Semangat Bergerak Membantu Masyarakat Meraih Peluang Karier di Luar Negeri
Setiap usaha yang kita lakukan lambat laun akan mendatangkan hasil yang sepadan. Tinggal bagaimana cara memaknai proses menuju pencapaian hasil agar nantinya tidak ada kata menyerah di tengah perjalanan usaha. Demikian pula dengan apa yang dilalui oleh pasangan pengusaha bernama I Putu Pastika Adnyana, S.H. dan Ni Nyoman Karni. Keduanya selalu menikmati proses dari usaha-usaha yang sedang dilakoni, baik itu dalam usaha pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) atau mengelola usaha Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI).
Mengantongi pengalaman kerja di Eropa sebagai terapis spa hingga agen perekrutan di Turki, menginspirasi Ni Nyoman Karni untuk bergerak di bidang penyaluran tenaga kerja ke luar negeri. Awalnya perempuan yang akrab disapa Dewi Karni ini mengibarkan bendera PT Astika Dharma Bali. Bersama sang suami yang juga sama-sama mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI), ia membentuk sebuah perusahaan yang berfokus pada pengembangan SDM. Di antaranya dengan membawahi Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Astika Dharma dengan Dewi Karni sebagai komisaris dan Pastika sebagai direktur utama. Selain itu juga bergerak di bidang outsourcing tenaga keamanan.
Perkembangan usaha kian menunjukkan prospek yang bagus membuat pasangan ini terpacu untuk memperluas lingkup kerja mereka. Dewi Karni dan Pastika kemudian bergabung dengan PT Sanjaya Thanry Bahtera pada tahun 2018 yang merupakan perusahaan PJTKI berizin resmi sejak tahun 2004. Sejak ikut mengelola perusahaan tersebut, Dewi Karni dan Pastika semakin leluasa dalam melakukan perekrutan hingga penyaluran tenaga kerja ke luar negeri. Sejak tahun 2018 banyak pekerja yang telah dibantu mendapatkan kesempatan kerja sesuai keahlian masing-masing.
Melihat hasil kerja keras yang dicapai Dewi dan Pastika seperti sekarang, tak sedikit yang mengira bahwa mereka sama-sama memiliki privileged dari keluarga masing-masing. Padahal kenyataanya, pasangan ini sama-sama berangkat dari keluarga ekonomi rendah. Dimulai dari kisah masa kecil Dewi Karni yang datang dari latar belakang keluarga transmigran. Perempuan kelahiran 19 Agustus 1980 ini menghabiskan waktu masa kecil di Lunyuk, Sumbawa.
Meski kondisi hidup saat itu terbilang pas-pasan tak menyurutkan keinginan Dewi untuk mengakses pendidikan. Ia yakin dengan bersekolah, ia dapat meraih kesempatan lebih besar dalam menapaki karier di dunia kerja. Semangat dalam meraih pendidikan setinggi-tingginya membawa langkahnya untuk ikut tinggal bersama sang paman di kota. Oleh pamannya tersebut, Dewi disekolahkan sampai tamat SMA. Sebagai bentuk upaya membalas kebaikan paman dan bibinya, Dewi pun membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mulai dari menyapu hingga mencuci pakaian.
Kemudian setamat sekolah ia melanjutkan ke Bali. Keputusan ini ia ambil sendiri dan bahkan tidak memberi tahu orang tuanya sendiri. Di perantauan, Dewi berkuliah sembari bekerja. Hasil memeras keringat ia gunakan untuk membiayai kuliah dan sesekali mengirim uang untuk keluarga di Sumbawa. Anak kesembilan dari sepuluh bersaudara ini kemudian mendapat kesempatan bekerja di Turki. Setelah itu sempat berpindah ke beberapa negara Eropa lainnya selama lima tahun. Setelah itu, selama 14 tahun kembali mengembangkan karier di Turki sampai berhasil memiliki empat usaha spa di negara transkontinental tersebut. Selama menapaki pengalaman kerja sebagai pekerja migran tersebut, Dewi Karni tidak hanya belajar menjadi tenaga kerja profesional, melainkan juga mempelajari bagaimana cara perekrutan tenaga kerja. Sebagai perempuan dengan visi lebih maju, ia sudah bercita-cita ingin mempunyai sebuah usaha yang dapat membantu masyarakat dalam berkarier di luar negeri seperti dirinya.
Berbeda dengan Dewi yang berpengalaman karier di Benua Eropa, Pastika Adnyana menjalani kariernya di Benua Amerika, tepatnya di Miami. Selama hampir empat tahun ia bekerja sebagai awak kapal pesiar. Sampai di tahun 2007 ia memutuskan resign dan melanjutkan kuliah di Jurusan Hukum, Universitas Mahendradatta. Motivasinya berkuliah saat itu ingin mengembangkan karier profesional di bidang hukum agar dapat membantu banyak orang berdasarkan ilmu yang ia kuasai.
Setelah resmi dilantik sebagai pengacara, Pastika kerap membantu masyarakat yang tengah menghadapi perkara hukum, baik dalam hal pendampingan ataupun konsultasi hukum. Demi memudahkan masyarakat dalam mengakses bantuan hukum, ia pun mendirikan kantor pengacara Pastika Law Office and Partners. Di samping berprofesi sebagai pengacara, ia juga aktif dalam kegiatan partai karena gemar dalam berorganisasi. Ia juga dipercaya membidangi bidang pengembangan UMKM dalam organisasi Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Provinsi Bali.
Bagi Pastika, Dewi Karni merupakan sosok yang mampu melengkapi kehidupannya saat ini. Tidak hanya berhasil menyatukan visi misi ke jenjang pernikahan, pasangan ini pun kompak soal pengembangan karier usaha. Mereka sama-sama memiliki passion dalam bidang pengembangan SDM, sehingga pada saat memutuskan mengelola usaha PJTKI, mereka dapat melakoninya di tengah keterbatasan modal finansial. Salah satu kunci keberhasilan mereka sampai sekarang yaitu kesabaran dalam menjalani proses, sebab menurut mereka hasil tidak akan mengkhianati usaha. Di tengah pandemi seperti sekarang, pasangan ini pun tak berhenti bergerak dalam upaya membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Pada saat banyak perusahaan penyalur tenaga kerja lainnya tengah redup, Dewi Karni dan Pastika masih mampu mengirim tenaga kerja ke luar negeri, seperti negara tujuan Romania, Turki, Polandia dan masih banyak lagi. Tidak hanya menyalurkan pekerja migran di sektor formal, mereka juga membuka kesempatan calon tenaga kerja untuk berkarier di sektor informal salah satunya profesi asisten rumah tangga di luar negeri.
Dewi Karni dan Pastika kompak berharap agar pandemi dapat segera terkendali. Sehingga mereka pun dapat menyalurkan lebih banyak lagi calon tenaga kerja ke berbagai negara tujuan yang telah bekerja sama dengan mereka. Mereka tak lupa berpesan kepada anak muda khususnya yang bercitacita berkarier di luar agar lebih semangat meningkatkan softskill maupun hardskill agar nantinya para tenaga kerja Indonesia bisa semakin berdaya saing tinggi di dunia kerja internasional.