Semangat dan Kejujuran Berbuah Kesuksesan
Apapun bidang usaha yang kita tekuni, diperlukan kerja keras dan ketekunan yang presisten agar bisa menjadikan usaha tersebut membuahkan hasil. Namun bagi pengusaha recycle material logam dan besi bernama Sugito, ada satu lagi perilaku yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai kesuksesan. Perilaku tersebut tidak lain adalah kejujuran, baik dalam tindakan maupun perkataan. Nyatanya prinsip kejujuran itulah yang membawa pria asal Batam tersebut menuju pintu keberhasilan usaha.
Perjalanan menuju kesuksesan tentunya tidaklah singkat. Proses perjuangan yang tidak instan tersebut juga dialami Sugito sebelum dirinya sukses secara finansial seperti sekarang. Bahkan beberapa kali jatuh bangun usaha dialaminya, hingga pernah mengalami masa-masa sulit manakala hanya doa yang menjadi sandarannya.
Sugito lahir dan bertumbuh di lingkungan keluarga dengan tingkat ekonomi yang terbilang rendah. Orangtuanya bekerja di bidang perkayuan dengan penghasilan tidak seberapa. Ditambah orangtuanya harus membiayai kebutuhan delapan orang anak, termasuk Sugito. Praktis, ia pun harus terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Namun hal itu tidak menjadikannya sebagai pribadi yang cepat berputus asa. Justru segala kegetiran dalam hidup ia jadikan motivasi terkuat untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik.
Memasuki masa-masa kerja ia memutuskan bergabung di salah satu perusahaan di Batam. Selama mengumpulkan pundi-pundi rupiah di bawah kepemimpinan orang lain, ia selalu menjaga kepercayaan para atasannya. Ia tidak mau neko-neko dalam bekerja, terpenting baginya adalah menunjukkan kinerja terbaik dalam berkontribusi memajukan perusahaan.
Semangat kerja yang sama juga ditunjukkannya saat dipindahtugaskan ke Kota Medan. Setelah bekerja selama satu tahun di ibukota Sumatra Utara, ia akhirnya menikahi Sang Pujaan hati bernama Maryani. Saat itulah ia juga mengambil keputusan besar yaitu mengundurkan diri dari perusahaan. Ia memiliki sebuah cita-cita yaitu dapat mengembangkan usaha secara mandiri. Dirinya yakin melalui jalan berwirausaha akan mampu meraih kesuksesan finansial sekaligus kebahagiaan bisa menjadi bos bagi diri sendiri.
Kejujuran
Pria kelahiran 10 Oktober 1983 itu kemudian pindah ke Lombok untuk membuka usaha milik sendiri. Ia mencoba mengembangkan usaha penjualan dan recycle logam layak pakai. Usaha ini terbilang menjanjikan lantaran material logam selalu dibutuhkan di segala macam industri. Selain prospek usaha yang menjanjikan, kompetitor usaha pun terbilang masih sedikit apalagi untuk daerah Lombok dan sekitarnya.
Selain di Lombok, Sugito juga mencoba peruntungannya di Bali. Ia mengontrak sebuah lahan untuk mengembangkan usahanya tersebut. Selain logam ia juga melirik peluang dari material besi. Material-material yang sekiranya layak pakai ia jual kembali dan ada pula yang di daur ulang menjadi produk lain. Tak lama kemudian ia berhasil membeli rumah dan mengontrak tanah di Kawasan Ketewel, Gianyar.
Secara sekilas memang perjalanan usaha Sugito dalam mengembangkan usaha terlihat tanpa kesulitan apapun. Namun di balik cerita kesuksesannya, tersimpan kisah pahit kegagalan usaha. Ia pernah mengalami penipuan dengan nilai yang tidak sedikit, Juga sempat dicemooh orang. Semua itu pernah dilaluinya hingga permasalahan-permasalahan itu menjadi sebuah beban mental. Di masa-masa sulit tersebut, ia memikirkan masa depan keluarganya. Terutama anak-anak yang sangat dicintainya. Tak tahu dari mana asalnya, semangat untuk bangkit dari keterpurukan muncul begitu saja.
“Anak-anak menjadi motivasi saya untuk bangkit kembali. Saya merasa semangat lagi untuk berjuang dari awal,” ujar Sugito mengenang masa tersulit dalam hidupnya.
Ia pun merintis lagi usaha yang sempat terpuruk tersebut. Meskipun pernah dibohongi orang lain, Sugito tetap idealis mempertahankan prinsip kejujuran dalam usaha. Ia yakin modal kejujuran itu akan menggaet kepercayaan dari orang lain. Menurutnya, kepercayaan itu jauh lebih bernilai harganya dibandingkan mata uang apapun di dunia ini. Rasa kepercayaan itu ternyata memang berdampak sangat besar dalam hidup Sugito. Terbukti tatkala mencari pinjaman modal usaha, ayah empat anak ini mendapat kepercayaan modal pinjaman yang begitu besar tanpa jaminan apa pun.
Kini saat usahanya mulai stabil, ia pun mampu membahagiakan keluarga tercinta, persis seperti impiannya selama ini. Melalui usahanya itu pula, ia berhasil membuka lapangan kerja bagi orang lain. Ia mengaku telah memiliki 30 orang karyawan yang membantu usahanya. Sugito pun membuktikan, menjadi pengusaha yang sukses tidak hanya dinilai dari seberapa besar profit yang mampu dihasilkan. Tapi juga seberapa besar dampak ekonomi dan sosial yang dihasilkan untuk masyarakat.
Ketika kehidupan pengusaha yang berkantor di Jalan Gumitir, Biaung ini berada di fase yang lebih baik, Sugito tak lupa untuk berbagi kepada sesamanya yang lebih membutuhkan. Ia selalu ingat bahwa dirinya juga berasal dari situasi kesulitan dalam ekonomi, sehingga ia ingin berbuat sesuatu untuk membantu orang-orang yang tengah berjuang memperbaiki kehidupan. Selain hidup dalam berbagi, ia juga senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan karunia- Nya. Tanpa rasa syukur, sebesar apa pun kekayaan yang dimiliki tidak akan terasa cukup. Alangkah bahagianya hidup jika mampu mensyukuri segala yang dimiliki, demikian opini Sugito.
Pesan Sugito kepada generasi muda adalah untuk berani mengambil langkah konkrit terlebih dahulu. Karena seperti pepatah, perjalanan sejauh apa pun pastilah dimulai dari satu langkah. Setelah bernai memulai, jalani proses usaha dengan totalitas kerja. Jikalau nantinya menemui hambatan, jangan sampai membuat permasalahan itu sebagai batu sandungan, melainkan jadikan sebagai batu loncatan meraih puncak keberhasilan.