Sadari dan Hargai Orang Lokal sebagai Penyambung Bisnis di Masa Pandemi
Membanting hingga setengah harga, menjadi andalan para pemilik bisnis properti mampu terus mengepakkan sayap di masa pandemi. Dari harga normal Rp4 jutaan, Dewi Mahayuni pemilik dari “Elvano Villa Seminyak” menurunkan harga ke Rp1,5 juta untuk empat kamar tidur. Ia ungkapkan, demi tetap ada anggaran untuk pemeliharaan properti dan sesuai dengan harapannya, vila yang berlokasi di Jl. Kayu Cendana, Gg. Kresna No. 1 Seminyak, Kuta Utara tersebut, tak pernah sepi penginap.
Selain Elvano Seminyak, wanita asal Desa Madenan, Kabupaten Singaraja ini juga miliki dua bisnis properti lainnya, yakni Joglo Guest House dan Kubu Guest House yang memiliki 17 kamar dengan harga sewa dari Rp5 jutaan, menjadi Rp3 jutaan. Seiring pandemi Covid-19 yang dinyatakan sudah diujung mata oleh pakar kesehatan dan akademisi, Dewi mulai sedikit menaikkan harga, namun setelah itu belum berani berbuat banyak, sampai situasi benar-benar pulih
Awal mula Dewi menekuni bisnis penginapan ini, demi fokus pada program bayi tabung yang dijalankan olehnya. Suami pun mendukungnya untuk lebih banyak di rumah sambil mengelola sebuah bisnis. Dibangunlah properti pertama mereka “Kubu Guest House” untuk menemani kesehariannya agar tak bosan. Usaha tersebut didirikan juga bertujuan untuk mengimbangi masifnya kegiatan menyama braya suami yang merupakan warga asli Kuta.
Ekspetasi Dewi dan suami pada bisnis perdana mereka pun terwujud nyata, tak hanya satu jenis properti, kemudian disusul dengan dua akomodasi penginapan selanjutnya, Elvano Seminyak dan yang terbaru, Joglo Guest House. Dalam pengelolaan usaha tersebut, Dewi tak berbekal latar belakang pengalaman, selain bekerja di Amerika selama empat tahun. Ia kemudian mengelolanya secara alamiah dan otodidak, syukurnya berjalan sesuai dengan kendalinya. Seperti yang disebutkan sebelumnya, alumnus SMEA Negeri Singaraja (sekarang SMKN 1 Singaraja) ini, setelah lulus dari sekolah tersebut, memilih langsung bekerja, tak seperti sanak saudaranya yang kebanyakan melanjutkan hingga sarjana. Ditambah dengan faktor lingkungan remaja seusianya banyak yang bekerja di luar negeri, jiwa independennya pun semakin termotivasi mengikuti jalan yang sama. Setelah sempat merasakan bekerja sebagai terapis SPA dan receptionist di dalam negeri sendiri, ia pun berangkat tahun 2004 ke Negeri Paman Sam.
Di Bali, Dewi kembali bekerja sebagai receptionist di SPA yang berbeda dan baru dibuka, sebelum akhirnya membuka bisnis properti di atas aset lahan milik pribadi. Pertimbangannya semakin matang, menyaksikan para wisatawan asing yang memiliki properti di Bali, mampu menyewakan dalam jangka tahunan untuk disewakan kembali, seharusnya ia sebagai penduduk pemilik tanah pun bisa. Ia dan suami pun yang awalnya menyewakan properti secara tahunan dengan penghasilan yang didapat Rp230 juta/tahun, kemudian beralih suasana ke penyewaan harian, ternyata hasilnya jauh melebihi, sampai di angka Rp1 miliar.
Elvano Seminyak terdiri dari tiga kamar tidur dan salah satu kamar memiliki bak mandi dan pancuran. Fasilitas lainnya ada ruang tamu, dapur lengkap dengan peralatannya dan meja biliar. Lokasinya dekat dengan jalan utama Seminyak namun jauh dari kebisingan dan memiliki akses jalan buntu, hanya tamu yang menginap yang bisa masuk. Demi menjaga performa penginapan senantiasa prima, sebagai ‘tuan rumah’ kebersihan menjadi hal spesifik wajib dilakukan, seperti tukang kebun dan pool guy yang didatangkan dua kali seminggu, pengendalian hama seminggu sekali dan dua kali sebulan melakukan fogging. Kebersihan secara umum dikerjakan setiap hari oleh staf dan akan disesuaikan kepada jadwal tamu terlebih dahulu.
Tak lagi hanya via website, melalui platform media sosial Instagram menjadi media paling strategis untuk Dewi mempresentasikan Elvano Villa Seminyak dan akomodasi penginapan lainnya kepada orang lokal di masa pandemi. Ya, pebisnis apapun yang kini tengah bertahan dan bertransisi ke masa endemi, harus berkolaborasi seepik mungkin dengan masyarakat Bali, yang ternyata memiliki jasa yang tak kalah besar dari wisatawan dunia. Jadi para pemilik bisnis lokal maupun internasional di Pulau Dewata, diharapkan untuk berkesinambungan menghargai dan menghormati masyarakat asli, seperti ritual mereka yang selalu berbakti kepada nenek moyang yang telah mewarisi tanah seindah ini untuk terus diwariskan ke lintas generasi.