Remaja Masa Kini Yang Susah Lepas Dari Ponsel Beresiko Depresi
Mayoritas generasi muda dewasa ini cenderung susah bahkan tidak bisa lepas dari ponsel pintar mereka. Menurut peneliti, ini bisa jadi faktor utama di balik tingginya angka depresi pada remaja.
Setidaknya menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh San Diego State University terhadap 133.000 remaja di AS. Peneliti memperoleh kesimpulan ini setelah membandingkan antara gejala depresi dan risko bunuh diri kaitannya dengan penggunaan perangkat elektronik.
Hasilnya, menatap ke layar ponsel selama lima jam saja sudah bisa meningkatkan risiko depresi hingga 71 persen pada remaja. Entah untuk bermain media sosial saja, menonton video-video di YouTube ataupun chatting.
Namun remaja perempuan dikatakan sebagai yang paling rentan terserang risiko ini. Seperti temuan peneliti pada remaja perempuan yang bermain sosial media, risiko depresinya mencapai 14 persen, di atas rata-rata risiko depresi pada remaja umumnya yang hanya sebanyak 13 persen.
Peneliti meyakini hal ini dipicu oleh dua hal : tekanan untuk mendapatkan ‘likes’ dan komentar dari follower yang memberikan penilaian tertentu terhadap foto-foto yang dipajang.
“Anak laki-laki lebih suka memakai gadgetnya untuk bermain game. Sebaliknya anak perempuan begitu mempedulikan popularitas dan status sosial. Ini dapat dilihat dari jumlah ‘likes’ dan follower yang dimilikinya,” jelas ketua tim peneliti, Dr Jean Twenge.
Di sisi lain, peneliti menemukan meluangkan waktu jauh dari gadget untuk sementara dan menambah interaksi sosial, termasuk berkegiatan di luar ruangan seperti olahraga dikaitkan dengan penurunan gejala depresi.
“Untuk lebih amannya, ‘screen time’ remaja ini dibatasi hanya 1-2 jam saja dalam sehari,” pesan Twenge seperti dilaporkan Daily Mail.