekerjaannya di toko tersebut.

Adi mengalami tarik ulur, di mana ia harus memilih antara bujukan kakaknya untuk tetap bekerja di toko dekorasi atau memilih jalannya sendiri dalam karier. Setelah menikah dan memiliki anak, Adi akhirnya mendapat kesempatan untuk berhenti dari toko. Keputusannya didasari oleh alasan kuat, yaitu ia dan istrinya adalah pekerja, sehingga satu di antara mereka harus mengalah. Adi pun berhenti bekerja dan keluar dari zona pekerjaan yang jenuh. Sebelum memikirkan langkah selanjutnya, Adi kemudian mendapat tawaran pekerjaan dari perusahaan milik relasinya untuk bekerja secara part-time, dan ia mencoba pekerjaan tersebut selama hampir setahun. Namun, ia merasa tidak nyaman di lingkungan kerja karena statusnya sebagai karyawan part-time, terkadang bisa menunda dalam prosedur pengiriman barang. Akhirnya, Adi memutuskan untuk mengakhiri pekerjaan tersebut.

Mulai Membuka Toko dengan Produk yang Berbeda

Setelah keluar dari perusahaan, Adi tidak memiliki pekerjaan tetap, selain membantu istrinya dalam mengerjakan orderan dari perusahaan tempat istri bekerja. Jenuh mulai datang menyelimutinya, dengan tidak melakukan banyak aktivitas seperti biasanya. Lalu, ia memiliki ide untuk membuka sebuah toko, agar bisa tetap mendampingi anak-anaknya di rumah. Sebelum mewujudkannya, ia melakukan survei untuk mencari tahu produk apa yang masih kurang di kawasan Tegallalang. Setelah meninjau, ia menyadari bahwa terlalu banyak kerajinan tangan yang monoton di pasar. Maka dari itu, Adi memutuskan untuk mencoba sesuatu yang berbeda melalui bisnisnya pada akhir tahun 2017 yang diberi nama MN Décor dengan alamat di Br. Penesuan, Jalan Raya Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

Proses awal berjalan cukup lancar dengan bantuan dua tenaga, mengingat produk-produk yang dijual cukup besar dan tidak mungkin diangkut sendiri. Dalam hal pemasaran, Adi memilih untuk hanya menampilkan produk-produknya di depan toko dan berharap dapat menarik perhatian masyarakat dan wisatawan. Setahun kemudian, MN Décor akhirnya menerapkan sistem pemasaran secara daring, salah satunya melalui akun Instagramnya @balifurnituremndecor. Tantangan dalam bisnis dekorasi ekspor seperti MN Décor biasanya muncul dari kerusakan produk, saat sampai di negara tujuan, padahal tidak terjadi masalah saat produk meninggalkan toko. Dalam kondisi ini, Adi tak mau hanya sibuk menyalahkan perusahaan pengiriman, tetapi ia berupaya mencari solusi yang terbaik.

Kemudian saat hadapi tantangan tak terduga yakni pandemi Covid-19, pada tahun pertama, bisnisnya tidak mengalami kendala signifikan, dengan banyak pesanan datang secara online, terutama dari pelanggan. Namun di tahun kedua, harga kontainer naik tiga kali lipat, menyebabkan penurunan pesanan. Meskipun begitu, berkat upaya keras Adi, MN Décor berhasil bertahan dan bahkan mempekerjakan lebih banyak karyawan pada masa pandemi. Mereka awalnya memiliki 16 karyawan dan kini sudah meningkat menjadi 26 karyawan.

Dari hanya membantu toko milik kakaknya, Adi justru jatuh cinta pada dunia dekorasi yang tak terduga. Awalnya ia masih bergantung pada toko kakak, kemudian mencoba membuka hati dengan menimba pengalaman di perusahaan yang lebih besar. Sampai akhirnya, Adi siap berdiri di atas kakinya sendiri dengan brand-nya MN Décor. Saat ini, ia tengah berencana untuk membuka cabang baru bisnisnya yang sebelumnya tertunda karena orderan yang tengah berjalan, termasuk proyek vila di Kerobokan, Perenan, pengiriman ke Filipina, dan pengiriman patung fiber ke Perancis. Atas kepercayaan yang diberikan ke MN Décor, Adi berharap dapat segera mengoptimalkan cabang MN Décor sebelum mencapai masa pensiun. Ia ingin memberikan pekerjaan dan peluang kepada lebih banyak individu serta berkontribusi secara positif pada perkembangan industri dekorasi, menjadikan bisnisnya sebagai sarana untuk menciptakan lapangan kerja dan berdampak positif bagi komunitas dan ekonomi setempat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!